Senin, 21 Maret 2022
Pekan Prapaskah III
2Raj. 5: 1-15
Luk. 4: 24-30
Sahabat-sahabat ...
Tersinggung adalah salah satu kata dalam perbendaharaan bahasa yang lazim kita dengar dalam dunia komunikasi. Tersinggung secara kamusial diartikan sebagai: 1). tersentuh, tersenggol, terjamah. 2). Dibicarakan sedikit. 3). merasa disakiti (dilukai atau dikecewakan). Dalam dunia komunikasi, arti yang kedua dan ketigalah yang sering dihubungkan dengan tersinggung. Bahwasannya ada sesuatu yang disentil entah itu kejadian, orang, benda, situasi, atau lain sebagainya yang terkait dengan kehidupan manusia yang berguna atau pun tidak berguna dan menimbulkan reaksi tertentu.
Â
Injil hari ini menampilkan banyak orang yang hadir dalam rumah ibadat merasa tersinggung. Tersinggung mereka terkategori dalam arti yang ketiga yaitu merasa disakiti atau dikecewakan. Mengapa demikian? Yesus berbicara tentang Namaan dari Siria (kisah penyembuhannya di dalam bacaan pertama) yang disembuhkan karena ia percaya pada Tuhan lewat Nabi Elisa. Ia menaruh percaya pada Elisa bahwa Tuhan Allah akan menyembuhkan sakitnya dengan perantaraan Nabi Elisa. Ia menghargai Elisa sebagai utusan Tuhan yang membawa pembebasan, kemerdekaan dan bantuan kepada setiap orang. Naaman tidak hanya percaya tetapi juga memberikan persembahan kepada Tuhan sebagai ucapan syukur. "Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hamba ini", kata Namaan.
Banyak orang tersinggung, merasa disakiti karena mereka disindir oleh Yesus. Sindiran Yesus mau menunjukkan bahwa mereka tidak percaya pada Yesus sebagai pembawa keselamatan. Mereka tidak percaya padahal mereka telah mendengar banyak hal yang diperbuat Yesus. "Tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya", mata Yesus. Rasa nyaman mereka yang salah disentil Yesus. Mereka marah dan ingin membunuh Yesus. Padahal Yesus membuat perbandingan yang datang dari sebuah pengalaman kebenaran sejarah. Ya ,,,, kebenaran biasanya banyak membuat orang tersinggung dan tidak tenang. Hehehehe.
Sahabat-sahabat ...
Sering kali orang merasa tersinggung, salah satunya karena rasa nyaman mereka diganggu oleh sebuah kebenaran. Rasa tersinggung itu membuat orang menutup diri atas segala yang baik dan benar yang bisa mengubah dan membahagiakan hidup ke arah yang lebih baik. Bahkan ketersinggungan model ini akhirnya membuat orang membangun benteng atas diri dengan menciptakan kejahatan untuk yang lain.
Tersinggung itu sebenarnya baik karena menandakan bahwa orang memiliki rasa dan budi yang normal. Menjadi hal positif kalau tersinggung karena sebuah kebenaran yang akhirnya diterima dengan rendah hati untuk membangun hidup yang lebih baik. Menjadi buruk kalau orang tersinggung karena memang tukang tersinggung, sensitif bukan peka, bahkan tersinggung karena tidak mau dibandingkan  dengan sesuatu yang baik dan benar. Kadang tersinggung juga disebabkan oleh kekurangan pengetahuan dan ilmu yang membuat orang tidak berpikir lebih dalam dan luas.
Tersinggung itu kekuatan sekaligus kelemahan, tergantung bagaimana orang menyikapi sesuatu dari luar. Hendaklah orang berjuang untuk jangan tersinggung bodoh-bodoh. Bila ada kebenaran  dan kebaikan, hendaklah dengan rendah hati dan terbuka menerimanya untuk memperbaiki diri. Bila ada hal baru, hendaklah orang menerimanya untuk memperkaya diri. Kadang berkat dan rahmat yang luar biasa sementara ditolak akibat tersinggung yang tidak terkontrol. Kadang masalah sepele menjadi besar hanya karena tersinggung yang berkobar-kobar.
Bijaksanalah dalam tersinggung.
Selamat bermenung. Selamat melayani dengan sepenuh hati. Jangan lupa bahagia.
Tuhan memberkati. Doa Bunda Maria, Para Kudus dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai selalu.
Jeff Ndun, Jr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H