Sungguh, jika kita berbicara tentang pemahaman kaum Muslim terhadap agamanya sudah sangatlah memperihatinkan. Contohnya ketika membaca berita salah satu ustaz yang mengatakan bahwa orang kafir atau tidak beriman tidak akan masuk surga. Entah tingkat literasi yang buruk ditambah dengan ketiadaan edukasi tentang Islam Kaffah atau pengaruh yang lain, belum jelas keputusan hukumnya, membuat seseorang yang membaca berita itu dengan spontan mengatakan, " Tuhan gak Julid", pendapat lain mengatakan," Bahwa tuhanmu beda dengan tuhanku, tujuan kita sama hanya kendaraan kita beda.Â
"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada TuhanNya" (QS Al-Kahfi: 110).
Dai ayat di atas tepat kiranya digunakan untuk menjawab keraguan masyarakat bahwa surga memang bukan untuk orang kafir. Sebab, ke surga bekalnya hanya dua dan mutlak, yaitu bekal iman dan amal shalih. Maka benarlah, jika sebaik apapun orang kafir mereka tak akan masuk surga, sekalipun dengan harta yang banyak yang setiap hari mereka gunakan untuk berbuat kebaikan. Sebab keimanan mereka bukan pada Allah SWT.Â
Buruknya literasi sungguh memprihatinkan. Komentar berdatangan dan semua melecehkan jawaban ustaz tersebut, padahal jika mereka mau menggali lebih dalam, akan mendapatkan jawaban yang lebih obyektif. Bahwa keimanan seseoranglah yang berlaku bagi Allah, ini menjadi tiket bagi siapa saja yang berharap bertemu dengan Allah.Â
Ironinya selain sudah tak banyak tahu tentang urusan dunia, mereka jug tak mengharapkan pertemuan dengan Allah, dengan terus menerus mempersekutukan dengan sesuatu yang dibenci Allah. Parlemen yang seharusnya dekat dengan umat malah menjadi ajang bisnis tawar menawar pasal, setiap menteri memiliki kebijakan sendiri yang berakhir pada polemik, rakyat terus menerus berada dalam penderitaan. Tak ada perubahan.Â
Sungguh, Tuhan gak Julid, telah jelas manusia yang berbuat kerusakan. Dijadikanlah bencana agar manusia kembali ke jalan yang lurus, ini adalah adil, sebab Allah sudah menyediakan syariat agar manusia tak tersesat. "Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (Q.S. al-Baqarah :2).
Maka sikap yang benar sebagai hamba Allah, karena kita Muslim adalah kembali kepada pengaturan Allah, agar kita bisa beribadah dengan benar, termasuk dalam menyikapi pandemi yang kian hari kian melonjak kasusnya. Tak perlu menghujat, tak perlu merasa lebih tahu dan yang lainnya, hanya satu yang bisa segera dilakukan adalah merombak sistem rusak, sebagaimana Rasulullah berhijrah ke Madinah kemudian mencabut kepercayaan pemimpin yang jauh dari daftar amanah dan menggantinya dengan yang bertakwa. Â
Sungguh, siapapun yang menginginkan perjumpaan dengan Allah hendaknya mulai saat ini memperhatikan iman dan amalnya, sudahkah shalih ( baik) dan tak satupun yang mempersekutukan Allah? Wallahu A' lam bish showab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI