KRI Nanggala 402 (status subsunk) dan ke-53 awaknya dinyatakan gugur. Ajal memang tak dapat dimundurkan atau dimajukan, berbagai dugaan pun mengalir bak alunan ombak membawa kabar sedih ke bibir pantai.Â
Innalilahi wa innailaihi rojiun, turut berduka cita atas tenggelamnya kapal selamDoa terbaik terunjuk, semoga semua amal ibadah mereka diterima Allah SWT, insyaallah semua syahid. Aamiin.
Jadi makin merenung saat bacaan sampai pada ayat berikut:
"Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya dan agar kamu mencari sebagaian karunia-Nya dan agar kamu bersyukur" (QS An-Nahl 16:14).
Ada kuasa Allah di sini, Allah-lah yang menundukkan lautan. Dengan kecanggihan teknologi kini dapat diketahui apa yang ada di dasar lautan, seperti biota laut, tekanan air, arus air dan sekaligus jenis kendaraan apa yang dapat melampuinya. Namun, manusia boleh berencana, sekali lagi jika sang Penguasa Hakiki menghendaki ya tinggal "Kun fayakun" jadilah!
Hikmahnya, segala kekayaan yang ada di lautan beserta potensinya, memang kekuasaan Allah, namun Allahpun telah menguasakan kepada manusia untuk dikelola demi kemaslahatan hidup. Sayangnya, pengelolaannya kini bukan berdasarkan aturan Allah, tapi manusia yang lemah, terbatas dan tak pernah bisa melihat maslahatnya sendiri kecuali selalu dipenuhi hawa nafsu.Â
Peristiwa tenggelamnya kapal selam ini menjadi bahan perenungan, begitupun kecelakaan-kecelakaan sebelumnya baik di bumi, laut dan udara, bahwa kekuasaan hakiki bukan pada manusia, sebaik apapun rencana manusia tetap kembalinya pada keputusan Allah, artinya jika bencana ini diijinkan datang secara beruntun bukankah ini sebuah peringatan agar kita kembali kepada pengaturan Allah ?
Kita sudah terlampau jauh menerobos aturan yang sejatinya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Dengan arogan, membebaskan diri dan menjadi musuh Allah yang nyata. Akankah kita akan turut serta pada kehendak nafsu orang-orang munafik?
Kembali kepada aturan Allah sebetulnya bukan perkara yang sulit, jika kita mendudukkan diri sebagai hamba dan Allah Penguasa. Dimana ruginya? Dimana beratnya? Wallahu a'lam bish showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H