Tersenyum bercampur kagum melihat cuplikan demi cuplikan dari film ini. Sepertinya memberi kekuatan baru untuk meraih pencapaian-pencapaian hidup seperti yang tertuang di dalamnya.
Awalnya, tampilan dan sinopsisnya kurang begitu menarik minat saya untuk menonton film tersebut. Namun saya penasaran, kenapa film tentang musik ini begitu mendapat rating yang tinggi, padahal menurut saya tidak ada yang spesial. Penilaian melampaui penglihatan, wajar manusia selalu menilai buku dari sampul luarnya. Akhirnya saya memutuskan untuk menonton film tersebut and it’s awesome!!!
Berawal dari mahasiswa tingkat pertama Shaffer yang memiliki hasrat menjadi drummer terbaik, ingin sekali berada dalam sebuah band yang diasuh oleh dosen botak yang killer bernama Fletcher. Andrew melatih dirinya begitu keras untuk dapat diterima di band tersebut. Hingga akhirnya dia diterima sebagai anggota band yang awalnya cadangan kemudian menjadi pemain inti. Andrew merasa harapannya di band tersebut sudah tercapai namun ternyata tidak. Entah apa rencana si Fletcher mengundang teman si Andrew sebagai pemain drum inti. Tentu saja Andrew tidak terima dan marah sambil berkata, “Are you serious?? That sh*t?? (ahh, yang benar saja?? Permainan sampah itu??). Amarahnya masih meluap dengan protes penggeseran posisinya sebagai pemain inti. Sementara si killer Fletcher Cuma balas bilang, “if you want the f***** part, earn it!!” (kalo kamu mau jadi pemain inti, usaha!!).
Memang posisi seseorang, entah apapun hanyalah sementara. Bahkan ada tertulis, “kehidupan seseorang hanyalah seperti embun yang ada sebentar untuk kemudian lenyap”. Padahal Andrew sudah latihan keras, sampai tangannya luka dan berdarah, prestasinya tidak dianggap di dalam keluarga, ditabrak mobil demi menjemput stik dan harus kembali bermain drum dengan kondisi berdarah, dia juga mutusin pacarnya dengan alasan, “cuz i wanna be great”,” i wanna be one of the great”. (karna aku ingin menjadi hebat, menjadi salah satu dari yang hebat). Namun sayang, sepertinya semua usaha dan pengorbanannya sia-sia. Kisah musik dan harapannya seperti berakhir sesaat.
Hingga suatu malam, Andrew bertemu Fletcher di sebuah bar kecil bermain musik Jazz. Mereka berbincang dan si killer mengundang Andrew bermain di Festival JVC, Carnegie Hall.
Di awal pentas, Fletcher membuat dia gugup dengan memberitahu bahwa yang dialah orang yang membuat pernyataan supaya Fletcher dikeluarkan dari Shaffer karena gayanya yang killer, juga saat Andrew mengetahui bahwa komposisi musiknya tak sesuai dengan musik yang dibawakan oleh Fletcher. Cukup mengharukan saat Andrew memutuskan untuk tetap berusaha mengikuti alunan instrumen meski bersalahan. Bagaimana rasanya dipermalukan di depan umum?? Pasti perih dan sakit, dia juga kecewa karena belum bisa memberikan penampilan yang terbaik hingga akhirnya di keluar ruangan dimana ayahnya sudah menunggunya di luar untuk memeluknya dan mengajaknya pulang.
Bukannya pulang, Andrew malah kembali ke panggung dan mulai memukul drumnya saat Fletcher masih berbicara kepada penonton. Terlanjur basah, ya sudah mandi sekalian. Rasa malu diawal pertunjukkan sepertinya memberi dorongan kepada Andrew untuk mengeluarkan segalanya, bahkan melebihi batas kemampuannya. Sampai-sampai si Fletcher protes dengan berkata, “akan ku congkel matamu!”, karena takut kalau Andrew akan mengacaukan konsernya lebih buruk. Dan ternyata, hasrat Andrew berhasil memaksa dirinya untuk melampaui batas kemampuannya. Hanya demi sebuah pengakuan dari seorang Fletcher, yang akhirnya takjub dengan hasil perjuangan Andrew dan tersenyum di akhir konser.
Perjuangan dan latihan yang begitu keras demi sebuah hasrat akan pencapaian sesuatu membutuhkan ketekunan dan keseriusan. Ada harga yang mahal untuk sebuat pencapaian, dan itu tidak mudah. Karena segala kesakitan, kekecewaan, kepahitan pasti datang bertubi-tubi, namun hasrat yang kuat tadi mampu tetap mempertahankan langkah untuk terus maju.
Fletcher ada benarnya juga saat menyiratkan, menjadi yang biasa tidak akan melahirkan hal yang luar biasa. Dibutuhkan tekanan dan dorongan yang kuat, bahkan sampai tubuh mengalahkan batas kemustahilan dalam pikiran seperti teknik latihan tentara khusus Navy Seal.
Pencapaian yang luar biasa membutuhkan usaha yang luar biasa, kesakitan yang luar biasa, ketahanan yang luar biasa dan kedisiplinan yang luar biasa. Manusia dikatakan gagal bukan saat kita gagal dan jatuh bangun dalam mengejar atau melakukan sesuatu, melainkan saat kita memutuskan untuk berhenti mencoba lagi dan lagi. Semangat April. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H