Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus menjadi perhatian di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam kondisi ini, pasien sering kali harus menjalani terapi hemodialisis untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak optimal. Namun, proses hemodialisis tidak hanya membawa tantangan fisik, tetapi juga mental dan emosional bagi pasien. Bagaimana pria dan wanita beradaptasi dengan terapi ini menjadi salah satu fokus penelitian terbaru yang dilakukan oleh para dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yaitu Nur Aini, Lilis Setyowati, Erma Wahyu Mashfufa, Myrna Setyawati, dan Ollyvia Freeska Dwi Marta.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional di salah satu rumah sakit di Indonesia, melibatkan 239 pasien hemodialisis, yang terdiri dari 112 perempuan dan 127 laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perbedaan gender dalam faktor penentu kualitas hidup pasien hemodialisis. Data yang dikumpulkan mencakup karakteristik sosial-demografis, tingkat depresi, kualitas hidup terkait penyakit ginjal, serta aspek spiritual pasien.
Temuan Utama Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara pria dan wanita dalam beberapa aspek kehidupan. Salah satu temuan penting adalah bahwa wanita cenderung memiliki skor depresi total yang lebih tinggi dibandingkan pria. Depresi, khususnya dalam domain "depressed affect", menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kualitas hidup pasien wanita secara signifikan. Di sisi lain, pada pasien pria, usia dan tingkat depresi menjadi faktor penentu utama kualitas hidup mereka.
Namun, ketika berbicara tentang aspek spiritual, baik pria maupun wanita menunjukkan tingkat spiritualitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mengalami tantangan berat, pasien tetap memiliki pegangan spiritual yang kuat. Aspek ini dianggap sebagai salah satu sumber kekuatan dalam menghadapi perjalanan panjang terapi hemodialisis.
Salah satu hal menarik lainnya adalah tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam dukungan keluarga antara pria dan wanita. Dukungan keluarga tetap menjadi elemen penting bagi kedua kelompok, membantu mereka menjalani terapi dengan lebih baik.
Makna di Balik Penelitian
Menurut Nur Aini, salah satu peneliti, "Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan perawatan pasien hemodialisis perlu mempertimbangkan faktor gender. Wanita cenderung lebih rentan terhadap tekanan emosional, sehingga dukungan psikologis dan terapi yang lebih intensif mungkin diperlukan bagi mereka."
Sementara itu, Lilis Setyowati menambahkan, "Penting untuk menyadari bahwa spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan yang luar biasa bagi pasien. Oleh karena itu, pendekatan holistik yang mencakup aspek spiritual juga harus diprioritaskan dalam perawatan."
Erma Wahyu Mashfufa menekankan pentingnya pemahaman tentang depresi sebagai faktor penentu kualitas hidup. "Dalam penelitian ini, depresi memainkan peran besar, terutama pada pasien wanita. Oleh karena itu, tenaga medis perlu memberikan perhatian khusus untuk mengidentifikasi dan menangani gejala depresi sejak dini," jelasnya.
Kesimpulan dan Harapan