Mohon tunggu...
Ajeng Lestari Irianto
Ajeng Lestari Irianto Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Social Media Officer

Hello there! berbagi pengalaman dan kisah menarik selama tinggal di Sumbawa dalam beberapa tahun belakangan. Dapatkan juga rekomendasi wisata dan tips trik bertahan hidup di Sumbawa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review Film "The Art Of Getting By"

1 Juni 2014   02:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:52 3582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

SINOPSIS :

“The art of getting by” adalah film tentang remaja yang berbeda dari remaja lain. Cerita tentang seseorang yang sangat takut hidup. Remaja yang selalu menganggap hidup ini dan semua yang terjadi hanyalah lewat saja atau ilusi baginya (George). Menurut George “we live and die alone, and everything else is just illusion”. Ia benci kehidupan dirumah, dan disekolah. Bahkan George tidak pernah menyelesaikan tugas-tugas rumahnya, dan ketika guru menerangkan ia hanya menggambar dan menggambar karena memang itu jiwanya. George mengikuti kelas seni, tetapi ia juga kurang mematuhi perintah guru seninya. George remaja yang bisa dibilang anti sosial, ia tidak terlalu memperdulikan orang lain. Hingga suatu hari George bertemu dengan Sally teman sekelasnya sendiri. Awal hubungan mereka ketika George mendapatkan Sally sedang merokok diatas gedung, dan George menyelamatkan Sally karena tiba-tiba seorang guru naik ke atas. George berpura-pura ia yang menghirup rokok.

Dan mulai saat itulah seseorang yang baru datang kekehidupan George, merubah George menjadi sedikit perduli terhadap orang lain. Sally mengenalkan George pada teman-temannya salah satunya Will yang tertarik pada gambaran George yang unik, Will pun meminta George untuk membuatkan gambar pada kartu undangan pertunangan kakaknya.  Hingga datang Dustin seseorang yang akan membantu George untuk menyelesaikan tugas-tugas George yang tidak pernah ia kerjakan. Dihari libur George diundang dustin untuk datang ke rumah sekaligus studionya, George melihat hasil karya Dustin. Dan George menunjukkan semua gambarannya yang ia gambar dibukunya. Dustin tekagum dengan hasil tangan George yang memang itulah dirinya. Lalu George mengelak dan berkata “tidak itu hanya omong kosong yang belum matang”. Saat itulah Dustin melihat Sally yang diajak George, Dustin menanyakan hubungan mereka. Tetapi George sekiranya hanya berkata bahwa mereka hanyalah teman dan tidak ada perasaan diantara mereka meskipun itu ia ucapkan agak ragu. Sepulang dari studio Dustin Sally yang penasaran dengan pembicaraan George dan Dustin menanyakan apa yang mereka bicarakan, Sally berprasangka bahwa George dan Dustin tadi membicarakan dirinya. “tidak” itulah jawaban George.

Pesta pertunangan kakaknya Will, George diundang dan Will menunjukkan hasil gambar George yang menjadi ikon di belakang kartu undangannya. Pesta Clubbing. Seorang George yang benci keramaian, merasa canggung ketika Sally mengajaknya untuk berdansa. Tiba-tiba datang teman Sally, dan George menjadi tersingkirkan. Sally menyuruh George untuk mengambilkannya minum, tetapi George malah keluar dari pesta itu. Dan muntah diluar hingga ia ditertawakan oleh pejalan kaki, pusing dirinya. Hingga ia harus merebahkan tubuh dipinggir bangunan. Lalu Sally keluar mencari George dan membantunya bangun, Sally mengajak George untuk tidur dikamarnya, Sally menyediakan kasur yang berbeda untuk George.  Pagi hari, ibu Sally memberikan George jus yang sepertinya untuk obat. “terimakasih kau telah merawatku” kata George pada Sally, karena keadaan Sally yang sedang ngambek pada ibunya Sally kembali lagi kekamar. George pulang.

Dustin mengajak George ke sebuah pameran lukisan, tetapi ternyata percakapan mereka hanyalah terpaku pada hubungan George dengan Sally, Dustin berkata “jangan sampai membiarkannya sendirian” George mencoba mengerti dengan pembicaraan Dustin. “yang harus kau lakukan adalah menyenderkannya kedinding dan menciumnya, jika ia membalas berarti bagus. Jika tidak membalas ciuman mu. Setidaknya kau sudah mencoba” pesan Dustin yang menurutnya itu pesan bodoh.

