Dari pemaparan di atas, setidaknya cukup tergambarkan bagaimana perjuangan saya dalam membuat album dan menjualnya. Namun, semua itu seolah sirna begitu saja ketika kami selesai manggung di suatu acara, dan tiba-tiba seorang bapak-bapak atau ibu-ibu necis lengkap dengan iPhone keluaran terbaru di genggaman tangannya, datang sambil berkata: "Lagu kalian bagus. Boleh minta CD-nya satu? Gratis, ya?"
Tidak hanya sekali dua kali, namun sudah sangat sering sekali kami "diteror" hal tersebut. Bahkan teman dekat sekalipun tidak jarang ikut meminta CD gratis, seolah kami mencetak CD tersebut tidak menggunakan uang.
Dua tahun berselang, band saya saat itu berencana merilis album kedua yang bertajuk "Gawi Manuntung". Berbekal pengalaman pahit dari sebelum-sebelumnya, kami mulai memikirkan strategi penjualan CD. Yang saya pikirkan saat itu bukan bagaimana caranya kami mendapatkan keuntungan, namun bagaimana caranya agar orang mulai berpemikiran untuk menghargai karya orang lain.
Setelah melalui proses diskusi panjang, akhirnya saya tercetus ide untuk mendonasikan 100% hasil keuntungan penjualan CD dan digital download ke yayasan sosial. Harapannya orang-orang yang selama ini meminta gratis akan berpikir dua kali, karena jika mereka melakukan hal itu secara tidak langsung mereka mengambil hak milik orang tidak mampu.Â
Selain membuka pemikiran orang lain mengenai penghargaan terhadap sebuah karya, penjualan CD kami juga akan membantu orang-orang yang kurang beruntung. Sebuah win-win solution yang sepertinya cukup baik.
Beberapa minggu sebelum album kami rilis, kami sudah gencar mempromosikan bahwa seluruh keuntung penjualan CD kami akan didonasikan ke sekolah yang menampung anak jalanan. Bahkan setiap kami tampil, tidak lupa kami menawarkan penjualan CD sambil menjelaskan kemana uang keuntungan tersebut akan disalurkan.
Hasilnya di luar dugaan, dalam kurun waktu 6 bulan kami mendapatkan keuntungan sebesar 15 juta. Bisa dibilang cara ini cukup efektif untuk membuat orang mau menghargai karya kami dengan membeli CD.Â
Bahkan tidak jarang ada yang membayar melebihi harga yang tertera karena ingin berdonasi lebih banyak. Terkadang cara terbaik untuk menyadarkan orang lain menghargai karya bukan dengan memarahi atau berteriak "hargai karya gue, dong!", melainkan dengan pendekatan dari sudut lainnya.
Namun, sepertinya tidak semua orang bisa tersadar. Bahkan di saat acara launching album kami, di mana kami menjelaskan secara gamblang tujuan hasil penjualan, ada saja seseorang yang tidak kami kenal dengan santainya mendatangi personil kami dan berkata "Saya minta CD-nya ya satu. Minta satu aja, gratis kan?"