Mohon tunggu...
Heri Agung Fitrianto
Heri Agung Fitrianto Mohon Tunggu...

Penikmat wisata dan perjalanan yang tinggal di Kota Tuban - Jawa Timur.\r\n\r\nArtikel2 perjalanan saya yang menarik lainnya bisa Anda baca di blog saya : http://jelajah-nesia2.blogspot.com dan http://jelajah-nesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nikmatnya Oleh-oleh Dendeng Tokek dari Probolinggo

12 Agustus 2013   01:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh-oleh dari berpergian ke suatu kota yang berupa makanan, buah-buahan, souvenir, pakaian  dan sebagainya tentu adalah hal yang biasa saja. Tetapi bila oleh-oleh itu berupa makanan yang berbentuk dendeng, tentu cukup menggoda selera untuk dinikmati. Tetapi untuk dendeng yang satu ini, tentu akan membuat Anda berpikir dua kali untuk mau atau segera menyantap dan menikmatinya. Pasalnya, dendeng yang satu ini terbuat dari binatang tokek  ( Gekko gecko ). Dari bentuk Tokek yang cukup menyeramkan, tentu butuh nyali tersendiri untuk menikmati dendeng tokek yang unik.

Dendeng Tokek ini merupakan oleh-oleh yang diproduksi oleh Didik Prabudi, warga Desa Tegal Siwalan Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur.
Pria ini justru tidak tertarik dan berminat dengan tokek bertubuh gendut  yang menghebohkan seperti yang terjadi pada beberapa bulan yang lalu.
Sebaliknya, Didik Prabudi justru lebih berminat pada tokek jenis rumahan yang biasa kita jumpai dengan ciri bobot tubuh tokek yang standard dan cenderung kurus.
Dari bisnis tokek yang sudah digelutinya sejak 10 tahun yang lalu itu, dia telah mendapatkan hasil miliaran rupiah.
Beberapa bangunan rumah plus bangunan rumah baru yang sedang dibangun dan beberapa mobil mewah yang dimilikinya tentu sudah bisa menunjukkan betapa manisnya bisnis tokek itu.
Didik lebih tertarik memilih tokek kurus itu karena tidak banyak lemaknya sehingga mudah untuk dikeringkan dengan cara dioven.
Menurutnya, bagian tubuh tokek yang  berkhasiat dan banyak digunakan adalah pada bintik-bintik berwarna oranye yang terdapat pada sekujur kulit tokek pada bagian atas.
Bintik-bintik itulah yang konon mengandung zat-zat tertentu yang berkhasiat dalam obat-obatan tradisional, kosmetik dan keperluan lainnya.
Tokek oven kering itu  itulah yang banyak diminati oleh pasar importir di luar negeri.
Beberapa rekannya di luar negeri yang juga berbisnis tokek kering seperti Jepang, Korea, Taiwan, Singapura dan sebagainya itu  telah menjadi pelanggan tetap Didik Prabudi.
Guna ketersediaan pasokan bahan baku tokek, Didik  menangkarkan tokek sendiri dan telah memiliki surat izin penangkaran tokek dari Dishut Jawa Timur No.522.52/343/116.03/2008.
Selain itu dia juga menerima kiriman tokek dari penangkar tokek lainnya yang banyak terdapat di daerah sekitar tempat tinggalnya.
Selain itu ada juga tokek yang diperoleh dari perburuan dan penangkapan di alam.
Sejumlah pemburu tokek berburu tokek di sekitar  Probolinggo bahkan hingga Jember, Lumajang, Banyuwangi, dan Madura.
Beberapa tahun terakhir ini  pasar di dalam negeri  juga terbentuk untuk tokek olahan, meski pangsanya tidak sebesar pasar ekspor.
Untuk pasar lokal, Didik menyiapkan dendeng tokek yang dia kemas dalam kemasan plastik berisi dua ekor  dendeng tokek dengan harga Rp 20.000 per kemasan.
Menurut Didik, pasar untuk tokek kering di mancanegara itu masih terbuka lebar.
Sementara  ekspor tokek oven asal Indonesia mencapai kisaran 1 juta sampai 2 juta ekor per tahun dan dia  hanya bisa mengekspor 300-400 ribu ekor tokek oven
Nah, bila Anda berkunjung ke kota Probolinggo dan punya nyali untuk menikmati makanan yang cukup ekstrim ini, jangan lupa untuk membeli  oleh-oleh Dendeng Tokek produksi Pak Didik Prabudi yang lokasinya berada di tepi Jalan Raya Probolinggo - Lumajang ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun