Mohon tunggu...
Jefry Albari Tribowo
Jefry Albari Tribowo Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Andrologi

dr. Jefry Albari Tribowo, Sp.And adalah seorang dokter spesialis Andrologi dan produser musik di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Website: andrologibanjarmasin.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pekerja Musik Rentan Gangguan Pendengaran

17 Mei 2020   15:53 Diperbarui: 17 Mei 2020   15:50 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konser | pixabay.com

Telinga merupakan salah satu organ tubuh yang paling berharga bagi seorang musisi dan sound engineer. Hal ini dikarenakan anggota tubuh tersebut berperan penting dalam setiap proses pekerjaan sehari-harinya, mulai dari proses pembelajaran hingga penampilan. 

Sayangnya kesehatan telinga kurang begitu diperhatikan oleh banyak pekerja musik, bahkan tidak jarang mereka baru memeriksakan kesehatannya di saat gejala sudah semakin parah.

Studi yang dilakukan di Iran pada musisi professional menunjukan 56% musisi mengalami gejala seperti telinga berdenging (tinnitus) ataupun nyeri telinga setelah sesi penampilan. 

Akan tetapi hanya 2,4% musisi saja yang menggunakan secara rutin alat pelindung telinga. Sementara itu pada pemeriksaan objektif dengan audiometri didapatkan musisi yang terjadi penurunan pendengaran sebanyak 20%, namun hanya 7% saja yang merasakan ada gangguan pendengaran secara subjektif. 

Hal ini menunjukkan bahwa musisi kurang menyadari akan gangguan pendengaran, sehingga dapat menyebabkan penurunan pendengaran menjadi semakin parah di kemudian hari.

Ada 2 penyebab terjadinya penurunan pendengaran tersering, yakni: Presbikusis dan Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB). Presbikusis terjadi saat penurunan fungsi pendengaran telinga yang disebabkan oleh meningkatnya usia, di mana sering terjadi pada usia 65 tahun ke atas. Sedangkan GPAB terjadi pada orang-orang yang terpapar bunyi nyaring (lebih dari 85 dBA) beberapa jam perhari dalam waktu yang lama (5-20 tahun). 

Hal ini terjadi karena bunyi yang sangat nyaring dapat menyebabkan kematian sel-sel rambut di koklea (bagian berbentuk seperti rumah siput dalam telinga) yang berfungsi untuk menangkap gelombang suara dan melanjutkannya ke otak.

Adapun gejala dari GPAB antara lain: gangguan pendengaran mengenai kedua telinga, penurunan pendengaran tidak hilang setelah paparan bising dihilangkan, dan penurunan terjadi lebih banyak pada frekuensi tinggi (3000-6000 Hz). 

Ketika penurunan pendengaran terjadi pada frekuensi tinggi, para penderita biasanya tidak mengalami kesulitan ketika mendengar percakapan dalam kondisi sunyi, akan tetapi gejala muncul saat penderita mendengar percakapan dengan bunyi background yang bising.

Dari World Health Organization (WHO) menyarankan untuk menjaga suara bising dari lingkungan di bawah dari 70 dBA selama 24 jam agar menghindari terjadinya GPAB. Namun bagi para musisi yang setiap harinya bekerja dengan dentuman nyaring instrument musik, hal ini menjadi agak sulit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun