Mohon tunggu...
Jeff Zelaya
Jeff Zelaya Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya Jeff Zelaya, saya seorang penulis artikel yang senang mendengarkan musik sambil membaca buku dan meminum kopi, Saya juga suka berekreasi ke tempat - tempat yang indah dan melakukan barbagai hal yang menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mama-mama Papua: Simbol Ketahanan dan Budaya dalam Berjualan Lesehan

18 Agustus 2024   08:38 Diperbarui: 18 Agustus 2024   08:40 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Mama-Mama Papua Sinakma Wamena (facebook.com/suarapapuasayaindonesia)

Di pasar-pasar tradisional Papua, pemandangan Mama-Mama Papua yang berjualan lesehan adalah hal yang umum. Mereka duduk di atas tikar atau alas sederhana, menjajakan hasil bumi dan kerajinan tangan. Tradisi ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga mencerminkan ketahanan dan budaya yang kuat.

Mengapa Mama-Mama Papua Berjualan Lesehan?

Berjualan lesehan telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi Mama-Mama Papua. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan ini:

  • Keterbatasan Fasilitas: Banyak pasar tradisional di Papua yang belum memiliki fasilitas memadai seperti meja atau kios. Dengan berjualan lesehan, Mama-Mama Papua dapat memanfaatkan ruang yang ada dengan lebih fleksibel.
  • Kedekatan dengan Pembeli: Berjualan lesehan memungkinkan interaksi yang lebih dekat dan personal dengan pembeli. Ini menciptakan suasana yang lebih akrab dan ramah, yang penting dalam budaya Papua.
  • Kemudahan Penataan Barang: Dengan lesehan, mereka dapat menata barang dagangan dengan cara yang menarik perhatian pembeli. Barang-barang seperti sayuran, buah-buahan, dan kerajinan tangan dapat ditampilkan dengan lebih mudah.

Kualitas Barang Dagangan

Barang dagangan yang dijual oleh Mama-Mama Papua umumnya berkualitas tinggi. Mereka menjual hasil kebun sendiri seperti ubi, keladi, buah-buahan, sayuran, serta ikan dan kerajinan tangan khas Papua. Kualitas barang dagangan mereka sangat baik karena:

  • Kesegaran: Barang-barang yang dijual biasanya dipanen pada hari yang sama, sehingga  kesegarannya terjaga.
  • Keaslian: Banyak barang yang dijual adalah hasil kerajinan tangan asli Papua, seperti noken (tas rajutan tradisional Papua), yang memiliki nilai budaya tinggi.
  • Keberagaman: Selain hasil bumi, mereka juga menjual ikan asap dan binatang hasil buruan seperti kuskus, yang menambah keberagaman barang dagangan.

Respon Pemerintah

Pemerintah setempat telah memberikan perhatian terhadap Mama-Mama Papua yang berjualan lesehan. Beberapa langkah yang telah diambil antara lain:

Alasan Terpinggirkan

Maksud dari pengawasan dan penertiban ini adalah upaya pemerintah untuk memastikan bahwa pedagang, termasuk Mama-Mama Papua, berjualan di tempat yang telah ditentukan dan sesuai dengan peraturan yang ada. Tujuannya adalah untuk menjaga ketertiban, kebersihan, dan keamanan di area pasar serta di sekitar kota.

Namun, upaya ini sering kali menimbulkan protes dari Mama-Mama Papua yang sebagai Pedagang. Beberapa alasan mengapa mereka merasa terpinggirkan antara lain:

  1. Lokasi Baru yang Kurang Strategis: Mama-Mama Papua merasa tempat yang disediakan oleh pemerintah mungkin tidak sebaik lokasi sebelumnya dalam hal aksesibilitas dan jumlah pembeli. Sehingga “Hal ini” yang dapat mengurangi pendapatan mereka.
  2. Biaya Tambahan: Kadang-kadang, tempat baru yang disediakan memerlukan biaya sewa atau biaya lainnya yang lebih tinggi, yang bisa menjadi beban tambahan bagi para pedagang.
  3. Kehilangan Pelanggan Tetap: Pedagang yang sudah memiliki pelanggan tetap di lokasi lama mungkin kehilangan mereka jika harus pindah ke tempat baru.
  4. Kurangnya Fasilitas: Tempat baru mungkin belum memiliki fasilitas yang memadai seperti air bersih, sanitasi, atau tempat penyimpanan yang aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun