Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Malu Itu Bijaksana

14 Maret 2022   05:28 Diperbarui: 14 Maret 2022   05:46 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin, 14 Maret 2022
Pekan Prapaskah II
Dan. 9: 4b-10
Luk. 6: 36-38

Sahabat-sahabat ...
Ada ungkapan yang dilontarkan kepada seseorang yang berbuat salah atau dosa di lingkungan kita yaitu "buat malu saja". Ungkapan ini menandakan bahwa dosa atau kesalahan tidak hanya memiliki efek personal saja tetapi juga memiliki efek sosial. Bahwa dosa menandakan bahwa seseorang sementara merendahkan atau menghina dirinya sendiri. Bahwasannya pula karena dosa atau kesalahan satu orang, orang lain pun turut merasakan akibatnya. Turut malu, turut direndahkan, turut bersalah, turut merasa hina dan lain sebagainya.

Salah satu sikap bijaksana yang perlu dimiliki adalah sikap malu. Malu terhadap kesalahan atau dosa yang diperbuat. Dengan sikap ini, kita sadar bahwa kita sementara keluar jalur, keluar dari arah yang benar, kita sementara merendahkan dan menghina diri sendiri. Tentu ukuran sikap kita adalah nilai-nilai ideal hidup bersama bukan ukuran pribadi sendiri. Dengan sikap malu, setiap orang didorong untuk membangun sikap sadar diri, koreksi diri dan pada akhirnya gerak perubahan di dalam pengampunan dan pertobatan. Nubuat Daniel, mengisahkan bagaimana orang Israel merasa malu atas salah dan dosa yang Mereke perbuat kepada Tuhan. Kesadaran dan sikap malu ini membuat mereka berbalik memohon pengampunan pada Tuhan.

Sahabat-sahabat ...
Di zaman sekarang, orang tidak lagi memiliki rasa malu bahkan ketika berbuat salah dan dosa. Kadang kesalahan yang sama dan terus menerus. Ini sebenarnya tanda bahwa orang telah kehilangan rasa malu, orang telah kehilangan rasa kesadaran sosial, orang telah men-Tuhan diri sebagai kebenaran, orang sementara menciptakan ideal nilainya sendiri dan sebenarnya secara tak langsung orang membunuh sens etika, sens religius, sens sosial bahkan martabat dalam dirinya sendiri. Saat berbuat salah dan dosa, orang merasa biasa-biasa saja bahkan bangga dengan hal itu. Ingatlah bahwa dunia ini rusak bukan karena kekurangan orang pintar tetapi kekurangan orang yang tidak malu bahkan tidak tau malu atas kejahatan, salah dan dosa yang diperbuat. Akhirnya semua itu dilihat sebagai kebenaran dan kebaikan.

Mari kita memiliki rasa malu yang benar dan tepat. Dengan memiliki sikap malu, kita terdorong untuk menjaga dan merawat harga dan martabat diri kita, membangun jejaring nilai hidup bersama dan pada akhirnya menempatkan diri sebagai manusia di hadapan Tuhan. Ingatlah, Yesus katakan "ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu".

Selamat Bermenung. Selamat melayani dengan sepenuh hati. Jangan Lupa Bahagia.
Tuhan memberkati. Doa Bunda Maria, Para Kudus dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai selalu.

Jeff Ndun,Jr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun