Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan - kini menghidupkan kembali Aksara Ulu yang merupakan aksara tradisional yang selama berabad-abad menjadi bagian penting dari budaya lokal. Dalam upaya pelestarian ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lahat bekerja sama dengan berbagai aktivis budaya dan komunitas masyarakat untuk mengembalikan kehadiran aksara ini dalam kehidupan sehari-hari masyarakat modern.
Aksara Ulu, atau yang juga dikenal sebagai Aksara Ka Ga Nga, pada masa lalu digunakan dalam penulisan beragam dokumen bersejarah di dataran tinggi Sumatera Selatan. Namun, seiring waktu, aksara ini mengalami penurunan penggunaannya karena pengaruh modernisasi dan peralihan ke aksara Latin. Kini, melalui berbagai langkah kreatif, Disdikbud Lahat berusaha keras merestorasi dan mempertahankan aksara ini sebagai kebanggaan budaya lokal.
Aksara Ulu di Ruang Publik: Membangun Identitas Daerah
Upaya menghidupkan kembali Aksara Ulu dimulai dengan memperkenalkannya di ruang-ruang publik. Jalanan di Kabupaten Lahat kini dipenuhi papan nama yang memuat aksara Ka Ga Nga berdampingan dengan aksara Latin. Penjabat (PJ) Bupati Lahat, Muhammad Farid, SSTP, MSi, menyatakan bahwa "Penyajian Aksara Ulu di ruang publik ini bukan hanya sekadar hiasan, tetapi juga menjadi simbol kuat komitmen pemerintah untuk melestarikan warisan leluhur. Plang-plang jalan, papan nama kantor, dan atribut lain yang dihiasi Aksara Ulu membantu masyarakat lebih mengenal dan merasakan kembali identitas budaya mereka yang unik," ungkapnya dalam sebuah wawancara pada kutipan berita Sahabat Siber (Raki, 2024).Â
Selain papan nama jalan, semua pegawai pemerintah daerah di Lahat juga kini memakai papan nama beraksara Ulu pada seragam dinas mereka. Inisiatif ini bukan hanya bentuk simbolis tetapi juga menegaskan bahwa upaya pelestarian budaya dapat dilibatkan dalam kehidupan kerja sehari-hari, menjadikan Aksara Ulu bagian dari kehidupan modern.
Memperkenalkan Aksara Ulu dalam Pendidikan: Investasi untuk Generasi Muda
Pendidikan menjadi fokus utama dalam memastikan keberlanjutan Aksara Ulu. Disdikbud Kabupaten Lahat kini tengah mengintegrasikan Aksara Ulu ke dalam kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah dasar dan menengah pertama. Kepala Disdikbud Kabupaten Lahat, Neil Aldrin, memaparkan alasan mengapa Aksara Ulu Lahat perlu dilestarikan. "Aksara ini sangat langka dan unik. Sayangnya, banyak yang belum mengenalnya, dan kami khawatir aksara ini akan punah," ujar Neil Aldrin dalam sebuah wawancara pada kutipan berita rmolsumsel.id (Dudi Oskandar, 2024).
Neil Aldrin menyampaikan harapannya bahwa pengenalan Aksara Ulu sejak usia dini akan membantu generasi muda untuk lebih mengenal, mencintai, dan melestarikan identitas budaya mereka. Sebagai bagian dari upaya ini, pelatihan bagi para guru juga menjadi fokus utama. "Kami akan mengadakan bimbingan teknis (bimtek) Aksara Ulu Lahat untuk berbagai pihak, khususnya para guru, yang nantinya akan mengajarkan aksara ini kepada para siswa," ujar Syaihul Azhari, Kepala Bidang Kebudayaan,dalam sebuah wawancara pada kutipan berita rmolsumsel.id (Dudi Oskandar, 2024). Melalui pendekatan ini, diharapkan siswa tidak hanya memahami bentuk dan cara membaca aksara tersebut, tetapi juga dapat menyelami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya, sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal sejak dini. Â
Kolaborasi dengan Aktivis dan Komunitas: Kerja Sama untuk Pelestarian
Keberhasilan pelestarian ini juga tidak lepas dari kolaborasi dengan komunitas dan aktivis budaya lokal. Salah satu tokoh penting dalam inisiatif ini adalah Nuzuhul Ramadhona, atau Donna, yang merupakan penggiat budaya. Bersama Syaihul Azhari, SE, MM, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Lahat, Donna berperan aktif dalam mengembangkan strategi untuk memperkenalkan Aksara Ulu melalui kegiatan budaya serta teknologi digital.
Donna memimpin berbagai penelitian dan pengembangan desain aksara, memastikan keaslian serta penerapan Aksara Ulu yang tepat di berbagai media. "Ini adalah upaya kolektif, dan membutuhkan komitmen dari banyak pihak, mulai dari pemerintah hingga komunitas budaya," kata Donna. Lewat berbagai kegiatan sosialisasi dan acara budaya, mereka berhasil memfasilitasi pengenalan Aksara Ulu kepada masyarakat luas, membangun kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya.
Mengajak Masyarakat untuk Terlibat dalam Pelestarian Budaya
Disdikbud Lahat menyadari bahwa pelestarian Aksara Ulu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau komunitas budaya saja, tetapi juga membutuhkan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Dalam berbagai kegiatan sosialisasi, masyarakat Kabupaten Lahat diimbau untuk menggunakan dan mengenalkan Aksara Ulu di lingkungan masing-masing, baik di keluarga maupun komunitas.
Menurut Donna, upaya untuk melestarikan Aksara Ulu ini harus dilihat oleh masyarakat bukan hanya sebagai bagian dari sejarah masa lalu, tetapi juga sebagai kekayaan budaya yang membentuk identitas mereka. "Penting untuk menyadari bahwa Aksara Ulu adalah warisan yang masih hidup dan perlu dijaga serta diteruskan kepada generasi berikutnya," ungkap DonnaÂ
Inspirasi untuk Daerah Lain
Kabupaten Lahat berharap upaya mereka dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia untuk turut melestarikan aksara dan budaya lokal yang ada di daerah masing-masing. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya dan kekayaan lokal yang berharga, dan menjaga warisan ini melalui inovasi dan kolaborasi adalah kunci untuk melestarikan budaya bagi generasi mendatang.
Dengan dukungan pemerintah, aktivis, dan seluruh lapisan masyarakat, Aksara Ulu kini mendapatkan tempatnya kembali sebagai simbol warisan budaya yang hidup di Sumatera Selatan. Inisiatif ini menunjukkan bahwa budaya tradisional tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H