Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nenek Sulit Anametan: Iman yang Hidup

23 September 2021   16:49 Diperbarui: 23 September 2021   16:50 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Umurnya sudah renta. Keriput kulitnya begitu jelas. Jalannya perlahan tertatih. Pandangan matanya kelihatan makin kabur. Sedikit pendiam. Mungkin karena kekuatan untuk bicara juga melemah. Diajak berbicara baru bersuara.
Nene, di Sulit Anametan.

Walau keadaan begitu, ia tidak pernah absen untuk datang ke rumah Tuhan pada hari Minggu. Padahal jarak antara rumah dan Kapela Tualaran sangat jauh. Berbekal niat yang kuat, hati yang tulus, kesiap sediaan, ia selalu menunggu di depan rumah bila saya atau Rm. Lando lewat menggunakan mobil. Saya atau pastor Lando berhenti dan membuka pintu untuk ia numpang. Ini rutinitasnya setiap hari Minggu.

Entah mengapa si Nene di umur tuanya selalu rajin ke gereja. Padahal seharusnya ia menghemat tenaganya dengan duduk diam di rumah. Seharusnya ia duduk diam menjaga dan menghibur diri dengan bermain bersama cucu atau cecenya di rumah. Seharusnya ia tidak perlu membiarkan kulitnya semakin disengat udara panas atau dingin atau tiupan angin yang bisa membuatnya sakit. 

Tetapi di hari Minggu hal itu tidak ia pikirkan. Ia selalu setia pergi ke gereja. Mungkin di Gereja-pun ia hanya duduk, tidak berdiri dan berlutut. Tetapi ia setia di datang dan ada dalam rumah Tuhan. Duduk menatap salib, mendengar Sabda Tuhan dan menyambut Tubuh dan Darah Tuhan.

Yahh... itu sedikit kisah tentang Nene Sulit Anametan.

Lalu, bagaimana dengan saya, anda yang masih kuat secara fisik. Kulit yang segar. Kaki yang kuat melangkah. Fisik yang bisa mengimbangi panas, dingin atau tiupan angin. Adakah saya dan anda selalu menyisihkan waktu pada hari Minggu untuk pergi ke Gereja? Sejam saja. Duduk, berdiri, berlutut, berdoa, bernyanyi memuji Tuhan, bersyukur kepada Tuhan dan memohonkan perlindungan-Nya?.

Apakah anda dan saya mengorbankan sedikit kesibukan untuk merayakan iman anda dan saya secara bersama-sama?. Sejam saja, bukan sehari. Untuk kepentingan jiwamu bukan untuk kepentingan orang lain. Bisakah anda dan saya bertemu dalam persaudaraan iman untuk saling meneguhkan dan memotivasi dalam doa bersama?. 

Adakah hari Minggu begitu merugikan kehidupan saya dan anda bila kita pergi ke rumah Tuhan?. Adakah sesuatu yang raib dari hidupmu bila anda datang ke Gereja? Adakah Tuhan mengutuk atau mencuri hal berharga dari saya dan anda bila memuji dan bersyukur kepada-Nya pada hari Minggu?Kadang ke-muda-an menjebak kita dalam kesibukan dan membuat kita lupa karena kita menarik segala dunia ke dalam diri kita.

Mari bermenung ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun