Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ekaristi dan Hatimu adalah Bethlehem: Pergilah Saja ke Sana

7 Januari 2024   09:52 Diperbarui: 7 Januari 2024   09:56 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: parokicikarang.com

2. Mimpi
Tuhan juga berbicara kepada manusia lewat diri manusia. Sebab manusia adalah Maha Karya dari Tuhan sendiri. Manusia adalah citra-Nya sendiri. Tanda kemuliaan Tuhan nampak dalam diri manusia. Maka ia bisa berbicara kepada manusia lewat manusia itu sendiri. Pertama Ia berbicara kepada manusia di dalam hati dan pikiran manusia sendiri. "Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka  dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. (Yer. 31:33).

Kita berjuang untuk mendengar suara Tuhan di dalam hati kita. Di sana kita mendengar dan menemukan kehendaknya dan melaksanakannya dalam hidup agar kita mengalami suka cita dan kehidupan bukan kebinasaan. Bayangkan kalau Tiga Majus tidak mendengarkan Tuhan di dalam atau lewat mimpi pasti ada kebinasaan.  Seperti anda dan saya menemukan air dengan menggali tanah, dengan demikian sumber bahagia dan suka cita ada dalam dirimu. Galillah itu karena sejak awal Ia menempatkan hukumnya di dalam hati kita. Itulah saat kita buat salah hati menjadi gelisah dan takut sedangkan saat benar, baik kita rasa bebas dan tidak takut.

Apakah Romo dibenarkan untuk malam sebelum tidur, doa ko Tuhan kasi mimpi 4 angka? Atau tiap hari keliling ko tanya orang mimpi apa?. Kan Yusuf mimpi, Yosep mimpi, Tiga Raja Mimpi. Bisa ewh. Tetapi pemalas berdoa, pemalas kerja baru kaget-kaget harap mimpi. Nanti sukses dan bahagia, suka cita dan selamat juga hanya di dalam mimpi bukan di dalam kenyataan.

3. Imanuel"Allah beserta kita"
Pada akhirnya antara bintang dan mimpi, Tuhan berbicara kepada kita secara langsung yaitu lewat Yesus Kristus yang telah lahir di Betlehem. Bait pengantar Injil dalam beberapa liturgi misa slalu katakan:"dahulu kala dengan berbagai cara Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan para nabi. Zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya". Anak-Nya adalah Yesus Kristus yang lahir bagi kita. Dialah Immanuel; Allah beserta kita. Anak-Nya itu kini hadir di dalam Sabda dan Ekaristi.

Para Majus dari Tuhan mengajarkan kita untuk selalu mencari, menemukan dan menyembah Dia. Mereka dituntun bintang Timur menuju ke Bethlehem. Kita mencari, menemukan dan menyembah Tuhan. Berbagai pengalaman hidup kita entah yang dialami diri sendiri, atau dari dan bersama orang lain. Hal menyenangkan atau tidak. Kelebihan dan keterbatasan kita itulah cahaya bintang yang menuntun kita menuju ruang hati kita untuk berjumpa dengan Dia dalam Doa, menuju Gereja sebagai Bethlehem untuk menyembah, mendengarkan perkataan-Nya dan melihat karya penebusan-Nya yang ajaib dan mengagumkan dalam kurban Ekaristi. Di sana kita persembahkan seluruh diri kita lalu kembali pulang dalam dunia hidup nyata dengan suka cita dan optimis. Hanya orang berimanlah yang melihat sukses sebagai bintang Timur, hal baik dan menyenangkan sebagai bintang Timur. Bahkan hanyalah orang beriman yang melihat tangis, derita, tantangan, kegagalan, dan sejenisnya sebagai Bintang Timur. Bintang Timur yang membawanya pergi ke hati sebagai Bethlehem; pergi ke Ekaristi sebagai Bethlehem untuk bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus. Paus Fransiskus menulis:"Dunia mengharapkan orang-orang percaya untuk menawarkan antusiasme baru untuk hal-hal di surga. Seperti orang Majus, mari kita mengangkat mata kita, mendengarkan keinginan hati kita, dan mengikuti bintang yang Tuhan ciptakan bersinar di atas kita. Sebagai pencari yang gelisah, mari kita tetap terbuka untuk kejutan Tuhan". Hanya orang beriman yang akan mengalami kejutan dari Tuhan, kejutan itu adalah slalu menemukan "jalan lain" di dalam hidupnya, jalan yang membawa kepada suka cita dan kehidupan. Ekaristi dan Hatimu adalah Bethlehem: pergilah saja ke sana. Pergi sebagai apa saja, intinya jangan pergi sebagai Herodes. Pasti ada suka cita, "jalan lain" dan kehidupan.

Selamat merayakan dan memaknai Hari Raya Penampakan Tuhan. Tuhan memberkati kita untuk segala syukur, pekerjaan dan pelayanan kita.HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN

By. JN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun