By Jeffrey Wibisono V
Sekarang
Aku bisa tertawa.
Mentertawakan masa laluku
Sebagai hamba cinta.
Sekarang
Aku sadar
Sadar sebagai orang bodoh
Sebagai hamba cinta
Sudah jelas
kalau diriku ini hanya sebagai bonus,
kalau diriku ini sebagai pengisi waktu luang
kalau diriku ini bukan prioritas
tetapi aku mencurahkan segenap jiwa dan ragaku,
sepenuhnya, seutuhnya,
Serius
Aku selalu ada ketika dia memintaku untuk ada
Segala berita buruk tentangnyapun aku tepis
dengan mengatakan
“mungkin dia dulu begitu, tetapi selama bersamaku dia tidak begitu”.
Benar kata Gombloh almarhum “tai kucing rasa coklat”.
Logika dan mataku tertutup oleh emosi rasa cinta.
Berlebihan?
Tentu saja tidak!
Ini sangat manusiawi
ketika kita berada pada posisi menyayangi apa yang kita miliki
seperti saat kita menekuni hobby.
Kita selalu punya waktu untuk hobby itu
bahkan bisa meng-ada-ada-kan waktu itu.
Itulah aku!
Seseorang yang penuh rasa cinta dan sayang
sampai rela berkorban
demi nama cinta dan kasih sayang.
Sungguh
cinta
bisa mengubah dan mengembangkan cara pandang seseorang,
bisa memotivasi seseorang untuk mencapai cita-cita
Bisa berbagi untuk kebersamaan dan kebahagiaan.
Sekarang,
Mataku melek setelah dibutakan cinta
Otakku bisa merangkai peristiwa
Logikaku bisa memilah salah dan benar
Terhadap roman cintaku dimasa lalu
Setelah bertahun-tahun berpisah
tanpa komunikasi
mengeraskan hati
mematikan rasa
cinta sudah usai.
Aku
telah menjadi manusiamerdeka!
Time heals! Perlu waktu untuk sembuh!
Bali, 25 November 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H