Bagi banyak orang, Tokek merupakan hewan yang cukup menjijikkan dan menakutkan. Dengan wajah yang cukup menyeramkan dan giginya yang cukup tajam, binatang ini cukup membuat bergidik. Namun tidak demikian halnya dengan Didik Prabudi,warga Desa Tegal Siwalan Kecamatan Leces - Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Justru dari tokek itu, pria ini bisa mendulang rezeki miliaran rupiah dengan berbisnis tokek ini. Tokek kering itu diekspor ke China dan negara lainnya untuk bahan baku obat-obatan. Sedangkan tokek hidup dipasarkan di pasar domestik, juga untuk bahan obat-obatan, terutama obat kulit.
Lokasi usaha tokek milik Didik Prabudi sangat
mudah dikenali karena terletak di tepi ruas jalan Raya Leces - Lumajang, tepatnya di belakang warung makan Andira. Memasuki lokasi usaha itu,
bau yang tidak enak dan menyengat ala bangkai binatang terasa menguar
dari dalam ruangan dan sekitarnya.
Rupanya bau itu merupakan bau
dari rangkaian proses pengolahan dari tokek hidup menjadi tokek kering. Tokek yang hidup setelah dibelah perutnay dan dikeluarkan isi perutnya kemudian dari ujung ekornya sampai ke dalam tubuhnya kemudian ditusuk dengan sebatang
bambu.
Pada bagian bawah tubuh tokek kemudian diberi lembaran bambu yang pipih dan lebar untuk mengembangkan tubuh tokek.
Setelah tokek ditata sedemikian rupa dan diberi penjepit, tokek-tokek itu kemudian dikumpulkan dan ditata dalam wadah bambu bersama ratusan atau bahkan ribuan tokek lainnya.
Proses berikutnya adalah memasukkan tokek-tokek itu ke dalam mesin pengering atau oven selama 24 jam.Tokek yang keluar dari mesin oven itu tampak sudah kering.
Tokek-tokek yang sudah kering itu oleh para pekerja kemudian disortir menurut ukuran dan kualitasnya. Kemudian tokek-tokek itu dimasukkan ke dalam kardus yang berlapis
plastik untuk dikemas. Jumlah tokek yang dimasukkan ke dalam kotak kemaan itu berbeda tergantung kualitas dan ukuran tokek.
Didik Prabudi berbisnis tokek itu sejak tahun 1990an. Kini dia bersama 10 peternak plasma mengembangkan budidaya tokek dengan melibatkan sekitar 100 warga di Desa Tegal Siwalan dan daerah lainnya.
Menurut Didik, pasar dalam
bisnis tokek sebenarnya masih angat luas dan terbuka lebar. Hal ini karena permintaan pasar masih lebih banyak daripada persediaan yang ada.
Selama ini importir menutupi kekurangan pasokan dari Indonesia dengan mengimpor tokek dari
Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Importir itu sendiri sebenarnya lebih memilih tokek kering dari Indonesia karena harganya lebih murah.
Selain diekspor, Didik Prabudi juga memasarkan tokek-tokek itu dalam bentuk kemasan plastik siap
jual dalam bentuk bubuk Tokek dan Dendeng Tokek. Yntuk Dendeng Tokek pda setiap kemasannya berisi dua ekor tokek kering.
Bagaimana,
apa Anda tertarik mencoba mencicipi
rasa Dendeng Tokek produksi Didik Prabudi ini ?
Dendeng Tokek ini tentu merupakan sebuah hal yang cukup unik dan menarik dari Kota Probolinggo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya