Mohon tunggu...
Jefferly Helianthusonfri
Jefferly Helianthusonfri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN), penggemar Maudy Ayunda yang sudah menulis lebih dari 26 buku internet marketing. Website : http://JefferlySuperClub.com. Follow Twitter @JefferlyHelian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Sebagian) Orang Indonesia Suka Atas Penderitaan Orang Lain

9 September 2013   06:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:09 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih hangat di telinga ini tentang berita tabrakan yang secara mengejutkan menyeret salah satu anak dari musisi terbaik negeri ini. Beragam ekspresi muncul, mulai dari simpati, empati, bahkan sampai ada yang yang mengutuki kejadian tersebut.

Beragam tulisan di Kompasiana tercinta ini pun banyak yang mengangkat topik tadi.

Entah apa yang ada di hati Anda, tetapi kali ini saya ingin menyampaikan opini pribadi saya.

Kemarin saya buka Twitter, dan saya baca salah satu tweet teman saya yang isinya seperti ini "Aku bukanlah superman, aku juga bisa nabrak". Nggak tahu apa maksud dia menulis tweet seperti itu, tetapi menurut saya itu sekadar tindakan yang tidak perlu diberi apresiasi.

Lha masa' iya orang lagi kena masalah tetapi "diejek" seperti itu?

Mau posisinya ditukar? :)

Terlepas dari penting tidaknya tweet tersebut, saat ini orang-orang cenderung egois dan peduli pada diri sendiri. Apalagi didukung dengan meledaknya social media seperti Facebook, Twitter. Sebagian orang menganggap dengan social media, mereka berhak mendapat perhatian dari ribuan orang di luar sana.

Status-status Facebook, atau tweet mereka seakan berteriak "woi.. ini saya, ayo perhatikan saya. Saya mau eksis"

Lebih parahnya lagi social media dipakai oleh segelintir orang untuk menghina atau sekadar mengejek orang lain. Wah-wah memang benar ya ada ungkapan bahwa tools pintar kalau dipakai orang bodoh menjadi tidak berarti.

Meroketnya ledakkan informasi menjadikan setiap orang bisa punya akses ke dunia. Tak peduli siapapun dia, mau profesor, anak SMP, karyawan, siapapun bisa dan mampu.

Gejala narsisme tersebut pun terkadang menjurus pada representasi dari sifat "suka terhadap penderitaan orang lain". Ya lagi-lagi terlihat dari contoh studi kasus di artikel ini. Apakah sudah demikian betul bahwa (sebagian) orang Indonesia itu suka atas penderitaan orang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun