Mohon tunggu...
Jeffrey Wibisono
Jeffrey Wibisono Mohon Tunggu... -

Praktisi perhotelan dan pariwisata di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kubeli Rejekimu dan Kubayar Dengan Doaku

5 Oktober 2012   07:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:14 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

By Jeffrey Wibisono V

Loh…. Kok bisa jadi seperti ini ???!!!

Hatiku tercabik cabik pedih

Darahku mendidih bak magma kepundan gunung berapi

Kepalaku panas berasap tak bisa berpikir lagi

Mulutku terbungkam

Badanku bergetar berdiri gamang

Air mataku menganak sungai tanpa suara

Betapa dahsyatnya rasa sakit ini

Kau sahabatku

Kau teman dekatku

Hidupmu bergantung kepadaku

Kau salah satu hal terindah

Sampai rela kuberikan kepalakupun kalau kau memintanya

Aku terbuai

Aku terlena

Ternyata dibalik manis dan madu yang kau persembahkan padaku

Racun telah kau ramu

Aku lengah

Tidak ada syak wasangka

Sampai saatnya aku kau buat terpuruk

Kau rampas semua kejayaan dan kemerdekaanku

Kau putar balikkan fakta

Kau olah data

Di luar bagai madu, di dalam bagai empedu

Dan kau persembahkan aku kepada sang penguasa

Kau buat aku tak berdaya

Tak bisa aku berkata-kata

Aku gusar

Mataku nanar

Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah!

Biar berputih tulang, jangan berputih mata

Tak sanggup rasanya aku menanggung malu

Dipermalukan

Dari apa yang tidak aku perbuat dan lakukan

Tapi aku tidak boleh mati sia-sia

Aku masih punya kewajiban untuk berguna bagi sesama

Aku beli petaka upetimu

Aku beli rejeki hidupmu

Dan aku bayar dengan doa-doa kepada Tuhanku

Dan aku bayar dengan daya upayaku

Apa seperti ini ya rasanya kalau mau jadi orang besar dan sukses ???

Harus siap dikhianati oleh orang terdekat

Harus sabar dan tegar melangkah

Menata puing-puing dengan hati yang luluh lantak

Melupakan kejadian buruk yang menimpa

Berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu

Sampai saatnya tiba

Aku kembali menjadi manusia merdeka !

Bali, 5 Oktober 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun