Mohon tunggu...
Jehuda V
Jehuda V Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wage Seorang yang Berjasa Besar

25 November 2017   06:40 Diperbarui: 25 November 2017   09:04 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada hari jumaat saya dan teman-teman saya menonton film yang baru-baru ini keluar. Bernama Wage. Wage adalah sebuah singkatan dari salah satu penysun lagu paling terkenal di negara tercinta kita ini. Dengan nama lengkapnya Wage Rudolf Supratman Ia telah menciptakan sebuah karya yang telah dikumandangkan di setiap upacara, Indonesia Raya telah tercipta dengan susah payah. Dengan jerit payah seorang pemuda yang menyongsong terbentuknya negara tercinta kita yang telah terjajah ini. Indonesia Raya menjadi penanda dan pengingat bagi semua perjuangan pahlahwan yang tak terbayarkan.

Di Film Wage sendiri, diperlihatkan bagaimana susah payahnya seorang pemuda untuk membuat suatu lagu yang menceritakan keanekaragaman Indonesia. Disana diperlihatkan bahwa perjuangan Wage tidaklah mudah. Ia perlu berhari-hari untuk menciptakan sebuah nada yang pas untuk didengar.

Padahal Wage adalah seorang pemain dan musisi biola yang sudah sangat mahir di bidangnya, bahkan Ia sendiri menyatakanya didalam Film tersebut bahwa dirinya sudah menciptakan beberapa lagu yang membuatnya terkenal namun lagu Indonesia Raya merupakan lagu yang tersusah. Belum lagi perjuanganya untuk mempertahankan lagu itu sangatlah susah. Berkali-kali Ia mendapat ancaman dari VOC untuk tidak berbuat yang semena-mena dengan ancaman akan dipenjara. Tetapi semangat mudanya tidak akan pernah memberhentikan-nya dari ancaman-ancaman itu. Semakin diguncang semakin seorang Wage mempunyai semangat kemerdekaan yang lebih tinggi. Sayangnya pada saat lagu tersebut dinyanyikan pertama kalinya, Wage tidak dapat mendengarnya karena Ia telah sakit dan meninggal duluan.

Sudah seharusnya kita generasi milenial ini tidak lupa akan perjuangan orang-orang dibelakang kita para tua-tua yang telah mempertahankan eksistensi kita pada saat ini. Salah satu contoh yang bisa kita lakukan adalah semangat untuk melestarikan budaya kita karena tanpa budaya kita kehilangan jati diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun