Bulan Ramadan identik dengan bulan Alquran, sebab di bulan penuh berkah ini pula Alquran diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Muhammad Saw, Â yang kemudian menjadi mukjizat bagi beliau.Â
Masjid riuh dengan bacaannya, toa masjid seakan menjadi saksi bahwa dia di bulan ini tak sekadar menyiarkan azan atau kutbah Jumat, entahlah apa pula pendapat artis yang kemarin mengaku sempat terganggu dengan panggilan sahur melalui toa masjid. Padahal, dengannya ritual ibadah Ramadan makin asyik.
Banyak orang rela menahan kantuk hanya untuk mengambil remah pahala (yang dilipatgandakan bahkan dihitung sendiri pahalanya oleh Allah SWT), membacanya, mentaddaburinya dan menghafalkannya. Namun giliran menerapkannya, manusia jadi terbelah. Yang sungguh-sungguh disudutkan dengan sebutan ekstrimisme, sedang yang longgar bahkan cenderung pemilih dipuja dan diikuti. Allah berfirman sebagai berikut:
"Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisiNya dan memberikan kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik" (QS Al-Khaf 18:2).
Alquran adalah bimbingan yang lurus, artinya siapapun yang berpegang pada Alquran, ibarat berjalan di antara jalan penuh onak duri dan bersebelahan dengan jurang dengan resiko terjatuh setiap saat Alquranlah yang memberitahukan mana jalur yang aman, agar kita selamat sampai tujuan.Â
Jadi, cukupkah hanya dengan membacanya? Challenge one day one juz ini hanyalah pemantik awal, agar kita setelah Ramadan berlalu semakin mencintai Alquran dan berniat sungguh-sungguh memahami dan kemudian menerapkan, pengemban dakwah juga manusia, butuh suplemen yang menyehatkan agar kembali segar seperti sediakala.Â
Lantas, siapakah yang berani berkata jika Alquran hanyalah dongeng dan sekadar bacaan selain mereka yang menyimpan penyakit dalam hatinya? Sebab Allahpun menantang untuk mengumpulkan siapapun yang dianggap lebih mampu, lebih kuat dari Allah untuk membuat kitab, atau satu surat saja yang serupa, tentulah hingga kiamat dia tak akan mampu.Â
Namun mengapa dengan lancangnya mereduksi isi Alquran sedikit demi sedikit? Apa jaminan mereka kelak mendapatkan balasan yang baik dan bukan justru mendapatkan azab yang pedih? Wallahu a'lam bish showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H