Di hari Valentine, George dan Sally makan malam disebuah Restoran. Mereka saling membicarakan  tentang ayah kandung mereka, membicarakan hal-hal special bersama ayah kandung mereka sewaktu kecil. Lalu diakhir Sally menanyakan “bagaimana orang sepertimu tidak pernah pacaran?” George diam, “apakah kau pernah melakukan seks?” Sally terhenyak sebentar “ya” George menjawab seraya itu hanya lelucon. Maksud Sally ia hanya bertanya, “apakah kau mau melakukan seks denganku?” pertanyaan Sally yang membuat George benar-benar sungguh terkejut. Lalu Sally mengelak dan itu hanya lelucon, jelas George merasa tersinggung dengan pertanyaan Sally yang tidak senonoh itu. Mereka diam, sampai diperjalanan diam. Sally  mulai merasa aneh dengan George. George memilih untuk pulang duluan dan berbalik arah, Sally mencoba menjelaskan pertanyaannya yang hanya sungguh sungguh lelucon, tetapi George menganggap itu seperti hinaan bagi dirinya. Sally berteriak “kau sedang banyak pikiran George” tetapi George terus berjalan meninggalkan Sally dijalan, menghiraukan teriakan Sally. Malam Valentine yang hancur. Sally mencoba menghubungi George berkali-kali, tetapi George tidak mau mengangkatnya. Dan memikirkan itu setiap malam sambil memandangi langit-langit rumahnya. George menjauhi Sally, Sally heran mengapa George menjauhinya. Sally ikut menjauh karena merasa benar-benar dihiraukan oleh George.

Perkataan Dustin benar, sekarang George benar-benar membuat Sally sendirian. Tanpa sepengetahuan George, sally dan Dustin mulai sering bertemu. Disebuah kafe Sally yang benar-benar merasa kesepian mengunjungi Dustin disebuah kafe, “seharusnya aku tidak melakukan ini” kata Dustin dengan rasa bersalahnya ia pada George. Akhirnya, ya begitulah Sally memilih untuk bersama Dustin. George yang saat itu sedang ada masalah besar dengan orangtuanya, karena kepala sekolah sudah menyerah dengan  tingkahnya yang tidak mau mematuhi aturan, lalu kepala sekolah memberikannya dua pilihan “pengusiran atau tidak lulus” George pulang dengan perasaan yang semakin tertekan. Terlebih lagi ia harus memberitahukan itu pada orangtuanya.

George mulai kesal, karena ayah tirinya terus saja memojokkan dirinya bahwa selama ini dialah pembuat masalah. karena saking kesalnya George membeberkan semua yang ayah tirinya lakukan dibelakang ibunya. Semua aib. Ayah George merasa dirinya dihina dan mencoba melukai orge, mereka bertengkar hebat sampai-sampai George menghantam tubuh ayah tirinya ke dinding dengan keras, karena sepertinya ayah tirinya mencoba membunuhnya. George berlari keluar, menuju rumah Sally. Dengan tergesa-gesa George mengetuk rumah Sally, Sally keluar melihat George yang berdiri didepannya kini. Tanpa berkata-kata lagi George mencium Sally dengan keadaan yang seperti itu. Sally menolak ciuman itu, dan George terheran lalu bertanya “kenapa?” Sally membuka pintu rumahnya yang ia tutupi dengan badannya, lalu membukakan pintu. Dan betapa terbelalaknya George melihat Dustin yang sedang mengobrol dengan ibunya Sally. George langsung keluar. Dustin menghentikan George dan bercakap mereka disana, George menangis betapa bodohnya ia telah membiarkan Sally sendirian, dan menggantikan posisinya dengan orang lain. George berkata pada Dustin. “ sebelumnya aku tidak pernah bertemu dengan orang keren, dan menurutku kau itu orang keren yang pertama aku temui” dengan segala sakit hati, masalah keluarga dan percintaan serta tuntutan dari sekolah seakan-akan langit runtuh menimpanya.

Keesokannya, George datang menemui ibunya disebuah taman, berbicara empat mata. Tentang kejadian kemarin. Bahwa ibunya lah yang salah, tetapi George menyela bahwa ialah yang salah. Ibu dan anak itu, benar-benar telah menemukan biang masalah yang sebenarnya diantara mereka. Tiba-tiba seperti ada semangat yang muncul. George mengumpulkan semua tugasnya selama ini yang belum pernah ia selesaikan, semua tugas itu ia selesaikan selama tiga minggu. Dan ia berikan menjelang pengunguman kelulusan. Kepala sekolah hanya berkata “kita lihat hari kelulusan nanti pakah namamu dipanggil”

Satu tugas lagi, yaitu menemui Sally. George mengajak Sally kesebuah kafe. Dan George berkata semuanya. Perasaannya bahwa Sally yang sudah merubah hidupnya, dan semuanya perasaannya pada Sally selama ini. Lalu George dan Sally pun menaghabiskan waktu mereka sore itu hanya berduaan didalam sebuah kamar, karena Sally akan ikut Dustin ke Eropa. Mengetahui hubungan mereka George tidak terlalu terkejut, ia hanya ingin hari itu menghabiskan semuanya dengan Sally. Apalagi besok adalah pengunguman kelulusan dan Sally harus berangkat saat itu juga.

Pengunguman kelulusan. George tidak merasa kahawatir ataupun tegang bahwa namanya tidak akan disebutkan. Ia hanya duduk diam dan berpikir positif. Akhirnya namanya dipanggil oleh kepala sekolahnya yang orang negro itu. “semuanya bisa saja terjadi” begitulah kata sang kepala sekolah, ibu George bangga sekali anaknya yang sangat malas akhirnya dapat berubah dan lulus.

George mampir ke kelas seninya, melihatkan hasil karyanya pada gurunya. Yaitu gambar Sally yang sedang tersenyum. George memperhatikan gambar itu dengan bangganya pada sang guru “anak sialan” kata gurunya dengan senyuman bangga. Disudut lain George sedih karena Sally hari ini pergi. Tiba-tiba muncul dari balik pintu. Sally datang menghampiri George, betapa terkejutnya ia saat itu Sally mengelilingi lukisannya sambil tersenyum “lumayan”. Ternyata Sally tidak ikut Dustin ke eropa melainkan memilih tinggal bersama George, karena baginya masih

banyak hal yang harus mereka jalani bersama. Itulah akhir cerita dari the art of getting by .

ANALISIS :

Dari film the art of getting by ini kita bisa mengambil banyak hal positif serta pembelajaran bagi para orangtua untuk mendidik anak-anaknya karena sebenarnya cerita ini menyindir para orangtua yang sering kali lebih mementingkan pekerjaan dari pada perkembangan si anak, apalagi jika anak itu sedang mengalami keremajaan atau kelabilan dalam bergaul, bersikap, dan berpikir. Nilai negatifnya, adalah remaja yang suka clubbing dan foya-foya. Terlebih lagi sikap George dengan suka bolos sekolah. Sifat George yang tidak ingin punya teman atau anti sosial serta rasa tanggung jawabnya yang rendah sekali. Dari film ini kita bisa belajar dan paham bahwa masa remaja harus menggali makna hidup bukan tentang berfoya-foya dan menyiakan masa remaja dengan kehidupan yang glamor, serta suka pesta yang tidak jelas manfaatnya. Dan lagi-lagi itulah gambaran kehidupan anak-anak yang mengalami broken home. Kejiwaan mereka pada umumnya memang muak dengan kehidupan yang sekarang. Dan mereka cenderung lebih suka masa lalu. Pada dasarnya para orangtua nampaknya belum peka terhadap kejiwaan anak-anaknya yang sedang masa menginjak dewasa. Dan lagi-lagi wanita dan laki-laki tidak mungkin bersahabat jika tidak didasarkan cinta. Alur awal yang rumit tetapi jalan cerita yang dapat ditebak, dan terlalu monoton untuk cerita anak remaja yang biasa disuguhi cerita-cerita lebih menarik lainnya. Tetapi, juga mengajarkan kita untuk menjadi makhluk yang bertanggung jawab, dan lebih dewasa dalam bersikap. Dan kita semua dituntut untuk lebih memahami makna hidup.

SEKIAN~

nb : banyak salah, tapi udah niat ngeshare walaupun baru setengah nonton. sorry guys.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun