Ada seorang ibu yang setiap kesulitan keuangan datang kepada saya, beliau menceritakan kronologisnya mengapa ia terpaksa harus meminjam uang. Dari empat kali pinjaman yang terjadi, selalu karena perkara orangtua dan mertuanya. Dari kecelakaan, sakit, drop dan kali ini karena depresi berat hingga masuk ke rumah sakit jiwa yang terkenal di kota Surabaya.Â
Jumlah yang dipinjam pun semakin naik, seiring dengan keluhan orang tua dan mertuanya. Akhirnya saya tanyakan kepada beliau, " Kemaksiatan apa yang sudah anda lakukan hingga bencana itu beruntun, selesai satu muncul baru?". Beliau terhenyak, mungkin karena yang ia pahami maksiat sama dengan membunuh atau berzina.Â
Akhirnya saya jelaskan bahwa setiap rezeki dan bencana sudah diizinkan menimpa kita, sedikit atau banyak, baik atau buruk wajib kita imani itulah yang disebut Qada dan Qadar. Untuk apa? Tentu untuk mengajak kita kembali ke jalan yang benar. Yang artinya selama ini kita telah melakukan kesalahan, hingga tak lagi taat kepada Allah.Â
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah : 214, yang artinya: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
Allah benar-benar kita hanya mengingatNya, baik dalam susah maupun duka. Allah pun memberikan syariatNya adalah dalam rangka kita terjaga dari jilatan api neraka. Namun kita lebih banyak mengabaikannya.Â
Si ibu ini kemudian tersenyum, "apakah mungkin karena saya tidak menutup aurat Bu?". "Bisa jadi" jawab saya. Dan masih banyak yang lainnya, mungkin kurang bersikap sabar kepada kedua orangtua atau mertua, tak menunaikan hak Allah segera, menunda kebaikan, mengambil riba atau sesuatu yang diharamkan Allah, banyak lagi.
Itulah gunanya berjamaah, bisa saling mengingatkan. Dan perlu diingat setiap amal butuh ilmu, agar tak salah dan bisa lebih produktif mengerjakan amal terbaik. "Yuk ngaji" ajak saya. Seketika meluncur alasan yang saya hanya bisa menangkap satu maknanya," Saya belum siap".
Sungguh disayangkan, di dalam masih ada imam ,namun masih enggan melakukan apa yang diwajibkan. Saya jadi ingat perkataan salah satu ustaz favorit di Indonesia ini ketika menanggapi pernyataan seorang profesor (benarkah ia profesor?) Yang mengatakan saya percaya Islam tapi tak percaya syariat, malah kalimat kedua lebih nyeleneh, dalam Alquran tidak disebutkan perintah shalat lima waktu. Apa kata ustaz favorit? " Bisa jadi ia mengaku laki-laki tapi bukan laki-laki" apakah itu?
Islam dan syariat tak terpisahkan sebagaimana iman dan amal shalih. Banyak ayat di dalam Alquran yang selalu menggandengkan antara keimanan dan amal shalih. Di antaranya adalah" Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah [2]: 82).Â
Atau, "Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran". (QS Al-Asr : 1-3).Â