Mohon tunggu...
Jelita Arvianti
Jelita Arvianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Jelita Arvianti. Saya mahasiswa Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. saya tertarik menulis artikel karena ingin berbagi pengetahuan yang bermanfaat untuk semua orang. Semoga tertarik untuk melihat artikel saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unilever Terperangkap dalam Polemik Boikot Akibat Dugaan Keterlibatan dengan Israel

17 Januari 2024   22:48 Diperbarui: 17 Januari 2024   22:48 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unilever menjadi sorotan publik belakangan ini setelah muncul isu boikot terkait dugaan keterkaitannya dengan Israel. Terlebih lagi, rekomendasi baru-baru ini dari Komisi Fatwa MUI menyarankan umat Islam untuk menghindari transaksi produk yang memiliki afiliasi dengan Israel atau mendukung agresi Israel di Palestina. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengumumkan fatwa yang menyatakan bahwa hukumnya tidak dibenarkan (haram) membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel di Palestina. . Unilever merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di London, Inggris. 

Perusahaan ini menghasilkan berbagai produk, termasuk makanan, minuman, produk pembersih, dan perawatan tubuh. Sebagai produsen barang rumah tangga terbesar ketiga di dunia berdasarkan pendapatan tahun 2012, Unilever berada di belakang P&G dan Nestlé. Unilever juga mencatatkan diri sebagai produsen olesan makanan terkemuka di dunia, seperti margarin. Dikenal sebagai salah satu perusahaan yang telah beroperasi dalam jangka waktu yang sangat panjang, Unilever saat ini menjual produknya ke lebih dari 190 negara. Menurut informasi yang diambil dari situs resmi Unilever Indonesia, Unilever pertama kali memasuki Indonesia pada tahun 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. Pada tanggal 22 Juli 1980, perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT Unilever Indonesia. Dua tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1982, perusahaan ini melakukan penawaran saham perdana dengan kode saham UNVR. Sejak waktu itu, PT Unilever Indonesia Tbk. telah membentuk kemitraan dengan berbagai perusahaan lokal dan memperkenalkan berbagai produk konsumsi rumah tangga. Beberapa produk terkenal dari Unilever Indonesia meliputi Pepsodent, Sunsilk, Royco, Kecap Bango, dan sebagainya. Menurut data yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia secara rutin melakukan impor produk dari Israel setiap bulannya. 

Bagaimana pergerakan saham Unilever Indonesia selama berkembangnya seruan pemboikotan? Menurut informasi dari Yahoo Finance, saham UNVR mengalami fluktuasi seperti halnya saham lainnya. Pada tanggal 25 Oktober 2023, UNVR mencapai puncaknya dengan nilai Rp4.080 per saham selama bulan Oktober-November ini. Namun, setelah itu, harga saham mengalami penurunan yang signifikan. Pada tanggal 27 Oktober 2023, tercatat sebesar Rp3.980, kemudian turun menjadi Rp3.790 pada 30 Oktober. Pergerakan selanjutnya menunjukkan penurunan menjadi Rp3.620 pada 31 Oktober 2023, dan kemudian menurun lagi menjadi Rp3.580 pada 1 November 2023. Walaupun pada tanggal 2 November 2023 terjadi sedikit kenaikan menjadi Rp3.590, saham UNVR hanya mengalami tiga kali kenaikan selama periode 1-13 November 2023. Data terakhir menunjukkan nilai sebesar Rp3.530 pada perdagangan Senin, 13 November 2023, mengalami penurunan dari nilai sebelumnya yang mencapai Rp3.590 per saham pada perdagangan Jumat, 10 November 2023.Dalam Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Agustus 2023, nilai impor produk Israel oleh Indonesia selama periode Januari-Agustus 2023 mencapai US$ 146,2 juta. Produk-produk tersebut mencakup peralatan mesin, peralatan listrik, dan bahan kimia, yang memiliki nilai impor yang signifikan. 

Beberapa produk dari negara lain yang diduga mendukung dan terkait dengan Israel meliputi McDonald's, Starbucks, Nestle, Coca Cola, dan Unilever. Unilever memiliki filial di Indonesia yang terkenal karena berbagai produk manufakturnya, termasuk penjualan sabun, makanan, dan berbagai produk konsumsi rumah tangga. Dengan keluarnya fatwa MUI, masyarakat Indonesia secara tidak langsung mengambil langkah boikot dengan tidak menggunakan atau membeli produk-produk Unilever.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun