Mohon tunggu...
Jelia Megawati Heru
Jelia Megawati Heru Mohon Tunggu... -

Music Educator, lecturer, clinician, music advisor, pianist, and writer www.jeliaedu.blogspot.com www.piano-ensembles.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"The Museum Week 2013: New Way of Exploring Museum"

4 September 2013   05:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:23 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"THE MUSEUM WEEK 2013: NEW WAY OF EXPLORING MUSEUM" by: Jelia Megawati Heru http://jeliaedu.blogspot.com/2013/09/the-museum-week-2013-new-way-of.html

foto: infojkt "A great nation learns from its history." Preserving our history for future generations is essential for us to understand who we are as a nation. - Jusuf Wanandi - (Director of the Jakarta Post) "The Museum Week 2013" diselenggarakan pada tanggal 27 Agustus - 1 September 2013 di Senayan City Mall. Bertepatan dengan peringatan 30 tahun surat kabar "The Jakarta Post", acara ini terselenggara sebagai salah satu bentuk kepedulian media untuk memajukan museum di Indonesia dan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap museum. Acara ini terselenggara berkat kerjasama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta dan Komunitas Historia Indonesia, dengan kurator Asep Hambali (pendiri Komunitas Historia Indonesia) dan Yudi Wanandi (kurator desain). Pameran ini diikuti oleh 13 dari 50 Museum yang ada di Jakarta dengan menampilkan koleksi miniatur, benda-benda antik, dan foto-foto bersejarah. Misalnya: Museum Gedung Joang 45 memamerkan miniatur mobil dinas Presiden pertama RI (Rep 1) dan mobil dinas Wapres pertama RI (Rep 2); Museum Nasional memamerkan miniatur emas monas.

Foto: dokumentasi pribadi

Setiap stand museum mempunyai semacam tour guide yang akan menjelaskan arti dan sejarah dibalik miniatur serta benda antik yang dipajang, serta menyediakan informasi berupa pamflet/brosur untuk dibagikan kepada pengunjung. Tidak hanya itu, beberapa stand bahkan mempunyai beberapa kegiatan menarik, seperti: mengetik naskah proklamasi dengan mesin ketik kuno (Museum Perumusan Naskah Proklamasi), melihat bagaimana suku Asmat asli membuat karya pahatan dari kayu (Museum Asmat), demo menggambar sketsa wajah (Museum Basoeki Abdullah), lomba puzzle (Museum Bahari), dan membuat wayang dari daun janur (Museum Wayang.)

Foto: dokumentasi pribadi

Penyelenggara pun juga mengadakan beberapa pertunjukan seni, seperti: Rampak Dance (Guruh Soekarno Putra), Merak Dance (Basilika Arther), pemutaran film dari Kompas TV, Musik Gamelan, Piano Performance dari Harry Darsono, hingga quiz seputar sejarah Indonesia yang dipandu oleh host yang memakai kostum bak Meneer dari Belanda. Ternyata host itu adalah Asep Kambali, sang kurator pendiri Komunitas Historia Indonesia. "The Museum Week 2013" http://youtu.be/cCcz-lSyJ0M video: dokumentasi pribadi MUSEUM GOES TO MALL: PERPADUAN ENTERTAINMENT & EDUCATION Tampaknya semua cara akan ditempuh untuk menginspirasi masyarakat agar bisa mencintai sejarah budaya bangsa ini. Berkali-kali Asep Kambali - sang host dan sang kurator di panggung menyatakan slogan yang saya pampang pada awal artikel ini: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri" - itulah kutipan dari perkataan Bung Karno, presiden pertama RI. "Kenapa bangsa ini tidak pernah besar? Karena bangsa ini tidak pernah mau menghargai sejarah," ujar Asep. Asep khawatir generasi muda bangsa ini akan mengalami 'amnesia' sejarah. “(Karena) untuk menghancurkan sebuah bangsa tidak perlu membombardir negara tersebut. Cukup hancurkan ingatan (sejarah) generasi mudanya." - dikutip dari: Jakarta Oke Zone.

Foto: dokumentasi pribadi Kenapa pameran ini diadakan di mall? Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa museum di Indonesia tidak terawat, panas, gelap, kotor, kind of creepy, bukan tempat yang ramah bagi anak kecil, bahkan menyiratkan kesan yang salah tentang sejarah Indonesia itu sendiri. Let's admit it: Malls are the best place for "Babysitters" - to eat with the family, play for children, great meeting points with friends, enjoy a cup of coffee, and to shop. So, semua kegiatan masyarakat umumnya terfokus di mall. Anak muda sekarang lebih cenderung mengunjungi mall dibandingkan museum. Oleh karena itu, pihak penyelenggara memutuskan untuk memberikan sedikit 'pencerahan' kepada publik, bahwa museum sekarang merupakan tempat yang jauh dari image diatas. Selain itu pameran "The Museum Week" ini juga menyesuaikan jam buka nya dengan jam buka mall dan gratis. Museum sekarang sudah ber-AC, nyaman, representatif, dan merupakan alternatif objek wisata yang menarik untuk dikunjungi bersama keluarga. Seperti "gerakan cinta museum."

Foto: dokumentasi pribadi MEET ME AT THE MUSEUM Beberapa usaha lainnya juga telah dilakukan oleh Disparbud, diantaranya sbb:

Beberapa usaha lainnya yang dapat dilakukan pengelola museum:

  • Renovation, maintenance & add the collection
  • Classy cafes & restaurant
  • Fascinating museum shop - e.g. monas replica, batik, souvenirs, etc.
  • Memorable events - e.g. gala dinner, product launching, wedding, etc.
  • Multifunction hall, photo galleries, performances, lectures, talk show, etc.
  • Use of technology - e.g. interactive touch screen, movie theater, website, etc.
  • English-speaking tour guide
  • Photography festivals and other art/music performances
  • Collectible auction
  • Good publication with media - e.g. promotion, newsletter, events, etc.

Dengan adanya upaya-upaya semacam ini, mudah-mudahan keberadaan museum lebih dapat diapresiasi oleh masyarakat. Pengunjung juga dapat memperoleh pengalaman yang menarik selama berada dalam museum dan menambah pengetahuan, serta wawasan tentang sejarah dan kebudayaan bangsa nya sendiri. Satu hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah: meningkatkan kecintaan akan sejarah dan budaya bangsa ini dan rasa nasionalisme sebagai Bangsa Indonesia. Indonesia mempunyai potensi dan kekayaan budaya yang sangat besar, namun sayangnya budaya Indonesia justru tidak mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia sendiri. Jangan tunggu sampai di-klaim negara tetangga! Batik, gamelan, dan wayang adalah salah satu warisan Indonesia. Tetapi tahukah Anda, justru orang Indonesia harus pergi ke Belanda untuk mengambil gelar S-3 untuk jurusan Bahasa Indonesia dan Musik Gamelan. Feeling Nationalistic? "Let's go to Museum!"

Foto: Wisata Museum Jakarta History Museum (Museum Fatahillah) Jln. Taman Fatahillah No. 1 Tel. 021-6929101 Website: http://www.museumsejarahjakarta.org/ Map: http://www.wisatamuseum.com/id/sejjkt-address.php MORE LINKS for Museum:

Other links:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun