WHAT
Apa itu Mangkunegara IV
Mangkunegara IV, yang bernama asli KPH Gandakusuma, lahir pada tahun 1819. Ia menerima pendidikan yang luas, termasuk dalam bidang sastra Jawa, studi Islam, dan bahasa asing. Pada tahun 1839, pamannya, Mangkunegara III, meninggal dunia tanpa meninggalkan ahli waris laki-laki. Alhasil, Mangkunegara IV naik takhta dan memimpin Kadipaten Mangkunegaran.
Mangkunegara IV, yang bertahta dari tahun 1853 hingga 1881, merupakan penguasa keempat dari Kadipaten Mangkunegaran, sebuah kerajaan kecil di Jawa yang terletak di wilayah Surakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, visioner, dan modernis, yang membawa Mangkunegaran menuju masa keemasan melalui berbagai kebijakan inovatif. Relevansinya dalam konteks sejarah Indonesia terletak pada perannya dalam memajukan ekonomi, seni budaya, dan pemerintahan di wilayahnya, serta pengaruhnya terhadap perkembangan Jawa dan Indonesia secara keseluruhan.
Â
Prinsip-Prinsip Kepemimpinan dalam Serat Wedhatama oleh Mangkunegara IV
Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV mengandung banyak ajaran moral dan kebijaksanaan yang relevan untuk kepemimpinan. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang diajarkan dalam karya ini:
1. Eling lan Waspada
Selalu ingat kepada Tuhan dan waspada terhadap sesama serta alam. Ini mencakup kesadaran vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan dengan sesama dan lingkungan). Seorang pemimpin harus selalu sadar akan tanggung jawab spiritual dan sosialnya, serta menjaga keseimbangan antara keduanya.
2. Atetambo Yen Wus Bucik
Jangan menunggu sampai terluka untuk berobat. Artinya, cegahlah masalah sebelum terjadi. Pemimpin harus proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah sebelum mereka berkembang menjadi krisis.
3. Awya Mematuh Nalutuh
Menghindari sifat angkara dan perbuatan nista. Jangan marah-marah tanpa alasan. Pemimpin harus mengendalikan emosinya dan tidak bertindak berdasarkan kemarahan atau kebencian.
4. Gonyak-Ganyuk Ngelingsemi
Kurang sopan santun dan memalukan. Pemimpin harus selalu menjaga sopan santun dan etika dalam setiap tindakan dan ucapannya.
5. Nggugu Karepe Priyangga
Jangan bertindak sendiri tanpa bisa diatur. Menjebak angganira (dapat menempatkan diri), Angger ugering keprabon (mematuhi tatanan negara). Pemimpin harus bisa bekerja sama dan mematuhi aturan serta tatanan yang ada.
 6. Bangkit Ajur Ajer
Bergaul dengan siapa pun. Pemimpin harus mampu bergaul dan berinteraksi dengan berbagai kalangan, tanpa memandang status atau latar belakang.
7. Mung Ngenaki Tyasing Lyan
Menyenangkan orang lain meskipun berbeda. Pemimpin harus berusaha untuk membuat orang lain merasa nyaman dan dihargai, meskipun ada perbedaan.
8. Den Iso Mbasuki Ujaring Janmi
Pura-pura bodoh, sinamun ing samudana (cara halus pura-pura), baik (sesadon ing adu manis). Pemimpin harus bijaksana dan kadang-kadang menggunakan pendekatan yang halus untuk mencapai tujuan.
9. Ngandhar-Andhar Angendhukur, Kandhane Nora Kaprah
Berbicara baik, logistik, data, jelas, dan rendah hati. Anggung Gumrunggung (suka sombong itu bodoh), Ugungan sedina-dina (ingin dipuji setiap hari). Pemimpin harus berbicara dengan jelas, berdasarkan data, dan rendah hati. Menghindari kesombongan dan keinginan untuk selalu dipuji.
10. Lumuh Asor Kudu Unggul
Sombong dapat dilihat dari tutur kata, sumengah sesongaran (merendahkan orang lain). Pemimpin harus rendah hati dan tidak merendahkan orang lain. Kesombongan hanya akan merusak hubungan dan kepercayaan.
Mangkunegara IV mengajarkan konsep "Raos Gesang" atau menguasai rasa hidup sebagai bagian dari kepemimpinan yang efektif dan bermakna.
1. Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa
Bisa merasa, bukan merasa bisa. Ini berarti memiliki empati terhadap orang lain dan tidak sombong dengan kemampuan diri sendiri. Seorang pemimpin harus peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta rendah hati dalam mengakui bahwa mereka selalu bisa belajar dan berkembang.
2. Angrasa Wani
Berani salah, berani berbuat, berani mencoba, berani inovasi, dan tidak takut risiko. Pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil tindakan, mencoba hal-hal baru, dan menghadapi risiko. Ini termasuk keberanian untuk membuat kesalahan dan belajar darinya.
3. Angrasa Kleru
Ksatria mengakui kesalahan, bodoh, dll. Pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengakui kesalahan dan kekurangan mereka. Ini menunjukkan integritas dan tanggung jawab.
4. Bener Tur Pener
Benar dan tepat. Ini berarti tidak hanya melakukan hal yang benar, tetapi juga melakukannya dengan cara yang tepat. Pemimpin harus memastikan bahwa tindakan mereka tidak hanya benar secara moral dan etika, tetapi juga sesuai dengan konteks dan situasi.
Â
Relevansi Mangkunegara IV dalam Sejarah Indonesia
 Mangkunegara IV merupakan contoh pemimpin Jawa yang berhasil menggabungkan tradisi dan modernitas. Ia menunjukkan bahwa kemajuan ekonomi dan budaya dapat berjalan beriringan. Relevansinya dalam konteks sejarah Indonesia dapat dilihat dari beberapa aspek:
 - Model Kepemimpinan: Ia menjadi contoh pemimpin yang visioner dan berorientasi pada kemajuan, yang mampu mengadaptasi perubahan zaman tanpa mengabaikan nilai-nilai budaya.
- Kontribusi Ekonomi: Kebijakannya dalam mengembangkan perkebunan dan industri memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Jawa, mendorong modernisasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya.
- Pelestarian Budaya: Ia berperan penting dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya Jawa, memastikan kelestarian warisan budaya Jawa dan memperkaya khazanah budaya Indonesia.
- Warisan Budaya: Pura Mangkunegaran, yang dibangun di bawah kepemimpinannya, menjadi bukti nyata dari warisan budaya Mangkunegaran yang masih terjaga hingga saat ini dan menjadi objek wisata budaya yang penting.
Asta Brata dalam Serat Ramajarwa oleh R. Ng. Yasadipura
Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diambil dari Serat Ramajarwa karya R. Ng. Yasadipura. Ajaran ini mengajarkan delapan sifat alam yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Berikut adalah penjelasan masing-masing kategori:
1. Ambeging Lintang/Bintang
Seorang pemimpin harus menjadi petunjuk dan contoh bagi orang lain, seperti bintang yang menjadi penunjuk arah di malam hari. Pemimpin harus memberikan teladan yang baik dalam tindakan dan keputusan mereka, menjadi inspirasi bagi bawahannya.
2. Ambeging Surya
Seperti matahari yang memberikan terang dan keadilan, seorang pemimpin harus adil dan kuat. Pemimpin harus memastikan bahwa keadilan ditegakkan dalam setiap aspek kepemimpinannya dan memberikan kekuatan serta semangat kepada timnya.
3. Ambeging Rembulan
Seperti bulan yang memberikan terang di malam hari, seorang pemimpin harus memberikan pencerahan dan ketenangan. Pemimpin harus mampu memberikan solusi yang menenangkan dan bijaksana dalam situasi sulit.
4. Ambeging Angin
Seperti angin yang memberikan kesejukan dan nafas hidup, seorang pemimpin harus membawa solusi dan kesejukan. Pemimpin harus fleksibel dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, serta memberikan dukungan yang diperlukan oleh timnya.
5. Ambeging Mendhung
Seperti awan yang berwibawa dan memberikan anugerah hujan, seorang pemimpin harus berwibawa dan memberikan berkah. Pemimpin harus memiliki wibawa dan mampu memberikan manfaat serta kesejahteraan bagi orang-orang di sekitarnya.
6. Ambeging Geni
Seperti api yang menegakkan hukum, seorang pemimpin harus tegas dalam menegakkan aturan dan hukum. Pemimpin harus berani dan tegas dalam menegakkan disiplin dan aturan, serta memastikan bahwa keadilan ditegakkan.
7. Ambeging Banyu
Seperti air yang menampung apapun, seorang pemimpin harus mampu menerima dan menampung berbagai pendapat dan aspirasi. Pemimpin harus inklusif dan terbuka terhadap berbagai ide dan masukan, serta mampu menampung dan mengelola perbedaan dengan bijaksana.
8. Ambeging Bumi
Seperti bumi yang kuat dan sejahtera, seorang pemimpin harus memberikan kesejahteraan dan stabilitas. Pemimpin harus memastikan bahwa organisasi atau komunitas yang dipimpinnya stabil dan sejahtera, serta mampu memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya.
Tiga Martabat Manusia Menurut Mangkunegara IV
Mangkunegara IV mengajarkan bahwa manusia memiliki tiga martabat utama yang harus dijaga dan dikembangkan untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan bermakna.
1. Wiryo (Keluhuran)
Keluhuran atau kebangsawanan. Ini mencakup sifat-sifat mulia seperti integritas, kehormatan, dan keberanian. Seorang individu harus selalu berusaha untuk bertindak dengan integritas dan kehormatan dalam setiap aspek kehidupan. Ini berarti menjaga nama baik, bertindak jujur, dan berani dalam menghadapi tantangan.
2. Arto (Kekayaan)
Kekayaan, baik materi maupun non-materi. Ini mencakup kekayaan finansial, tetapi juga kekayaan dalam bentuk pengalaman, hubungan, dan kebahagiaan. Kekayaan harus diperoleh dan digunakan dengan cara yang etis dan bertanggung jawab. Selain itu, penting untuk menghargai kekayaan non-materi seperti hubungan yang baik dengan keluarga dan teman, serta pengalaman hidup yang berharga.
3. Winasis (Ilmu Pengetahuan)
Ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan. Ini mencakup pengetahuan akademis, keterampilan praktis, dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Individu harus terus belajar dan mengembangkan diri sepanjang hidup. Ini berarti tidak hanya mengejar pendidikan formal, tetapi juga belajar dari pengalaman dan orang lain, serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk kebaikan bersama.
Kategori Kepemimpinan Menurut Mangkunegaran IV
Mangkunegaran IV mengkategorikan kepemimpinan ke dalam tiga tingkatan utama, yang dikenal sebagai Nistha, Madya, dan Utama.
1. Nistha
Tingkatan ini mencakup pemimpin yang buruk dan tidak benar. Pemimpin pada tingkatan ini cenderung memikirkan keuntungan pribadi dan belum sepenuhnya memahami tanggung jawab sosial dan moral yang lebih luas.
2. Madya
Pada tingkatan ini, pemimpin sudah mulai memahami dan menjalankan kewajibannya dengan baik. Mereka tahu hak dan kewajiban mereka, serta berusaha untuk menyeimbangkan keduanya. Pemimpin Madya lebih bertanggung jawab dan mulai memperhatikan kepentingan yang lebih luas.
3. Utama
Tingkatan tertinggi dalam kepemimpinan. Pemimpin Utama adalah mereka yang bertindak tanpa pamrih, melampaui kepentingan pribadi dan kelompok, serta berfokus pada kebaikan yang lebih besar. Mereka memiliki integritas tinggi dan berkomitmen untuk kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Apa itu Kebatinan
Kebatinan adalah konsep spiritual yang mendalam dalam budaya Jawa, yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kepercayaan, praktik spiritual, hingga cara pandang terhadap dunia. Berikut adalah definisi dan penjelasan tentang kebatinan dalam konteks budaya Jawa:
Kebatinan berasal dari kata "batin" yang berarti "dalam" atau "batiniah". Secara harfiah, kebatinan dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan dunia batin atau spiritual. Dalam konteks budaya Jawa, kebatinan merujuk pada praktik dan kepercayaan yang berfokus pada pengembangan spiritual dan pencarian makna hidup yang lebih dalam.
Apa itu Transformasi memimpin diri sendiriÂ
Transformasi memimpin diri sendiri adalah proses di mana individu mengembangkan dan mengubah cara mereka memimpin diri sendiri untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih efektif. Ini melibatkan perubahan mendasar dalam cara berpikir, merasa, dan bertindak, serta peningkatan kesadaran diri dan pengelolaan diri yang lebih baik.
Kepemimpinan diri adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mengelola diri sendiri secara efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ini bukan hanya tentang memotivasi diri sendiri, tetapi juga tentang mengembangkan kesadaran diri, mengelola emosi, menetapkan tujuan, dan mengambil tanggung jawab atas tindakan dan hasil.
Aspek-Aspek Kepemimpinan Diri:
 - Kesadaran Diri: Memahami kekuatan dan kelemahan Anda, nilai-nilai, emosi, dan bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi.
- Pengendalian Diri: Mampu mengelola emosi, mengendalikan impuls, dan menahan diri dari tindakan yang tidak pantas.
- Motivasi: Memiliki dorongan internal untuk mencapai tujuan dan melakukan hal-hal yang bermakna.
- Manajemen Waktu: Mampu mengelola waktu secara efektif, menetapkan prioritas, dan menghindari penundaan.
- Pengambilan Keputusan: Mampu menganalisis informasi, menimbang pilihan, dan mengambil keputusan yang tepat.
- Tanggung Jawab: Mampu mengakui kesalahan, menerima konsekuensi, dan terus belajar dari pengalaman.
WHY
Mengapa kasus Korupsi masih merajalela di IndonesiaÂ
Kasus korupsi di Indonesia masih merajalela meskipun upaya pencegahan telah dilakukan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini, menurut berbagai sumber, meliputi:
 1. Faktor Individual:
 - Keserakahan dan Keinginan Materialistik: Banyak orang tergiur untuk melakukan korupsi karena keinginan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara cepat dan mudah.
- Kurangnya Integritas: Beberapa individu memiliki integritas yang rendah dan tidak memiliki komitmen untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab.
- Budaya Korupsi: Korupsi telah menjadi budaya di beberapa lapisan masyarakat, sehingga dianggap sebagai hal yang normal dan diterima.
 2. Faktor Sistemik:
 - Kelemahan Sistem dan Kelembagaan: Sistem pemerintahan dan kelembagaan di Indonesia masih memiliki kelemahan yang membuka celah untuk korupsi, seperti alur birokrasi yang berbelit-belit dan regulasi yang terlalu panjang.
- Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas: Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara dan proses pengambilan keputusan membuka peluang untuk korupsi.
- Penegakan Hukum yang Lemah: Penegakan hukum terhadap kasus korupsi masih lemah, sehingga tidak memberikan efek jera bagi pelaku korupsi.
 3. Faktor Lingkungan:
 - Ketidaksetaraan Ekonomi: Ketimpangan ekonomi yang besar di Indonesia menciptakan kesenjangan sosial dan mendorong orang untuk melakukan korupsi untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya.
- Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran: Rendahnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya korupsi membuat mereka rentan terhadap perilaku koruptif.
 4. Faktor Psikologis:
 - Niat dan Kesempatan: Korupsi terjadi ketika ada niat dan kesempatan. Individu yang memiliki niat untuk melakukan korupsi akan mencari kesempatan untuk melakukannya.
Menurut Mangkunegara IV hidup di abad ke-19, pemikiran kebatinannya tetap relevan untuk memahami mengapa korupsi masih menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan pemikirannya, korupsi belum menghilang karena beberapa faktor:
 - Kurangnya Kesadaran Diri: Mangkunegara IV menekankan pentingnya Ngasorake Diri (menundukkan diri) untuk mencapai kesadaran diri. Korupsi seringkali terjadi karena kurangnya kesadaran akan konsekuensi tindakan dan dampaknya terhadap orang lain. Individu yang tidak memiliki kesadaran diri cenderung mementingkan keuntungan pribadi dan mengabaikan nilai-nilai moral.
- Keinginan Materialistik: Kebatinan Mangkunegara IV menekankan pentingnya pengendalian diri (Ngrasakake Diri) dan melepaskan diri dari belenggu keinginan materialistik yang berlebihan. Korupsi seringkali didorong oleh keserakahan dan keinginan untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak etis.
- Kelemahan Sistem dan Kelembagaan: Meskipun hukum dan regulasi penting, kelemahan sistem dan kelembagaan dapat menciptakan celah untuk korupsi. Mangkunegara IV mungkin akan berpendapat bahwa korupsi dapat terjadi karena kurangnya integritas dan kejujuran dalam sistem pemerintahan dan lembaga-lembaga terkait.
- Kurangnya Transformasi Kepemimpinan: Mangkunegara IV mungkin akan berpendapat bahwa korupsi belum menghilang karena kurangnya transformasi kepemimpinan diri. Pemimpin yang tidak memiliki kesadaran diri dan integritas, cenderung rentan terhadap korupsi.
Mengapa Transformasi Kepemimpinan Diri itu pentingÂ
Transformasi kepemimpinan diri merupakan proses penting dalam membangun pemimpin yang efektif dan berintegritas, dan pemikiran Mangkunegara IV memberikan perspektif yang unik dan relevan untuk memahami mengapa hal ini penting.
 Mangkunegara IV, sebagai seorang pemimpin Jawa yang visioner, menekankan pentingnya kesadaran diri (Ngasorake Diri) dan pengendalian diri (Ngrasakake Diri) sebagai fondasi untuk membangun kepemimpinan yang kuat. Menurut pemikirannya, transformasi kepemimpinan diri penting karena:
 - Membangun Integritas dan Moralitas: Transformasi kepemimpinan diri dimulai dengan memahami diri sendiri, baik kekuatan maupun kelemahan. Ini memungkinkan individu untuk mengidentifikasi potensi perilaku yang tidak bermoral, seperti korupsi, dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral. Mangkunegara IV percaya bahwa kepemimpinan yang kuat dibangun di atas fondasi moral yang kokoh, dan transformasi diri adalah kunci untuk membangun fondasi ini.
- Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Mengambil Keputusan: Dengan memahami diri sendiri, individu dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan reflektif. Mereka dapat menganalisis situasi dengan lebih baik, mempertimbangkan berbagai perspektif, dan membuat keputusan yang bijaksana dan etis. Mangkunegara IV menekankan pentingnya berpikir jernih dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab, dan transformasi kepemimpinan diri membantu mengembangkan kemampuan ini.
- Membangun Kepercayaan Diri dan Kepemimpinan yang Berpengaruh: Transformasi kepemimpinan diri membantu individu untuk membangun kepercayaan diri dan keyakinan dalam kemampuan mereka. Mereka menjadi lebih berani dalam mengambil inisiatif, menghadapi tantangan, dan memimpin dengan teladan. Mangkunegara IV percaya bahwa pemimpin yang kuat adalah pemimpin yang memiliki kepercayaan diri dan mampu menginspirasi orang lain.
- Membangun Hubungan yang Lebih Kuat: Transformasi kepemimpinan diri membantu individu untuk mengembangkan empati dan kemampuan untuk memahami perspektif orang lain. Mereka menjadi lebih efektif dalam berkomunikasi, membangun hubungan yang harmonis, dan memimpin dengan cara yang lebih inklusif. Mangkunegara IV menekankan pentingnya hubungan yang harmonis dan kolaboratif dalam kepemimpinan, dan transformasi diri membantu membangun kemampuan ini.
Transformasi Kepemimpinan Diri itu penting karena perjalanan pribadi yang melibatkan kesadaran diri, refleksi, pembelajaran, dan perubahan perilaku untuk mencapai potensi diri yang lebih tinggi. Proses ini sangat penting karena:
 1. Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi: Dengan memahami diri sendiri, menetapkan tujuan yang jelas, dan mengelola waktu dan energi secara efektif, Anda dapat meningkatkan produktivitas dan mencapai hasil yang lebih baik.
 2. Memperkuat Hubungan: Kemampuan untuk mengelola emosi, berkomunikasi dengan lebih baik, dan menunjukkan empati membantu Anda membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang lain, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
 3. Meningkatkan Ketahanan: Dengan kemampuan untuk mengelola stres, mengendalikan emosi, dan menghadapi tantangan dengan kepala dingin, Anda menjadi lebih tahan terhadap tekanan dan ketidakpastian.
 4. Membangun Kepercayaan Diri: Dengan memahami kekuatan dan kelemahan Anda, dan dengan kemampuan untuk mencapai tujuan, kepercayaan diri Anda akan meningkat.
 5. Memfasilitasi Pertumbuhan Pribadi: Transformasi kepemimpinan diri mendorong Anda untuk terus belajar, berkembang, dan menjadi versi terbaik dari diri Anda.
 6. Membuat Pribadi Menjadi Pemimpin yang Efektif: Kemampuan untuk memimpin diri sendiri adalah dasar untuk memimpin orang lain. Pemimpin yang efektif mampu menginspirasi dan memotivasi timnya karena mereka telah menguasai keterampilan kepemimpinan diri.
 7. Meningkatkan Kualitas Hidup: Transformasi kepemimpinan diri membantu Anda menjadi lebih bahagia, lebih terpenuhi, dan lebih bermakna.
 8. Meningkatkan Kemampuan Memimpin: Membuat Anda lebih efektif dalam memimpin diri sendiri dan orang lain.
 9. Mencapai Potensi Maksimum: Membantu Anda memaksimalkan potensi diri dan mencapai tujuan yang diinginkan.
HOW
Bagaimana upaya pencegahan korupsiÂ
Mencegah korupsi di Indonesia adalah upaya kompleks yang membutuhkan pendekatan multidimensi, melibatkan berbagai pihak, dan berfokus pada perubahan sistemik dan budaya. Berikut beberapa strategi utama untuk mencegah korupsi di Indonesia:
 1. Memperkuat Sistem dan Regulasi:
 - Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas: Meningkatkan transparansi dalam penganggaran, pengadaan barang dan jasa, dan proses pengambilan keputusan. Menerapkan sistem pelaporan yang mudah diakses dan dipahami oleh publik. Memperkuat mekanisme akuntabilitas untuk memastikan bahwa pejabat publik bertanggung jawab atas tindakan mereka.
- Reformasi Birokrasi: Meningkatkan efisiensi dan efektivitas birokrasi dengan menghilangkan prosedur yang berbelit-belit dan membuka peluang korupsi. Menerapkan sistem meritokrasi dalam perekrutan dan promosi pegawai negeri. Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme aparatur negara.
- Penguatan Lembaga Penegak Hukum: Meningkatkan kapasitas dan independensi lembaga penegak hukum, seperti KPK, Kejaksaan, dan Kepolisian. Memastikan proses hukum berjalan secara adil, transparan, dan akuntabel. Menerapkan sanksi yang tegas dan konsisten bagi pelaku korupsi.
 2. Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat:
 - Pendidikan Antikorupsi: Menerapkan pendidikan antikorupsi di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Membangun kesadaran dan pemahaman tentang bahaya korupsi dan pentingnya integritas. Memperkuat nilai-nilai moral dan etika dalam masyarakat.
- Peningkatan Peran Media: Memperkuat peran media dalam mengungkap kasus korupsi, mengawasi kinerja pemerintah, dan membangun kesadaran publik tentang bahaya korupsi. Mendorong media untuk mempromosikan nilai-nilai integritas dan antikorupsi.
- Peningkatan Peran Masyarakat Sipil: Memperkuat peran organisasi masyarakat sipil dalam mengawasi kinerja pemerintah, melakukan advokasi, dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya korupsi. Memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
 3. Mendorong Budaya Integritas:
 - Penguatan Nilai-nilai Moral: Membangun budaya integritas dan antikorupsi dalam masyarakat. Memperkuat nilai-nilai moral dan etika, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan. Mendorong perilaku yang berorientasi pada kepentingan bersama dan menolak perilaku koruptif.
- Peningkatan Peran Agama: Memanfaatkan peran agama dalam membangun budaya integritas dan antikorupsi. Mendorong para pemimpin agama untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan etika yang menolak korupsi. Membangun kesadaran bahwa korupsi bertentangan dengan nilai-nilai agama.
- Peningkatan Peran Tokoh Masyarakat: Memanfaatkan peran tokoh masyarakat dalam membangun budaya integritas dan antikorupsi. Mendorong tokoh masyarakat untuk menjadi teladan dan menginspirasi masyarakat untuk menolak korupsi. Membangun kesadaran bahwa korupsi merugikan masyarakat dan menghambat pembangunan.
 4. Peningkatan Peran Teknologi:
 - Penerapan Teknologi Informasi: Menerapkan teknologi informasi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Membangun platform online untuk publikasi data dan informasi terkait penganggaran, pengadaan barang dan jasa, dan kinerja pemerintah. Menerapkan sistem e-government untuk mempermudah akses layanan publik dan mengurangi peluang korupsi.
 5. Peningkatan Kerjasama Internasional:
 - Kerjasama dengan Organisasi Internasional:  Meningkatkan kerjasama dengan organisasi internasional seperti Transparency International dan World Bank dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.  Menerapkan standar internasional dalam sistem dan regulasi.  Memperkuat mekanisme pertukaran informasi dan pengalaman dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Pencegahan Korupsi Menurut Mangkunegaran IV
Mangkunegaran IV, atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan visioner. Ia menerapkan prinsip-prinsip kebatinan dalam kepemimpinannya untuk mencegah korupsi dan membangun pemerintahan yang berintegritas. Berikut adalah beberapa cara bagaimana Mangkunegaran IV menerapkan prinsip-prinsip kebatinan dalam upaya pencegahan korupsi:
1. Prinsip "Amemangun Karyenak Tyasing Sesama"
Prinsip ini berarti "membangun kebahagiaan sesama". Mangkunegaran IV percaya bahwa seorang pemimpin harus bekerja untuk kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan fokus pada kesejahteraan masyarakat, ia menciptakan kebijakan yang adil dan berorientasi pada kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi.
2. Pengendalian Diri dan Introspeksi
Mangkunegaran IV sangat menekankan pentingnya pengendalian diri dan introspeksi. Ia mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus selalu mengevaluasi motivasi dan tindakannya sendiri. Dengan introspeksi yang mendalam, seorang pemimpin dapat menghindari godaan untuk melakukan korupsi dan tetap berpegang pada nilai-nilai etika dan moralitas.
3. Pendidikan dan Pembinaan Moral
Mangkunegaran IV percaya bahwa pendidikan yang baik dan pembinaan moral yang kuat adalah kunci untuk membentuk individu yang berintegritas. Ia mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan mendorong pembelajaran nilai-nilai etika dan moral. Dengan pendidikan yang baik, generasi muda dapat tumbuh menjadi pemimpin yang jujur dan berintegritas.
4. Keseimbangan antara Spiritual dan Duniawi
Mangkunegaran IV memahami bahwa pencapaian spiritual tertinggi tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab duniawi. Ia mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus mampu menggabungkan dimensi spiritual dengan pemahaman praktis tentang kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu menciptakan pemerintahan yang tidak hanya efektif tetapi juga beretika.
5. Prinsip "Tata, Titi, Teteg, Temen"
Prinsip ini berarti "teratur, teliti, teguh, jujur". Mangkunegaran IV menerapkan prinsip ini dalam setiap aspek kepemimpinannya. Ia menekankan pentingnya disiplin, ketelitian, keteguhan, dan kejujuran dalam menjalankan tugas. Prinsip ini membantu menciptakan pemerintahan yang efisien dan berintegritas.
6. Kepemimpinan yang Berbasis Kebatinan
Mangkunegaran IV mengkategorikan kepemimpinan ke dalam tiga tingkatan: Nistha, Madya, dan Utama. Kategori ini memberikan kerangka yang berguna untuk menilai dan meningkatkan kualitas kepemimpinan, baik dalam konteks pemerintahan, bisnis, maupun bidang lainnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kebatinan, ia mampu menciptakan kepemimpinan yang tidak hanya efektif tetapi juga beretika dan bermoral tinggi.
Upaya Pencegahan Korupsi di Indonesia
Korupsi adalah masalah serius yang telah mengakar di berbagai sektor di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan berbagai organisasi telah mengambil sejumlah langkah penting. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan korupsi yang telah dilakukan:
1. Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
KPK didirikan pada tahun 2002 sebagai lembaga independen yang bertugas untuk memberantas korupsi di Indonesia. KPK memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap kasus-kasus korupsi. KPK juga berperan dalam pencegahan korupsi melalui pendidikan dan kampanye anti-korupsi.
2. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas
Pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Ini termasuk penerapan sistem e-government, yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi publik secara online. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan harta kekayaan mereka secara berkala.
3. Penguatan Sistem Pengawasan Internal
Penguatan sistem pengawasan internal di berbagai lembaga pemerintah dilakukan untuk mencegah terjadinya korupsi. Ini termasuk pembentukan unit-unit pengawasan internal yang bertugas untuk memantau dan mengevaluasi kinerja serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
4. Pendidikan Anti-Korupsi
Pendidikan anti-korupsi telah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di berbagai jenjang sekolah. Selain itu, kampanye anti-korupsi juga dilakukan melalui media massa, seminar, dan lokakarya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya korupsi dan pentingnya integritas.
5. Kerjasama Internasional
Indonesia juga menjalin kerjasama dengan berbagai negara dan organisasi internasional untuk memerangi korupsi. Ini termasuk kerjasama dalam hal pertukaran informasi, pelatihan, dan bantuan teknis. Kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas Indonesia dalam memberantas korupsi.
6. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi dilakukan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih efisien, transparan, dan akuntabel. Ini termasuk penyederhanaan prosedur birokrasi, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan penerapan sistem merit dalam pengangkatan dan promosi pegawai negeri.
7. Penegakan Hukum yang Tegas
Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku korupsi adalah salah satu langkah penting dalam pencegahan korupsi. Ini termasuk pemberian sanksi yang berat bagi pelaku korupsi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Penegakan hukum yang tegas diharapkan dapat memberikan efek jera bagi para pelaku korupsi.
Bagaimana Menerapkan Prinsip-Prinsip Kebatinan dalam Pencegahan Korupsi
Prinsip-prinsip kebatinan, yang menekankan pada kesadaran diri, pengendalian batin, dan kehidupan yang seimbang, dapat diterapkan secara efektif dalam upaya pencegahan korupsi. Berikut adalah beberapa contoh konkret bagaimana prinsip-prinsip ini diterapkan:
1. Kesederhanaan dan Hidup Seimbang
Prinsip "urip sak madya" atau hidup sederhana yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya hidup dengan cukup dan tidak berlebihan. Dengan menginternalisasi prinsip ini, individu dapat mengurangi dorongan untuk melakukan korupsi demi kekayaan materi yang berlebihan. Hidup sederhana membantu mengurangi godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi.
2. Pengendalian Diri dan Refleksi Batin
Prinsip "ngelmu rasa" atau ilmu rasa mengajarkan pentingnya pengendalian diri dan refleksi batin. Dengan memahami dan mengendalikan nafsu serta keinginan pribadi, individu dapat menghindari tindakan korupsi. Refleksi batin membantu individu untuk selalu mengevaluasi tindakan mereka dan memastikan bahwa mereka bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral.
3. Pendidikan dan Pembinaan Moral
Pendidikan yang menekankan nilai-nilai kebatinan seperti kejujuran, tanggung jawab, dan integritas dapat membantu membentuk karakter individu yang berintegritas. Program pendidikan anti-korupsi yang mengintegrasikan ajaran kebatinan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya integritas dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kepemimpinan Berbasis Kebatinan
Pemimpin yang menerapkan prinsip-prinsip kebatinan dalam kepemimpinannya dapat menjadi teladan bagi bawahannya. Dengan menunjukkan integritas, kejujuran, dan pengendalian diri, pemimpin dapat menciptakan budaya organisasi yang bebas dari korupsi. Kepemimpinan yang berlandaskan kebatinan juga mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.
5. Penerapan Nilai-Nilai Integritas
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah merilis sembilan nilai integritas yang dapat mencegah korupsi: jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Nilai-nilai ini sejalan dengan prinsip-prinsip kebatinan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi.
6. Penguatan Sistem Pengawasan Internal
Prinsip kebatinan yang menekankan pada pengendalian diri dan refleksi batin dapat diterapkan dalam penguatan sistem pengawasan internal. Dengan membentuk unit-unit pengawasan yang berintegritas dan berlandaskan nilai-nilai kebatinan, organisasi dapat memastikan bahwa setiap tindakan dan keputusan yang diambil sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan moral.
Bagaimana menerapkan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Diri dalam Kehidupan Sehari-Hari
Prinsip-prinsip kepemimpinan diri yang diajarkan oleh Mangkunegaran IV dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik. Berikut adalah beberapa cara konkret untuk menerapkan prinsip-prinsip ini:
1. Keselarasan antara Pikiran, Perasaan, dan Tindakan
Setiap hari, luangkan waktu untuk refleksi diri. Evaluasi apakah tindakan selaras dengan nilai-nilai dan tujuan pribadi. Misalnya, jika menghargai kejujuran, pastikan bahwa setiap keputusan yang dapat membantu mencerminkan nilai tersebut.
Contoh: Jika berjanji untuk menyelesaikan tugas tertentu, pastikan melakukannya tepat waktu dan dengan kualitas terbaik. Ini menunjukkan integritas dan konsistensi antara apa yang akan katakan dan lakukan.
2. Prinsip "Tata, Titi, Teteg, Temen"
Terapkan disiplin dalam rutinitas harian. Buat jadwal yang teratur dan patuhi dengan teliti. Tetap teguh pada prinsip-prinsip etika, bahkan ketika menghadapi godaan untuk menyimpang.
Contoh: Dalam pekerjaan, selalu periksa kembali pekerjaan untuk memastikan tidak ada kesalahan. Jika menemukan kesalahan, perbaiki segera dan laporkan dengan jujur.
3. Pengendalian Diri dan Introspeksi
Luangkan waktu setiap hari untuk introspeksi. Renungkan tindakan dan keputusan pribadi, serta evaluasi apakah ada area yang perlu diperbaiki.
Contoh: Jika merasa marah atau frustrasi, cobalah untuk menenangkan diri sebelum merespons. Ini membantu menghindari tindakan impulsif yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain.
4. Prinsip "Amemangun Karyenak Tyasing Sesama"
Fokus pada bagaimana tindakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Selalu pertimbangkan dampak keputusan Anda terhadap kesejahteraan orang lain.
Contoh: Dalam tim kerja, bantu rekan kerja yang kesulitan dengan tugas mereka. Tindakan kecil seperti ini dapat meningkatkan kebahagiaan dan produktivitas tim secara keseluruhan.
5. Keseimbangan antara Spiritual dan Duniawi
Jaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Luangkan waktu untuk kegiatan spiritual atau refleksi batin yang dapat membantu tetap tenang dan fokus.
Contoh: Meditasi atau doa setiap pagi dapat membantu memulai hari dengan pikiran yang jernih dan hati yang tenang, sehingga dapat menghadapi tantangan dengan lebih baik.
6. Prinsip "Ngelmu Iku Kalakone Kanthi Laku"
Terus belajar dan kembangkan diri melalui pengalaman nyata. Jangan hanya mengandalkan teori, tetapi terapkan pengetahuan dalam tindakan sehari-hari.
Contoh: Jika belajar tentang manajemen waktu, terapkan teknik-teknik tersebut dalam mengatur jadwal harian. Evaluasi efektivitasnya dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Relevansi Prinsip-Prinsip Kebatinan Mangkunegaran IV di Era Modern
Prinsip-prinsip kebatinan yang diajarkan oleh Mangkunegaran IV tetap relevan dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan di era modern. Berikut adalah beberapa cara bagaimana prinsip-prinsip ini masih relevan dan dapat diterapkan saat ini:
1. Keselarasan antara Pikiran, Perasaan, dan Tindakan
Di era modern, integritas dan konsistensi antara pikiran, perasaan, dan tindakan sangat penting, terutama dalam dunia profesional. Keselarasan ini membantu membangun kepercayaan dan kredibilitas.
Contoh : Dalam bisnis, seorang pemimpin yang konsisten dalam kata dan perbuatan akan lebih dipercaya oleh karyawan dan mitra bisnis. Ini juga berlaku dalam kehidupan pribadi, di mana keselarasan ini membantu membangun hubungan yang sehat dan jujur.
2. Prinsip "Tata, Titi, Teteg, Temen"
Disiplin, ketelitian, keteguhan, dan kejujuran adalah kualitas yang sangat dihargai di era modern. Prinsip ini membantu individu untuk tetap fokus dan bertanggung jawab dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
Contoh : Dalam manajemen proyek, prinsip ini membantu memastikan bahwa setiap langkah diambil dengan hati-hati dan sesuai dengan rencana, sehingga mengurangi risiko kesalahan dan meningkatkan efisiensi.
3. Pengendalian Diri dan Introspeksi
Pengendalian diri dan introspeksi sangat penting dalam menghadapi tekanan dan tantangan di era modern. Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri dan mengendalikan emosi membantu individu untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Contoh: Dalam situasi konflik di tempat kerja, kemampuan untuk tetap tenang dan reflektif dapat membantu menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif dan menghindari eskalasi.
4. Prinsip "Amemangun Karyenak Tyasing Sesama"
Prinsip ini menekankan pentingnya bekerja untuk kesejahteraan orang lain, yang sangat relevan dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan kepemimpinan yang berorientasi pada pelayanan.
Contoh :Perusahaan yang menerapkan prinsip ini dalam kebijakan CSR mereka akan lebih dihargai oleh masyarakat dan pelanggan, karena mereka menunjukkan komitmen untuk memberikan dampak positif bagi komunitas.
5. Keseimbangan antara Spiritual dan Duniawi
Di era modern yang serba cepat dan penuh tekanan, menjaga keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi sangat penting untuk kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Contoh : Praktik mindfulness, meditasi, atau kegiatan spiritual lainnya dapat membantu individu untuk tetap tenang dan fokus, serta mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas.
6. Prinsip "Ngelmu Iku Kalakone Kanthi Laku"
Pengetahuan dan kebijaksanaan harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Di era modern, ini berarti terus belajar dan mengembangkan diri melalui pengalaman praktis.
Contoh : Profesional yang terus belajar dan menerapkan pengetahuan baru dalam pekerjaan mereka akan lebih inovatif dan adaptif terhadap perubahan.
Tantangan dan Peluang dalam Menerapkan Prinsip-Prinsip Kebatinan Mangkunegaran IV
Prinsip-prinsip kebatinan Mangkunegaran IV, yang dikenal sebagai Asta Gina, merupakan ajaran moral dan etika yang bertujuan untuk membentuk karakter manusia yang berbudi luhur dan berakhlak mulia. Penerapan prinsip-prinsip ini di era modern memiliki berbagai tantangan dan peluang yang perlu diperhatikan.
Â
Tantangan dalam Menerapkan Prinsip-Prinsip Kebatinan Mangkunegaran IV
 - Perubahan Nilai dan Budaya: Era modern ditandai dengan perubahan nilai dan budaya yang cepat, sehingga sulit untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional seperti yang terkandung dalam Asta Gina.
- Kurangnya Pemahaman dan Penerapan: Banyak orang yang tidak memahami sepenuhnya prinsip-prinsip Asta Gina, sehingga sulit untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Tekanan Ekonomi dan Kompetisi: Tekanan ekonomi dan kompetisi yang ketat di era modern dapat membuat orang cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan etika demi mencapai tujuan materi.
- Pengaruh Globalisasi: Globalisasi membawa pengaruh budaya asing yang dapat menggeser nilai-nilai lokal, termasuk prinsip-prinsip kebatinan Mangkunegaran IV.
- Perbedaan Interpretasi: Terkadang muncul perbedaan interpretasi terhadap prinsip-prinsip Asta Gina, yang dapat menyebabkan konflik dan perdebatan.
Â
Peluang dalam Menerapkan Prinsip-Prinsip Kebatinan Mangkunegaran IV
 - Membangun Karakter yang Kuat: Prinsip-prinsip Asta Gina dapat membantu membangun karakter yang kuat, jujur, dan bertanggung jawab, yang sangat dibutuhkan di era modern.
- Meningkatkan Kualitas Kehidupan: Penerapan prinsip-prinsip Asta Gina dapat meningkatkan kualitas kehidupan individu dan masyarakat, dengan menciptakan lingkungan yang harmonis, adil, dan sejahtera.
- Menjadi Pedoman Wirausaha: Prinsip-prinsip Asta Gina dapat menjadi pedoman bagi para wirausaha untuk menjalankan bisnis yang etis dan bertanggung jawab, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
- Menjaga Kearifan Lokal: Penerapan prinsip-prinsip Asta Gina dapat membantu menjaga dan melestarikan kearifan lokal, sehingga budaya Jawa tetap terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
- Menjadi Sumber Inspirasi: Prinsip-prinsip Asta Gina dapat menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
Daftar pustaka
Kyntan Palupi. (2024). Korupsi: Sejarah dan Ideologi. https://m.kumparan.com/kyntan-palupi/korupsi-sejarah-dan-ideologi-23dmlC5gait
Aji Komarudin. (2014). Konsep Kepemimpinan Jawa K.G.P.A.A. Mangkunegara IV(Studi Terhadap Serat Wedhatama). https://www.academia.edu/87658716/Konsep_Kepemimpinan_Jawa_K_G_P_A_A_Mangkunegara_IV_Studi_Terhadap_Serat_Wedhatama_
Noris Roby Setiyawan. (2023). Sejarah Mangkunegaran: Daftar Adipati-Perkembangan Tata Kelola Pemerintahan. https://www.detik.com/jateng/berita/d-6709802/sejarah-mangkunegaran-daftar-adipati-perkembangan-tata-kelola-pemerintahan?need_sec_link=1&sec_link_scene=im
Jeffry Kurniawan. (2024). KGPAA Mangkunegara IV dan Ajarannya yang Masih Relevan pada Abad 21. https://www.kompasiana.com/jeffrydwikurniawan/5f2b5ea8d541df716d67db72/kgpaa-mangkunegara-iv-dan-ajarannya-yang-masih-relevan-pada-abad-21?page=all&need_sec_link=1&sec_link_scene=im
Mualif. (2023). Pendidikan Anti Korupsi: Konsep, Tujuan, dan Strategi. https://an-nur.ac.id/blog/pendidikan-anti-korupsi-konsep-tujuan-dan-strategi.html
Monica Ayu Caesar Isabela. (2022). Upaya pencegahan korupsi. https://nasional.kompas.com/read/2022/03/26/02000091/upaya-pencegahan-korupsi#google_vignette
Randy Wirayudha. (2021). Reformis Itu Bernama Mangkunegara VI. https://historia.id/politik/articles/reformis-itu-bernama-mangkunegara-vi-P1ogW
Ronald Seger Prabowo. (2023). Sejarah Raja Mangkunegara IV, Sosok Raja Modernis yang Peduli Budaya Jawa. https://surakarta.suara.com/read/2023/11/29/183908/sejarah-raja-mangkunegara-iv-sosok-raja-modernis-yang-peduli-budaya-jawa?need_sec_link=1&sec_link_scene=im
Puspasari Setyaningrum. (2022). Pura Mangkunegaran: Lokasi, Sejarah, Daftar Adipati, dan Bagian Bangunan. https://regional.kompas.com/read/2022/11/21/231747078/pura-mangkunegaran-lokasi-sejarah-daftar-adipati-dan-bagian-bangunan?need_sec_link=1&sec_link_scene=im
Iwan Santosa. (2022). Mangkunegara IV, Bangsawan Jawa Terkaya Abad ke-19. https://interaktif.kompas.id/baca/mangkunegara-iv-bangsawan-jawa-terkaya-abad-ke-19/?need_sec_link=1&sec_link_scene=im
M. Fazil Pamungkas. (2021). Kerajaan Bisnis Mangkunegara IV. https://historia.id/ekonomi/articles/kerajaan-bisnis-mangkunegara-iv-P4qZn?need_sec_link=1&sec_link_scene=im
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H