Foto: dokpri.com, manufui
TENTANG PULANG
Setiap orang datang dari sebuah tempat, dalam sebuah situasi dengan berbagai konteksnya; konteks adat-budaya, lingkungan sosial, peradaban tertentu dan khas. Dari sana seseorang akan terbang, berpetualang, pergi karena sebuah motivasi dan demi sebuah tujuan. Lalu pada tempat lain, orang akan bertemu dengan sesuatu yang bisa jadi sama dengan yang pernah ia alami atau mungkin sesuatu yang begitu baru. Di sana orang akan bersosialisasi, dibentuk dan membentuk diri dan kehidupannya.
Sejauh apapun seseorang pergi, setinggi apapun seseorang terbang, sedalam apapun seseorang menyelami kehidupan di berbagai tempat, situasi atau pilihan hidup, satu kebenaran yang perlu diterima dan diakui bahwa semua itu tidak akan terjadi kalau orang tidak memiliki pijakan awal, langkah awal. Dan itu hanya terjadi di tempat mana seseorang dilahirkan, lingkungan atau tempat di mana berbagai peradaban yang terkait dengannya dimulai.
Orang yang hebat bukan mereka yang mengingat banyak hal tetapi mereka yang tidak pernah melupakan hal-hal pertama yang membentuk seluruh perjalanan hidup mereka. Entah hal itu baik atau tidak, benar atau salah, semua itu menjadi deretan sejarah yang dimaknai. Karena itu langkah yang paling bijak untuk semua itu adalah selalu bersyukur atas apa dan siapa yang dimiliki, pernah dimiliki dan memang selalu dimiliki.
Bentuk syukur atas segala sesuatu itu adalah PULANG. Pulang bukan tentang sekadar mengingat kembali, tetapi langkah konkrit adalah datang kembali melihat, mengalami secara langsung tempat, atau orang-orang di mana orang pernah dilahirkan atau berbagai peradaban tentangnya dimulai. Mungkin yang akan dijumpai tidak akan seperti yang dulu, mungkin orang-orang yang pernah bersama telah tiada. Tetapi terpenting adalah orang datang dan pulang untuk mengalami secara langsung. Lalu mencoba untuk masuk pada masa lalu, melihat situasi sekarang dan mentautkannya dengan seluruh perjalanan hidup sendiri di dalam pemaknaan dan penghayatan.
PULANG adalah syukur. Akhirnya hidup ini adalah perjalanan menuju pulang". Pulang ke tempat di mana semua tentang seseorang dimulai. Pulang ke situasi di mana orang dibentuk. Pulang ke orang-orang di mana orang mengalami pengalaman dicintai dan mencintai. Dan semuanya ini menghantar orang bahwa hidup adalah perjalanan pulang menuju ke-awal-an dan ke-AWAL-an. Orang pulang ke rahim manusia, pulang ke rahim tempat, pulang ke rahim peradaban dan akhirnya pulang ke RAHIM KEHIDUPAN.
Orang yang tidak pernah pulang, tidak pernah bersyukur. Orang tahu ke mana ia pergi tetapi tidak tahu atau lupa dari mana ia berangkat. Ini ibarat seekor elang yang terbang tinggi tetapi tidak memiliki kaki. Cepat lambat ia akan letih dan mati. Ia hanya akan mengalami kemegahan dari ketinggian dalam waktu sementara, seterusnya adalah tidak mungkin
PASTOR XAVERIUS ALUPAN PULANG KAMPUNG
Jumat, 24 September 2021, Pastor Xaverius Timo Alupan, Pr (Rm. Ave), seorang imam Keuskupan Agung Kupang pulang ke kampung halamannya di Supun-Manufui. Ia memang dilahirkan, dibesarkan di Kota Karang-Kupang dengan berbagai kehidupan di sana. Tetapi ia tidak bisa mengkhianati darah dan ke-awal-annya sebagai seorang putera Biboki, anak Supun-Manufui. Sebab Ayahnya berasal dari Manufui dan Ibunya dari Bajawa.