Bangunan itu dari bagian luar tampak berbentuk seperti kelenteng dengan aneka warnanya yang cerah.Begitu juga dengan model dan gaya ornamennya. Tapi siapa sangka kalau bangunan tersebut adalah sebuah masjid sebagai tempat beribadah umat Islam. Bangunan itu adalah Masjid Muhammad Cheng Hoo yang berada di dalam area Gedung Serba Guna Persatuan Islam Tionghoa Indonosia ( PITI ) - Jawa Timur. Nikmatnya Oleh-oleh Khas Tuban Lokasinya yang berada di dalam kawasan perkampungan membuat keberadaan masjid ini agak terpencil walau terletak hanya berjarak sekitar 1 km dari balai Kota Surabaya.
Masjid yang unik ini ukuran dan bangunannya tidak terlalu besar dan hanya mampu menampung 200 jamaah. Namun karena keunikan bentuk dan arsitektur bangunannya, membuat masjid ini menarik untuk dikunjungi.
Masjid ini didominasi oleh warna merah dan kuning. Kubahnya berbentuk seperti pagoda yang mengingatkan pada bentuk bangunan di kelenteng. Di bagian depan masjid terdapat prasasti peresmian masjid ini. Sedangkan di bagian atas pintu masuk masjid bagian depan terdapat papan nama masjid ini dalam tulisan bahasa Indonesia dan tulisan Tionghoa.
Pada sisi kanan dan kiri dinding masjid bagian depan terdapat ornamen bertuliskan lafal dalam huruf Arab dan berwarna emas. Di bagian dalam ruangan masjid terdapat mimbar pengimaman yang bentuknya sederhana.
Kesan yang cukup megah dan artistik tampak pada kubah masjid bagian dalam yang berhias ornamen dan kaca mozaik dalam perpaduan warna yang indah. Sebuah lampu gantung yang berukuran cukup besar menggantung di bagian tengahnya.
Yang menarik, pada dinding luar yang berada di samping kiri masjid terdapat relief yang sangat indah. Relief itu menggambarkan sosok Muhammad Cheng Hoo dengan kapal layarnya yang sangat legendaris.
Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus PITI , dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya. Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama pada tanggal 15 Oktober 2001 bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pembangunannya baru dilaksanakan 10 Maret 2002 dan baru diresmikan pada13 Oktober 2002.
Nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan pada Laksamana Cheng Hoo asal Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, tetapi juga menyebarkan agama Islam. Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie ( Ox Street ) (Ox Street) di Beijing  yang dibangun pada tahun 996 Masehi
Masjid Muhammad Cheng Hoo berdiri di atas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi. Masjid Muhammad Cheng Hoo juga memiliki delapan sisi dibagian atas bangunan utama. Ketiga ukuran atau angka itu ada maksudnya. Maknanya adalah angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo  dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).
Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal yaitu Jawa. Arsitek masjid yang unik ini adalah Ir. Abdul Aziz dari Kota Bojonegoro.
Pada dinding bangunan Gedung Serba Guna PITI terdapat beberapa prasasti tentang masjid Muhammad Cheng Hoo ini yang tertulis dalam bahasa Indonesia, Cina dan Inggris. Ada juga pajangan lselembar kertas putih yang bertuliskan kaligrafi dalam huruf Tiongkok karya Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia. Selain itu juga terdapat etalase kaca yang menjual souvenir berbentuk kopyah dan peci yang bergambar Masjid Muhammad Cheng Hoo.
Cara Jitu dan GRATIS Untuk Promosi Blog / Website
Jenazah Utuh Terkubur 35 Tahun
Penampakan Jin,Tuyul dan Pocong Di Tuban
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya