segelas kopi panas terhidang dalam perjamuan senyap,
telah surut hingga setengah. sebagian darinya menguap
bersama kepul dan hembus, lainnya tersesap dan melebur
dalam aku. pekatnya seolah tak sedikit pun memberi ruang
pada rembulan untuk membias kedalaman, kecuali bayang
yang nampak kabur.
Â
pada langit tak berbintang, sejenak kutitip tatap.
lingkar sepasi rembulan yang tenang meratap
sepi, mengaisi hamparan kosong tak pasti ukur
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!