[caption id="attachment_134652" align="aligncenter" width="295" caption="(sumber: google)"][/caption]
Kejadian mengesalkan ini terjadi kemarin. hal ini bahkan terjadi secara beruntun sebanyak dua kali dalam satu hari. hari kemarin seperti biasa aktifitas saya mulai di pagi hari. seperti biasa pula aktivitas saya mulai dengan mengunjungi Tempat saya menimba ilmu agar kelak mendapat gelar Sarjana psikologi. beranjaklah saya dari rumah orang tua saya pagi-pagi buta, hal ini dimaksudkan agar saya tidak terjebak dalam hal yang menjijikan namun lumrah terjadi di Jakarta. hal itu tidak lain tidak bukan adalah kemacetan. dengan berbalut doa-doa yang saya panjatkan kepada Tuhan serta doa restu Ibu, saya melangkahkan kaki menyusuri pagi itu.
Sudah di biasakan dari Sekolah menengah pertama, saya memilih moda transportasi umum yang di sediakan negara untuk menghantarkan saya dalam setiap beraktifitas. maka hingga kini pun, saya akan terus menggunakan angkutan umum, tidak mau latahan menggunakan Sepeda motor atau mobil seperti kebanyakan orang banyak di Indonesia saat ini. begitu juga kemarin, saya gunakan angkutan umum untuk beraktifitas. dikarenakan moda transportasi Jakarta dan sekitar yang belum ter-integrasi dengan baik, membuat saya dan mungkin anda yang juga menggunakan Angkutan umum harus turun-naik kendaraan, dan tidak jarang harus menyeberangi jalanan untuk mencapai tempat angkutan yang ingin di naiki.
Hari kemarin saya lalui seperti hari-hari sebelumnya, saya menaiki Angkutan umum untuk berangkat ke kampus. untuk sampai di kampus, saya harus naik angkot terlebih dahulu hingga halte Transjakarta (busway) di terminal pinang Ranti. pada saat perjalanan berangkat ini, Alhamdulillah tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. sehingga, saya dapat berkosentrasi penuh di kampus. namun, pada saat pulang dari kampus inilah terjadi kejadian yang mengesalkan bin menjengkelkan hati. perjalanan dari kampus menuju rumah, saya mulai dengan menyusuri trotoar di depan kampus, Kantor Pusat PMI, Gedung Smesco, hingga tiba di halte Transjakarta (busway) Pancoran barat. saya membeli tiket perjalanan, dan sempat bertegur sapa dengan petugas peyobek tiket nya hal ini saya lakukan karena kami sudah saling menghafal wajah. setelah itu, bus datang merapat di Halte itu, saya pun langsung naik bus tersebut. ketika berada di dalam Bus, Ponsel saya yang hasil produksi RIM berdering, dan ternyata teman saya memanggil. dia meminta saya menemani dia pergi kerumah teman mainnya, sekaligus menjenguk sang teman nya itu yang habis melahirkan. selepas telepon itu, sontak saya putuskan untuk menyudahi perjalanan di halte Cawang UKI. dan selanjutnya saya lanjutkan pergi ke rumah teman saya dengan menggunakan mikrolet dari UKI ke pondok bambu.
Setelah bertemu dengan teman saya yang menelpon ketika saya di dalam bus tadi, saya langsung menemani dia pergi menengok teman main nya yang habis bersalin di daerah gudang seng, Kalimalang. kami memilih menggunakan Mikrolet trayek Kranji-Cililitan untuk sampai di gudang seng. ketika mobil itu melewati daerah gudang seng, kami putuskan untuk menyetop mobil tersebut. setelah turun dari mobil itu, kami diharuskan untuk menyeberang jalan agar sampai diruma temannya teman saya itu. dan ternyata menyeberang jalan di daerah kalimalang saat ini sungguh luar biasa sulit. dikarenakan Iring-iringan kendaraan pribadi yang tidak putus-putus. sehingga, sebabkan kami menunggu jalan kosong dengan cukup lama. setelah merasa jalan kosong, kami putuskan untuk menyeberang jalan kalimalang itu YANG TIDAK ADA SATUPUN JEMBATAN PENYEBRANGAN ORANG disitu. saat kami menyeberang, sebuah motor melaju dengan cepat sehingga motor itu menyerempet tangan saya. padahal saat itu, saya sudah membentangkan tangan kiri saya "pertanda stop". setelah menyerempet itu, si pengendara yang Terkutuk itu langsung tancap gas. Astaqfirullah...
Ternyata hari itu, mungkin cara Tuhan menunjukkan kepada aku bahwa Kota Jakarta itu adalah sebuah tempat yang angker bagi pejalan kaki. karena selepas diserempet di perjalanan menuju temannya teman ku, saat pulang nya pun aku mengalami hal yang sama. kali ini terjadi saat aku hendak antarkan Teman aku itu ke rumahnya. seperti saat berangkatnya kami memilih menggunakan kendaraan umum untuk pulangkan teman ku ke rumahnya. hari itu sudah cukup sore, ketika sampai di daerah pondok bambu, dan saat mau menyebrang di daerah pangkalan jati, lagi-lagi aku di serempet pengguna kendaraan pribadi. padahal saat itu saya dan teman sudah menyeberang di ZEBRA CROSS, dan kami menyeberang saat lampu merah menyala. mungkin sudah menjadi rahasia umum kali ya di kalangan pejalanan kaki saat ini, Bila ZEBRA CROSS sudah tidak seteril dari kendaraan saat lampu merah menyala. sehingga saya terkena imbasnya. saat saya dan teman menyebrang, sebuah motor nyelonong hingga depan ZEBRA CROSS. dan saat hendak nyelonong itu, motor itu meyenggol saya. motor itu sempat berhenti dan aneh nya dia memaki saya dengan kata-kata bodoh nya yang mencerminkan tingkat pendidikannya. saya sangat heran, sangat heran. hal yang saya herankan MENGAPA DIA LANGSUNG MARAH-MARAH KEPADA SAYA PADAHAL DIA YANG NYELONONG LAMPU MERAH DAN SEREMPET SAYA??? setalah memaki saya, dia langsung pergi selepas lampu merah menjadi hijau dan saya sudah berhasil menyebrang jalan dengan tangan ngilu. hingga kini saya masih sangat heran pada kejadian kedua itu. padahal saat itu saya telah nyeberang di tempatnya, dan Lampu merah sedang menyala. LANTAS APA DOSA SAYA..???????????????
Saat ini saya hanya bisa kesal dan mengumpat dalam hati bila mengingat kejadian bodoh bin mengesalkan kemarin. dan sekaligus menyimpulkan JAKARTA itu bukan nama Kota. melainkan, JAKARTA ITU NAMA TEMPAT ANGKER BAGI PEJALAN KAKI..
pejalan kaki diambil hak-hak nya (trotoar banyak beralih fungsi, Zabra cross tidak seteril, serta selain daerah protokol jembatan penyebrangan orang adalah hal langka), dan pejalan kaki dianggap sebagai masyarakat kelas dua. mungkin karena PEJABAT JAKARTA tidak pernah jalan kaki ya..??!! mereka jalan kaki kalau di sorot kamera wartawan saja.
*ahmad zain*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H