Mohon tunggu...
Jeffry Kristiawan
Jeffry Kristiawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang mahasiswa kedokteran dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Benarkah Badan Gemuk Tanda Anak Sehat?

13 April 2014   03:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Admin / Kompas.com

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi Admin / Kompas.com"][/caption] “wah anaknya sehat ya, badannya gemuk, dikasi makan apa bu” sudah tidak jarang kata-kata pujian/ ejekan seperti itu kita dengar di kalangan ibu-ibu sekarang ini. Jujur sewaktu kecil orang tua saya juga sering dapat pujian karena badan saya waktu itu dan anehnya, orang tua saya malah bangga dengan pujian seperti itu. Mungkin karena dengan tambunnya badan menunjukkan tanda ekonomi mapan karena anaknya makan bergizi dan sehat. Yah mungkin begitulah pemikiran ibu-ibu jaman sekarang. Tapi apakah itu benar? Gemuk tanda anak tumbuh sehat? Yuk mari kita bahas tentang kegemukan.. Definisi kegemukan/obesitas menurut WHO adalah berlebihnya akumulasi lemak yang tidak normal yang berdampak negatif terhadap kesehatan. Data WHO tahun 2005 dilaporkan sekitar 20 juta anak mengalami berat badan berlebih. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010 mencapai 42 juta orang dan WHO memperkirakan pada tahun 2015, kasus kegemukan pada semua kelompok umur mencapai 2,3 milyar dan 700 juta berakhir dengan obesitas. Diagnosis untuk kegemukan dan obesitas menurut medis terdiri dari beberapa ketentuan 1. BMI atau IMT (indeks masa tubuh) Indeks masa tubuh merupakan hasil perhitungan dari rumus berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2). WHO memberikan beberapa criteria untuk hasil perhitungan indeks masa tubuh ini. · underweight/ berat badan kurang jika IMT: 18,5kg/m2 · normal jika IMT: 18,5-22,9 kg/m2 · overweight jika IMT: 23-24,9 kg/m2 · obesitas tipe 1 jika IMT: 25-29,9 kg/m2 · obesitas tipe 2 jika IMT: ≥30 kg/m2 2. Lingkar Pinggang Pada pengukuran lingkar pinggang menurut kriteria orang asia pada wanita beresiko obesitas jika ≥80cm dan pada laki-laki ≥90cm. jika menurut WHO 2000 laki-laki ≥94cm dan wanita ≥80cm. Kedua kriteria ini umumnya yang dipakai dalam mendiagnosis apakah orang tersebut mengalami kegemukan dan obesitas dilain dengan pengukuran komposisi lemak tubuh dll. Prinsip seseorang bisa mengalami obesitas adalah karena ketidakseimbangan antara kalori/makanan yang masuk dengan aktivitas fisik/kalori yang dikeluarkan. Lalu apa faktor resiko orang mengalami kegemukan dan obesitas?

1. Faktor Genetik Dilaporkan hormon leptin, adiponektin, ghrelin dan PYY memberikan peranan pada terjadinya obesitas. Contohnya hormon leptin yang diproduksi oleh sel lemak. Normalnya hormon ini akan bekerja untuk menekan rasa lapar, biasanya hormon ini diproduksi tubuh setelah makan. Namun pada orang yang mengalami kegemukan, leptin mengalami resistensi sehingga jika orang gemuk makan, jarang merasakan rasa kenyang.

2. Faktor Lifestyle Gaya hidup memberikan peranan yang signifikan. Termasuk kemajuan teknologi yang begitu pesat. Jika kita bandingkan anak jaman dahulu dengan jaman sekarang banyak sekali perbedaan. Terbukti kemudahan teknologi dan kemajuan jaman sekarang ini sebanding dengan meningkatnya jumlah pengidap obesitas pada anak-anak. Anak jaman sekarang lebih memilih bermain gadget dari pada bermain di luar rumah. Bahkan orang tua pun lebih merasa aman ketika anak ada di rumah. Yah kalau dibandingkan jaman dahulu, secara kuantitas dan kualitas aktivitas fisik berbeda jauh dengan jaman sekarang. Selain itu juga makanan berperan penting.

Obesitas memberikan dampak negatif terhadap kesehatan yaitu berkaitan erat dengan berbagai penyakit metabolik seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, stroke dan gangguan jantung. Maukah anak kita mengalami berbagai penyakit ini di kemudian hari? Jelas tidak kan.. Karena obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang dikeluarkan, maka ada baiknya jika mulai dini kita membiasakan anak kita untuk menyeimbangkannya. Mulai dari memberikan aktivitas fisik yang berkualitas terhadap anak Anda, menjaga jenis dan porsi makanannya dan menjaga jenis camilan nya. Perlu diperhatikan bahwa masa anak-anak masih perlu banyak nutrisi untuk proses pertumbuhannya. Ini perlu diperhatikan, bernutrisi belum tentu berlebih kan.. jadi jagalah anak anda jangn sampai di hari tua nya mereka bergumul dengan berbagai penyakit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun