Mohon tunggu...
Jejaring Web
Jejaring Web Mohon Tunggu... profesional -

Tempat dimana ilmu IT ikut mengalir. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seri Mujahiddin: Sang Mahakasih

18 Juli 2013   15:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam cangkir Qolbunya, telah menggelegak luapan cinta, gairah kerinduan, hasrat keasyikan, renungan penuh gairah serta perhatian dan tawajuh yang tumpah.

Keseluruhan dirinya, keakuannya yang total, telah bersimpuh dalam setiap desah nafasnya, karena Qolbu yang sudah mekar benih cinta itu kini bersulam benang ihsan.

Satu debaran kesadaran luhur, dzikir yang sempurna, penumpahan aku yang senantiasa merasa disorot oleh kamera ILLahiyah.

Dia tidak pernah merasa sendiri, kalau toh berdua, dia segera waspada bahwa ada yang ketiga, selalu ada DIA SANG MAHA KEKASIH.

Kalau saja ada yang melecehkan dirinya, menghinakan dirinya, atau bahkan merenggut jiwanya,…dia tak peduli, tidak akan bergeming,bahkan bergeser sekejab pun dari SHIROTHOL MUSTAQIM, jalan yang hanya satu “The Golden Gate” yang tidak bisa , niscaya harus dia tempuh.

Qolbunya bersenandung, hinakan diriku, asalkan DIA tidak menghinakan aku.

Lupakan diriku wahai ke-fanaan dunia, asalkan DIA mengingatkan aku dalam kelestarianNYA.

Campakkan aku dari biduk lapuk ini, asalkan gairahku tetap mampu berenang menuju pulau RIDHAMU.

Ah……adakah engkau mau renggut jiwaku…..! Ambillah…! Tetapi engkau sekalipun tidak pernah mampu merenggut cintaku kepadaNYA……

Panji-panji cinta telah terpancang, tidak mungkin aku berkhianat, bahkan terlintas pun dalam fikiranku tidak pernah hadir.

Derap para Mujahid, genderang dzikir , serta cahaya risalah adalah prajurit yang telah diselubungi misykat, nur, yang benderang. Maka siapapun yang memandang shaf para mujahid ini…dia akan silau karena mereka yang silau ini telah tenggelam dalam dulumat kedurjahanaan dunia yang fana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun