Kamis, 17 Maret 2022
Pekan Prapaskah II
Yes. 17: 5-10
Luk. 16: 19-31
"Salah satu kesombongan rohani adalah mengatakan bahwa orang bisa bahagia tidak tergantung pada uang"
"Salah satu kebodohan terbesar sepanjang sejarah manusia adalah mengatakan bahwa uang adalah segala-galanya"(Jeff Ndun)
Sahabat-sahabat ...
Bergembira, berbahagia, bersuka ria adalah hak asasi setiap manusia. Setiap orang bebas dan boleh mengekspresikannya dengan caranya sendiri. Ada orang yang bersuka cita sebagai bentuk ucapan syukur. Ada yang bersuka cita karena suatu keberhasilan atau kesuksesan. Ada yang berbahagia karena hanya mengambil bagian dalam bahagia orang lain. Tetapi ada juga yang bersuka cita dengan foya-foya karena kemewahan harta atau materi yang dimiliki.
Bentuk suka cita yang terakhir inilah yang perlu menjadi perhatian dan catatan bagi setiap orang. Tentu secara kasat mata, bisa dikatakan orang menggunakan apa yang dimilikinya. Bisa juga dibilang, orang memanfaatkan hasil keringatnya sendiri. Tak apalah dan sah-sah saja. Tetapi bila ditelisik secara mendalam, secara tersirat di sana ada ungkapan kesombongan dan egois yang berlebihan. Orang menyombongkan diri dengan apa yang dimilikinya dan orang egois dengan apa yang ada padanya. Pertanyaannya adalah apakah bahagia dan semua harta atau materi yang dimiliki itu berdaya sampai hidup abadi, hidup kekal?
Sahabat-sahabat ...
Jawabannya adalah "tidak". Orang yang bersuka cita atau menggantungkan diri hanya pada materi, kebahagiaan dan suka citanya pun akan berakhir setelah materi itu tiada atau ketika ia tidak bisa membawa materi itu kemana pun ia pergi termasuk ketika meninggal. Singkatnya bahagia dan suka cita pun akan bersifat materialistis yang bersifat terbatas; nilainya terbatas pada nilai manfaat dan nilai guna. Setelah itu, tiada lagi dan ludes dalam waktu.
Kisah si Kaya dan Lazarus si miskin, menjadi contoh dan bukti nyata bahwa materi bukanlah jaminan segala-galanya. Kisah ini membantu kita untuk bijaksana dengan apa yang dimiliki termasuk materi. Bahwasannya materi itu bukan jaminan untuk segalanya maka perlu digunakan secara baik, benar dan tepat. Salah satunya adalah menggunakannya untuk membantu orang lain. Orang juga harus bersuka cita dalam membagikan apa yang dimiliknya. Pada hal lain, Tuhan dan sesama jangan menjadi tumbal untuk mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Nabi Yeremia, menulis;"diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan". Menaruh harapan dan menggantungkan harapan pada YANG TAK TERBATAS, otomatis bahagia dan suka cita pun tak dibatasi ruang dan waktu termasuk ketika sudah meninggal.
Selamat Bermenung. Tetap melayani dengan sepenuh hati. Jangan lupa bahagia.
Tuhan memberkati, Doa Bunda Maria, Para Kudus dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai selalu.
Jeff Ndun, Jr
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI