Lembaran kain dari Sumba Timur itu sungguh sangat mengagumkan. Corak dan motifnya yang bernuansa etnik dan tradisional itu memiliki keindahan dan keunikan tersendiri. Belum lagi dengan penggarapannya yang sangat detail dan rumit, tentu menunjukkan bahwa kain tenun itu bukan kain yang biasa saja.
Apalagi kain itu masih tetap awet, kuat dan cemerlang sejak dibuat dengan tenun secara tradisional sejak puluhan tahun yang silam.
Tak heran jika harga selembar kain itu bisa mencapai angka puluhan juta rupiah. Kain itu merupakan salah satu dari lembaran-lembaran kain yang kini tengah dipamerkan di Surabaya.
Dalam tenun ikat Sumba Timur, corak dan warna tidak hanya untuk keindahan visual semata. Tetapi juga mempunyai nilai filosofi yang menceriminkan keseharian hidup masyarakatnya.
Untuk lebih mengenal makna dan nilai spiritual pada motif-motif yang terekam dalam tenun ikat Sumba Timur, Galeri seni House Of Sampoerna menggelar pameran Tenun ikat yang bertajuk " Exotica of East Sumba " yang diadakan mulai tanggal 26 Juli hingga 29 Agustus 2013.
Ada 50 tenun ikat Sumba Timur yang dipamerkan. Kesemuanya memiliki keunggulan pada motif, warna serta kekuatan ikatan pada kain tenun. Sebagai contoh, tenun Lau Pahudu dengan motif gambar Naga. Motif naga pada kain tenun yang dibuat pada tahun 1970 ini karena adanya pengaruh budaya China yang masuk ke Indonesia.
Begitu pula halnya dengan tenun Hinggi Kombu yang bermotif Burung merak Satu Arah yang merupakan tenunan langka karena menggunakan tekhnik satu arah serta perpaduan warna yang rumit antara biru dan merah. Motif itu menggambarkan tentang keanggunan, keindahan dan kewibawaan.
Adapun motif yang banyak terdapat pada tenun ikat Sumba Timur umumnya menggunakan figur-figur berupa manusia, pohon, tengkorak dan satwa seperti kuda, rusa, udang, naga, gajah dan singa.
Masing-masing simbol pada tenun itu memiliki maknda tersendiri. Sehingga selain digunakan sebagai pakaian sehari-hari, juga digunakan sebagai kelengkapan upacara adat.
tenun ikat pada masyarakat Sumba Timur juga kerap digunakan sebagai alat tukar yang bernilai ekonomis. Bahkan menjadi cermin strata sosial dalam masyarakat dan harta keluarga yang bernilai tinggi.
Pada perkembangannya, tenun itu menjadi komoditas berkualitas dengan jumlah yang terbatas karena mengingat cukup lamanya proses pembuatan tenun.
Tenun itu sendiri menggunakan bahan-bahan pewarna alami seperti abu karang laut, kayu kuning, daun/akar dan kulit mengkudu, daun tarum, kunyit dan gambir.
Adanya pameran tentang indahya kain tenun dari Sumba Timur ini semoga bisa membuka mata dan wawasan kita tentang betapa indah dan kayanya ragam kain di sebuah negeri yang bernama Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya