Sepintas, tak ada yang menarik dengan gentong itu. Warnanya coklat kehitaman dengan keadaan yang sudah tidak utuh pada bagian atasnya. Tak ada warna atau ornamen lainnya yang menghiasi permukaannya.
Tetapi siapa sangka jika ternyata dua gentong itu tak terhitung nilainya karena merupakan peninggalan masa Dinasti Ming Abad ke XIV dan merupakan hadiah Putri Campa.
Gentong kuno yang bernama Gentong Kong itu merupakan salah satu koleksi benda bersejarah yang bisa dijumpai di Museum Masjid Agung Demak di kota Demak - Jawa Tengah.
Sesuai dengan namanya, museum yang berada di pusat kota dan dalam kawasan masjid Agung Demak ini menyimpan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Masjid Agung Demak.
Berkenaan dengan dipugar dan direnovasinya kembali Masjid Agung Demak tanpa merubah bentuk aslinya, benda-benda itu disimpan dalam museum ini sebagai jejak agungnya peradaban budaya pada masa lampau. Dan gentong kuno itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.
Selain gentong Kong, museum ini juga memiliki 60 lebih koleksi lainnya. Diantaranya adalah Soko Guru (tiang penyangga ) yang rusak yaitu soko guru Sunan Kalijaga, soko guru Sunan Bonang, sokoguru Sunan Gunungjati dan soko guru Sunan Ampel.Ada juga sirap ( genting kayu ), bedug dan kentongan kuno.
Ada juga pintu kuno yang disebut dengan nama Pintu Bledeg buatan Ki Ageng Selo. Pada pintu yang terbuat dari kayu jati itu terdapat hiasan dua kepala naga dengan ukiran dan warna yang mencolok. Konon , kepala naga tersebut menggambarkan petir yang kemudian dapat ditangkap oleh Ki Ageng Selo.
Selain itu juga terdapat motif berupa sulur-suluran, jambangan, mahkota dan tumbuh-tumbuhan, Menurut ahli sejarah, ornamen dalam pintu itu merupakan Candrasengkala berbunyi Naga Mulat Salira Wani yang berarti angka tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H.
Koleksi lainnya berupa foto-foto Masjid Agung Demak pada masa lampau, lampu-lampu dan peralatan rumah tangga dari kristal dan kaca hadiah dari Paku Buwono I tahun 1710 M, kitab suci Al-Qur’an 30 juz tulisan tangan, maket masjid Demak tahun 1845 – 1864 M.
Ada juga beberapa prasasti kayu yang memuat angka tahun 1344 Saka, kayu tiang tatal buatan Sunan Kalijaga dan lampu robyong masjid Demak yang dipakai tahun 1923 – 1936 M.
Tak kalah menariknya adalah koleksi berupa ornamen terbuat dari kayu yang menggambarkan Surya Majapahit. Ornamen itu merupakan gambar hiasan segi 8 yang sering digunakan pada masa Kerajaan Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit dan dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
Koleksi berikuttnya adalah Mihrab atau tempat pengimaman,Di mihrab ini terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Candra Sengkala” yang berbunyi Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan Dampar Kencono warisan dari Majapahit .
Benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi.
Click :Jejak Sejarah Walisongo di Masjid Agung Demak Berkunjung ke daerah yang terkenal dengan produksi Jenang Kudus nya itu tentu terasa sayang jika tidak menyempatkan diri mengunjungi museum Masjid Agung Demak dengan berbagai koleksi nya yang menarik. Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban Free Trial 41.000 Movies + TV Episode - Amazon Prime Baca juga dan Klik artikel menarik berikut ini : Main Game = Dapat Dollars Instant Access To Get Freelancer Jobs Menambang Uang Melalui Facebook dan Twitter Peluang Mendapatkan Dollar Via Internet Museum Santet Di Surabaya Tips Memasang Iklan Di Blog Share Status di Fb/Twitter Dapat Komisi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya