Salah seorang musisi terbaik di muka bumi ini pernah menulis di halaman depan buku biografinya, bahwa apa yang telah ia capai selama ini bukanlah semata karena bakat yang diturunkan, melainkan karena usaha dan kerja kerasnya.
Di masa kanak-kanaknya, ketika teman-teman sebayanya tengah asyik bermain konsol game, ia "dipaksa" oleh orang tuanya untuk berlatih gitar.
Begitu pula seterusnya, kehidupan keras ia jalani semasa menjadi musisi, mulai dari mengamen, tampil tanpa dibayar, hingga ditolak berbagai label musik. Musisi tersebut adalah, Ed Sheeran.
Ada satu hal yang cukup unik di salah satu wawancaranya bersama Jonathan Ross, di mana ia kembali mengungkapkan kepercayaannya bahwa ia tidak percaya dengan bakat.
Ia kemudian memutarkan salah satu hasil rekaman pertamanya, dan seluruh penonton mendadak tertawa karena suaranya sangat jelek dan fals.
"Tapi, saya berlatih" ucapnya dengan santai. Hal ini seolah menjadi penegasan baginya bahwa ia percaya apa yang ia capai sekarang merupakan hasil kerja keras dan latihan dalam kurun waktu yang lama, bukan bermodalkan bakat semata.
Sekarang mari kita berbicara bakat musik, namun dari sudut pandang ilmiah.
Beberapa publikasi ada yang menunjukkan bahwa kemampuan bermusik seperti persepsi dalam musik, memori dan pendengaran musikal, dan ketepatan nada, ternyata memiliki kaitan dengan bagian penyusun genetik manusia. Sehingga hal ini tentu dapat diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya.
Namun yang perlu diingat, semua penelitian tersebut tetap menggarisbawahi pentingnya latihan terlepas dari bakat yang ada.
Permasalahannya adalah kita tidak pernah tahu mana yang ternyata bisa menjadi bakat kita, karena kita hanya akan tahu setelah mencoba dan berlatih secara rutin. Itulah kenapa sebaiknya kita tidak boleh berlindung di balik kalimat, "saya tidak berbakat" untuk memfasilitasi kemalasan kita.