Mohon tunggu...
Bola

Kekalahan Timnas U-23 dan Kekecewaan Indra Sjafri

24 Maret 2019   02:04 Diperbarui: 24 Maret 2019   02:17 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemenangan Timnas U-22 di Piala AFF jelas menjadi tetes air di tengah kegersangan timnas meraih prestasi. Berkat tangan dingin Indra Sjafri dan berbagai sepak terjangnya, akhirnya membuahkan hasil juga. Kejengahan internet yang dipenuhi hujatan cebong-kampret pun sedikit reda. Sejenak merayakan kebahagiaan sebagai satu bangsa. Walaupun habis itu cebong-kampret lagi.

Namun, di kualifikasi Piala Asia  melawan Thailand langsung ditekuk 4-2. Untung saja ia sejak awal sudah menolak terlalu bereuforia. Ia membuang jauh-jauh star syndrome yang jamak dialami oleh para pemain maupun pelatih yang baru saja mendapat prestasi dan bergelimang bonus.

Ada hikmahnya kekalahan kali ini. Para pecinta sepakbola juga perlu belajar menghargai proses panjang bagaimana Indra bisa sampai dalam titik ini. Ia terkenal metode talent scouting dengan cara blusukan. Sepertinya baru ia satu-satunya yang melakukan scouting semacam ini. Ia sadar pembinaan di usia muda di Indonesia masih sangat lemah. Maka dari itu ia ingin memberi kesempatan seluas-luasnya dengan berkunjung ke daerah-daerah mencari bibit-bibit unggul.

Selain itu, ia juga sering merasa sedih saat banyak pemain harus jual motor agar bisa mengikuti seleksi yang dipusatkan di Jakarta. Ya kalau masuk, kalau enggak? Banyak pengorbanan yang dialami seseorang agar ia menjadi atlet profesional. Sedangkan tidak semua mampu dan memiliki sumber daya untuk berkorban.

Ia melakukan kritik keras atas ini. Seharusnya pemerintah memiliki perhatian yang lebih. Namun Indra juga tidak terus merengek dan ngambek. Ia juga melakukan pengorbanan dengan tetap menjalankan tugasnya sekalipun gaji nunggak sampai 17 bulan. Pelatih lain sudah hengkang sedari lama. Tapi ia memilih bertahan untuk sesuatu yang lebih besar.

Namun jelas, dari kekalahan ini tak mungkin mengalah dan pasrah begitu saja. Banyak faktor yang mendasarinya, salah satunya performa pemain yang menurun. Selain itu, absennya Ezra Walian, sekalipun sempat ditampik oleh Indra, buat saya tetap berpengaruh besar. Ezra adalah pemain kunci di tim ini.

Soal performa pemain, Indra menunjukkan kekecewaan yang cukup dalam. Memang mempertahankan performa selalu prima untuk para pemain muda cukup sulit. Mereka sedang melakukan proses pendewasaan yang seharunsya dilakukan jauh-jauh hari. Indra juga menyinggung ini, bahwa pembinaan usia muda tidak berjalan linear, sehingga mereka memerlukan adaptasi yang cukup lama saat liga bergulir. Padahal seharusnya saat liga mereka sudah harus bertarung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun