Saat pertama kali anda mendengar kalian, yang pertama kalian pikirkan adalah bom atom, bencana Chernobyl, ataupun peristiwa hirosima dan nagasaki. Biasanya otak kita akan merujuk pada hal negatif atau bencana apabila membahas nuklir.Â
 Tahukah kalian??, bahwa nuklir tidak hanya dapat memberikan dampak negatif namun juga dapat memberikan dampak positif apabila dikelola dengan benar dan bijak. Salah satu fungsi positif nuklir adalah memutasi suatu tanaman untuk , menghasilkan sifat yang baru, sehingga didapatkan suatu varietas baru. Lalu apakah varietas baru yang dihasilkan akan mengeluarkan radiasi yang berbahaya??. Jawabannya adalah tidak karena varietas yang dihasilkan akan melalui serangkaian evaluasi dan juga pengujian untuk menentukan apakah varietas yang dihasilkan aman dan sesuai dengan keterangan yang diberikan. Namun ada kelemahan penggunaan teknologi nuklir untuk menghasilkan varietas baru yaitu sifat yang dihasilkan random atau acak, sehingga diperlukan ketekunana untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat baik dan stabil produksinya.
BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) merupakan lembaga dibidang penelitian, pemanfaatan, dan pengembangan nuklir di Indonesia.  Tahukah kalian bahwa BATAN telah mengembangkan beberapa varietas tanaman dengan teknologi nuklir, salah satunya adalah kedelai  varietas mutiara. Varietas mutiara merupakan salah satu varietas yang telah dipaparkan oleh radiasi sinar gamma, sehingga tanaman sel-selnya bermutasi hingga menghasilkan suatu sifat baru. Namun tidak sampai disana masih diperlukan beberapa kali perkawinan dan seleksi kedelai  hingga menghasilkan varietas yang stabil seperti varietas mutiara 1. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kedelai dengan teknologi nuklir cukup lama karena diperlukan beberapa generasi tanaman, agar sifat menguntungkan yang dihasilkan dapat stabil.
Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas nasional
1. Tingkat gagal panen yang tinggi akibat hama, penyakit, faktor iklim, ataupun faktor lingkungan.
2. Varietas yang digunakan tidak toleran terhadapa suatu hama/ penyakit, maupun faktor lingkungan tertentu.
3 Teknis budidaya yang digunakan kurang benar (baik pemupukan, pemilihan benih, maupun perawatan).
4. Tingginya impor yang dilakukan sehingga petani tidak berminat membudidayakan kedelai, karena harga kedelai impor lebih murah dibandikan kedelai lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H