Menolak syariat? Hari ini memang makin santer terdengar, semua kalangan rasanya bebas meneriakkan itu. Ironinya keluar dari lisan Muslim, yang notabene beriman kepada Allah dan RasulNya.Â
Ide yang berbau Nusantara lebih didukung, alasannya karena tumpah darah. Tapi belum pernah terdengar mereka mengatakan ketika ajal tiba, jasad mereka tak usah dimandikan, di kafani bahkan jangan dikubur. Semua ingin ketika nafas di tenggorokan masih ringan melafazkan kalimat dua syahadat syukur-syukur bisa Khusnul khotimah.Â
Astaghfirullah, mati ingin dalam kondisi terbaik sebagai Muslim, namun ketika hidup begitu gigih menyerang bahkan merusak Islam dengan perilaku dan tutur kata yang buruk. Sumbernya pun bukan dari Islam, agama yang diakuinya.Â
Bukankah itu sebuah khayali? Memang hari ini banyak orang yang akalnya tak lagi berfungsi dengan benar, ada yang menikah dengan magiccom, ada yang costplay hanya untuk bersenang-senang, padahal tokoh yang dia tirukan hanyalah hasil imaginer seniman. Ada yang merayakan ulangtahun dengan mengenakan kostum hallowen magnificant, tokoh penyihir dalam dongeng barat, padahal dia adalah tokoh masyarakat, dimana semua prilakunya menjadi panutan bagi pengikutnya.Â
Tidak kenalkah dia dengan dosa atau pahala jariyah? Dimana ketika satu amal kita contohkan dan orang lain mengikutinya, akan menghasilkan dua kemungkinan, jika amal baik berarti pahala yang akan terus menerus diterimanya sepanjang yang mengikuti tadi juga terus menerus mengamalkannya? Dan mendapat dosa terus menerus ketika kita mengamalkan perbuatan yang dilarang Allah SWT.Â
Allah berfirman dalam QS Al- Baqarah :74 yang artinya: "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan".
Ayat di atas menunjukkan kekuasaanNya atas segala sesuatu. Bahkan batu yang keraspun tak bisa menolak ketika air ingin melewatinya hingga terbelah, semua karena takutnya batu dan air itu kepada Allah SWT yang tak pernah lengah sedikitpun menghitung amal mereka.Â
Lantas, manusia dengan congak mengatakan " kami lebih baik daripada Allah" dengan membuat hukum tandingan agar mereka terbebas dari aturan Allah. Setanpun berkata demikian, kesombongannya mengantarkan pada pernyataan" aku lebih baik" sehingga menolak kebenaran.Â
Kemuliaan Muslimah sejatinya bukan berasal dari kecantikannya, kedudukannya, kecerdasannya indah bajunya, baiknya keturunannya dan banyak hartanya melainkan dari ketundukkannya di hadapan Allah SWT. Tak ada beda dengan laki-laki , ketakwaan menjadi tolok ukur perbuatannya.Â
Maka ketika turun ayat yang memerintahkan seorang perempuan yang sudah baligh untuk menutup auratnya secara sempurna dengan detil dan batasan dari Allah ( QS Annur: 31 dan Al Ahzab : 59), tak ada alasan untuk menghindar. Walaupun berjuta alasan dia ajukan, wajib tetap wajib, mubah tetap mubah, haram tetap haram dan tak berubah menjadi halal.Â