Mohon tunggu...
Arya Ramadhan
Arya Ramadhan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya sangat senang menulis dan membaca, saya menemukannya ketika sudah kelas 1 SMA. Saya juga tertarik dengan dunia PERS, Jurnalistik, Wartawan dan sebagainya. Saya juga senang belajar ekonomi,sejarah, psikologi, dan hubungan internasional. Nomor Gopay : 085156640953 (Arya Ramadhan)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rencanaku Bukan Rencana-Nya

7 April 2024   21:25 Diperbarui: 7 April 2024   22:07 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pinterest/MOTIVASI Dan KESEHATAN

Hallo Sobat Kompasianers!!! Jumpa lagi setelah beberapa waktu tidak bercengkrama lewat layar digital. Buatmu yang menjalani ibadah puasa, semoga lancar sampai hari kemenangan yah!!! Selamat membaca, Sobat. Tulisan ini ditunjukkan bagi setiap insan manusia yang pandai menyusun rencana, merencanakan strategi, sampai menggapai impian & harapan. 

Pada suatu hari dalam rangkaian kehidupan bersingsik & bosan di hiruk-pikuk ibukota. Mata & otak yang sudah tak kuasa menatap layar gadget, berusaha membuang jauh-jauh benda "sakti" tersebut sampai tak terlihat di peredaran. Sontak saya melakukan ritual yang sering saya lakukan, yaitu melamun. Aku melamun bukan memikirkan sesuatu yang tidak berguna seperti beberapa pikiran anak muda sepantaran saya. Melamun memikirkan arah masa depan adalah topik yang sering terlintas dibenak di kala kekosongan ruang itu. 

Sorot pandangku pun tertuju pada buku catatan SMP yang sudah usang padahal baru kemarin lulus (maklum yah kebiasaan buruk saya). Pulpen sudah di tangan & buku sudah di hamparkan di depan mata, tunggu apa lagi, Bung? Yesss menulis. Tapi Aku masih tidak tau harus menulis apa. Detik waktu berlalu begitu saja, sengat siang matahari berganti tenang sore, dan diriku masih duduk terteguk bingung. Sempat terlintas untuk mengakhiri kegiatan membosankan itu. Baru saja Aku menggenggam erat meja untuk topongan berdiri, niat itu luntur seketika. Aku pun mulai memejamkan mata untuk mencari inspirasi. Setelah berkeliling di bagian otak, akhirnya kudapatkan ide itu dalam bentuk pertanyaan retoris, Mau kemanakah diriku setelah lulus SMA?

Baca juga: Kilometer Nol

Momen diatas terjadi ketika diriku kelas 10 semester satu. Saat itu Aku masih harus terkurung rumah oleh penyakit kecil mematikan asal negeri tirai bambu itu, Ahh entahlah Aku tak mau membahasnya, tidak ada kenangan indah pada kondisi tersebut. Setiap hariku lihat jumlah korban yang terus bertambah seiring bertumpah ruah jumlah virus "buatan" tersebut. Sudah cukup yah, betul-betul cukup, lanjut. Satu pertanyaan saja yang kudapatkan dapat membuat pikiran & khayalan bak bermekaran dari benih-benih di otakku. 

Singkatnya, virus kecil itu sudah bisa dikendalikan dan dunia bisa berjalan seperti sedia kala (walaupun harus pakai masker, tapi itu lebih baik daripada berdiam diri di rumah). Aku pun mulai menjalani hari-hari di sekolah "baru". Disana Aku berkawan dengan banyak orang, disana orangnya baik & ramah, walaupun banyak beberapa hal yang terasah aneh untuk diriku disini, tapi diriku muda untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru. Hari berganti hari, bulan bergulir ke bulan berikutnya, dan tahun berputar menuju tahun kelulusan diriku. Sampai saat ini, Sobat pasti masih menebak-nebak apa sebetulnya arah perjalanan hidup yang pernah kubuat 2 tahun lalu? Nanti Aku spill yah. 

Seperti alur kehidupan siswa pada umumnya. Di akhir masa sekolah, seluruh siswa kelas 12 sudah sibuk menyiapkan segala keperluan baik fisik, mental, maupun pengetahuan. Diriku pun sebetulnya demikian, bedanya sebelum masa itu datang, diriku sudah prepare strategi mendapatkan masa depan yang pernah kutulis itu melalui beberapa jalur, salah satunya jalur golden ticket. Sebutlah agar lebih mudah, namanya jalur "orang dalam", terdengar berkonotasi negatif, bukan? Jalur ini sama seperti jalur lain pada umumnya, tetapi jalur ini memang dipersiapkan bagi mereka untuk dididik & dibina jiwa kepimpinannya ketika menjadi mahasiswa. Ayooo cluenya kepemimpinan & mahasiswa, ada yang udh bisa tebak? 

Pendeknya, Aku telah mengikuti jalur tersebut sampai puncak acaranya. Aku telah menyisihkan ribuan pemimpin muda di seluruh Indonesia untuk dapat menjadi best young leader dan berhak mendapat golden ticket tersebut. Jumlah peserta yang berhasil sampai puncak acara ada 50 orang dan akan diambil 18 pemuda terbaik dari keseluruhan. Disini Aku tidak ingin menceritakan terlalu detail mengenai kegiatan yang dilakukan selama hampir 3 hari menjalani leadcamp/malam puncak. Intinya amat seru & menyenangkan. 

Lalu gimana hasilnya? Jujur, Aku dari awal sudah betul-betul mempersiapkan segalanya dengan baik, saya mengikuti rangkaian acara dengan antusias, dan merasa berperilaku baik ke kaka panitia maupun pemateri. Tetapi Allah. Berkata & berkehendak lain. Ekspresi sedih & tangis yang hampir pecah di tempat, di kala satu persatu nama teman-teman seperjuangan Aku dipanggil, tetapi sampai nama ke-18, namaku tak kunjung dipanggil. Campur aduk, ingin rasanya meluangkan rasa kekesalan & kesedihan saat itu juga, tetapi riang gembira teman-teman membuat saya mengurungkan niat. Disitu Aku hanya bisa memasang wajah sok tegar dengan mata yang berkaca-kaca, sambil menyalami teman yang sukses mendapatkan golden ticket dan berhak memilih semua jurusan di IPB university kecuali kedokteran. Terungkap sudah impian & cita-cita yang pernah Aku tuliskan. Hari itu, hati saya memang terasa sangat hancur, saya pulang ke Jakarta dengan kereta api, rangkaian gerbong menjadi saksi bisu seorang lelaki yang gagal meraih mimpinya. Hanya tinggal tangis kesedihan menyertai perjalanan pulang sampai rumah. 

Sampai tulisan ini dibuat, rencanaku nampak tak beriringan dengan rencana-Nya. Tidak apa. Setidaknya diriku sudah lega pernah memperjuangkan mimpi di masa muda. Setidaknya juga, ketika ditanya anak cucuku nanti, "Dulu pas muda, Kakek pernah punya impian apa, Kek? dan bagaimana Kakek memperjuangkannya?" saya bisa menjawab dengan tulisan ini. 

Sebagai tambahan, di SNBP 2024,saya memilih IPB university di pilihan pertama. Hasilnya mengejutkan, diriku mendapat merah alias tidak lolos. Yah, semoga alur kehidupan yang sulit untuk diterima, tetapi dibuat oleh Sang Maha Pencipta. Saya berkhuznuzon bahwa Allah telah merencanakan masa depan yang lebih baik daripada yang saya rencanakan, atau rencana Allah tidak sekarang terlaksana, mungkin nanti, esok, atau di suatu hari. Terimakasih IPB

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun