Mohon tunggu...
JEJAK TABIK
JEJAK TABIK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tapak Pengabdi Khatulistiwa adalah salah satu komunitas Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri 3T Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berada di bawah naungan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UMY. Komunitas ini berdiri pada tahun 2020 dengan generasi pertama dan kedua di Desa Ollon, Kecamatan Bonggakaradeng, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kemudian pada generasi ketiga di Desa Mola Nelayan Bhakti, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Sulawesi Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Nasib SMA Muhammadiyah di Wakatobi yang Terbengkalai

8 Juli 2023   13:48 Diperbarui: 8 Juli 2023   13:53 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapak Pengabdi Khatulistiwa (TABIK) telah menerjunkan tim observer di Desa Mola Nelayan Bhakti, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Waktobi, Sulawesi Tenggara. Tim  ini berasal dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogygakarta (UMY) yang tergabung dalam komunitas TABIK UMY.

Desa Mola Nelayan Bhakti, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara merupakan desa yang menjadi lokasi tujuan pengabdian yang akan dilaksanakan oleh komunitas pengabdian TABIK UMY. Tim observer TABIK UMY telah melakukan observasi pada Senin (28/2/23). Salah satu objek observasi adalah SMA Muhammadiyah 1 Nelayan Bhakti

Tim observer telah mengunjungi SMA Muhammadiyyah 1 Nelayan Bhakti yang berdiri persis di atas laut. Hal ini membuat keunikan tersendiri dari sekolah ini. Kami sempat keheranan dengan sekolah yang berada di atas laut ini. "Karena sekolah ini berada di atas laut, maka kami gunakan kapal atau gabus apung saat upacara berlangsung." Ujar Bu Ayu, salah satu guru honorer di SMA tersebut. Bu Ayu juga menerangkan bahwa hal tersebut sudah jarang dilakukan karena tenaga pendidik dan siswa di Desa tersebut mulai sedikit yang menyebabkan tidak efektifnya Kegiatan Belajar Mengajar.

Sekolah ini hanya terdiri dari 3 kelas dan hanyya ada 1 jurusan saja yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial yang terbagi menjadi kelas 1,2, dan 3. Tim observer TABIK UMY melihat bangunan sekolah ini masih dianggap layak dengan tidak adanya skat antara satu kelas dengan kelas lainya. 

"Banyak anak yang memilih tidak bersekolahh karena lebih memilih benelayan karena di anggap lebih berpenghasilan." Ujar Pak Derdi, Kepala Desa Mola Nelayan Bhakti. Pak Derdi menambahkan bahwa penyebab lain lemahnya pendidikan di Desa tersebut adalah orangtua mereka juga banyak yang tidak bersekolah dan memilih bernelayan.

Penulis : Andriann Hirji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun