Symphony no 9 “Ode to Joy” By Beethoven: Mahakarya yang Mengubah Dunia Musik
Ludwig van Beethoven adalah salah satu komposer terbesar dalam sejarah musik klasik. Karya-karyanya telah menginspirasi generasi demi generasi musisi dan pendengar. Di antara karya-karya yang telah dihasilkannya, Symphony no 9 in D minor, Op. 125, atau yang sering disebut "Ode to Joy" menonjol sebagai salah satu yang paling ikonik dan berpengaruh.
Beethoven membuat Symphony no 9 bermula dari pesanan Philharmonic Society of London (PSL) pada 1817. Ia menerima pesanan tersebut lantaran sedang membutuhkan uang karena memiliki utang kepada beberapa kerabatnya. PSL terkesan dengan kedalaman karya-karya pria kelahiran Bonn, 17 Desember 1770 ini. Musiknya dianggap mewakili suara humanisme Eropa abad ke-19. Lima tahun kemudian, pada 1822, barulah Beethoven mulai menggarap komposisi tersebut secara serius.
Diselesaikan pada tahun 1824, Symphony no 9 adalah simfoni terakhir Beethoven. Karya ini diciptakan dalam kondisi yang sangat menantang, karena pada saat itu Beethoven telah sepenuhnya tuli. Meskipun demikian, Beethoven berhasil menciptakan sebuah simfoni yang tidak hanya kompleks secara musikal tetapi juga penuh dengan emosi mendalam dan memiliki pesan semangat humanis.
Gedung pertunjukan Kärntnertortheater merupakan tempat pertama kalinya Symphony no 9 diperdengarkan kepada masyarakat umum, pada tanggal 7 Mei 1824. Dalam acara tersebut, Beethoven-lah yang memandunya secara langsung walaupun ia sudah kehilangan pendengarannya secara total.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah simfoni, karya ini memerlukan solis dan paduan suara yang bernyanyi pada bagian akhir komposisi. Simfoni sepanjang 75 menit ini memiliki movement terakhir fenomenal yang berisi bagian dari karya puisi “An die Freude“ atau “Ode to Joy” oleh Friedrich Schille, yang memiliki makna merayakan persaudaraan dan persatuan umat manusia.
Dimulai dengan kalimat terkenal “Freude, schöner Götterfunken“, yang berarti: kesenangan, cahaya ilahi yang indah. Karya ini merupakan contoh pertama dari seorang komponis besar yang menggunakan suara manusia pada tingkat yang sama dengan instrumen-instrumen dalam sebuah simfoni.
Symphony no 9 menunjukkan dengan jelas betapa obsesifnya Beethoven terhadap kedalaman dan intensitas musik. Analisis komposisi Symphony no 9 terdiri dari 4 movement:
1. First Movement: Allegro ma non troppo, un poco maestoso
Gerakan pembuka dengan gaya sonata-allegro ala zaman Klasik yang dramatis dan penuh ketegangan, menciptakan suasana grandiose yang membangun fondasi emosional untuk keseluruhan simfoni.
Bagian ini menggambarkan sesuatu yang muncul dari suatu keadaan yang tidak menentu, dan kemudian memecah dengan suatu kehendak yang besar untuk mengatasi kesedihan yang sepertinya menjanjikan suatu kemenangan di kemudian hari. Disajikan agar pendengarnya menikmati campur-aduk harmonis antara fortissimo yang menghentak dengan bagian akhir yang sedikit tenang. Secara keseluruhan bagian ini menggambarkan kesedihan mendalam.