Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilailah Secara Obyektif

2 April 2022   05:31 Diperbarui: 2 April 2022   05:51 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 02 Maret 2022
Pekan Prapaskah IV
Yer. 11: 18-20
Yoh. 7: 40-53

Sahabat-sahabat ...
Salah satu kecendrungan manusia adalah menilai, menghakimi dan mengadili. Toh hal ini wajar, sebagai akibat logis dari hidup bersama.  Namun kadang orang lain dihakimi, dinilai tanpa sebuah fakta yang benar melainkan berdasarkan asumsi-asumsi pribadi. Bukan saja asumsi-asumsi  tetapi juga atas dasar kepentingan pribadi atau kepentingan politis yang buruk. Akibatnya orang bukan sementara berhadapan dengan orang lain tetapi sesungguhnya orang mengadili dirinya sendiri atau berhadapan dengan dirinya dalam asumsinya sendiri. Maka orang lain bukan sementara dibantu tetapi dicelakakan.

Hal inilah yang dilakukan oleh kaum Farisi dan ahli-ahli taurat dalam bacaan Injil hari ini. Mereka memiliki asumsi-asumsi negatif dan menghakimi Yesus dengan subyetifitas pikiran dan perasaan pribadi bukan berdasarkan fakta yang dibuat oleh Yesus atau sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci. Bahkan ketika Nikodemus mempertanyakan sesuatu yang berdasarkan pada kebenaran hukum Yahudi, mereka pun membantahnya dengan pernyataan dan atau pertanyaan yang tidak nyambung dan tidak memiliki dasar kebenaran. Kitab Suci digunakan untuk membenarkan dalil dalam penilaian dan asumsi mereka.

Sahabat-sahabat ...
Tentu hidup bersama tak dapat terhindarkan sikap saling menilai, menghakimi satu sama lain. Menilai, mengadili untuk saling belajar atau memperbaiki itu hal yang baik. Tetapi semua itu perlu dibangun di atas fakta-fakta obyektif yang dapat dipertanggung jawabkan. Hindarilah penilaian atau penghakiman yang dibangun di atas asumsi,  intrik perasaan atau pikiran pribadi atau karena memiliki muatan negatif di belakangnya yang menghancurkan orang lain.

Hendaknya setiap orang berjuang dan berusaha  untuk melakukan sesuatu di atas dasar-dasar yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional, empirik, etis dan spiritual. Kita memohonkan Rahmat dan berkat Tuhan untuk hal ini. Semoga kita mampu dan dimampukan.

Selamat Bermenung. Semangat beraktifitas. Jangan lupa bahagia.

Tuhan memberkati. Bunda Maria, Para Kudus dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai slalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun