Debat Publik Pilkada Barito Utara yang digelar di Palangka Raya pada waktu lalu masih menyisakan perdebatan diakar rumput warga Barito Utara.
Jejak perdebatan dimedia sosial masih tertinggal dan menjadi bukti, bahwa warga Barito Utara aktif dalam menganalisa siapa calon pemimpin pilihannya.
Diantara dua pasangan calon yang berkontestasi, mereka sama-sama mengangkat program unggulannya masing-masing yang dianggap oke punya.
Pastinya seluruh program yang mereka tawarkan tidak bisa tidak pasti berasal dari yang namanya "pikiran".
Standart apa yang menjadi ukuran sebuah program dapat disebut sebagai program kampanye rasional, tidak ada yang tahu.
Para panelis dalam debat pun tidak memiliki otoritas untuk mengukur takaran dan mengetok palu seorang calon telah mumpuni menelorkan sebuah program atau tidak.
Namun dari debat pertama kemaren ada satu "anugerah" sebenarnya untuk masyarakat Barito Utara, yaitu "Ilham" yang datang dari ruang pikiran sang calon, saat ia berkata :
"Banjir adalah masalah biasa, sudah menjadi budaya kita"
Ini adalah kata kuncinya. Ini kata "emas" yang harus kita bungkus lalu simpan baik-baik.
Disiarkan lewat TV Nasional dan mungkin ditonton jutaan pasang mata manusia, ia mengatakan hal tersebut tanpa beban apa-apa.
Dia mengatakan itu disaat dirinya mengaku akan mengratiskan pendidikan hingga bangku kuliah agar masyarakat Barito Utara menjadi masyarakat yang cerdas secara intelektual.