Terima kasih untuk apresiasi netizen untuk artikel the minions yang saya tulis kemaren lalu. Yang membaca pun membludak (+/- 27.000) seperti yang ngekomen juga banyak, baik komen yang cukup baik maupun yang kurang baik. Bahkan ada yang nyerempet ke unsur SARA, hanya karena itu buatan Illuminati Studio. Ada juga yang bilang “itu aja dibangga-banggain”, “overproud”, “unsur dajjal”, “memikat pasar”, “biar orang Indonesia itu konsumtif” dan lain-lain.
Well, the minions hanyalah sebuah film kartun yang menurut saya lucu, terdapat kumpulan karakter kartun yang imut dan menggemaskan pula. Sewaktu menonton pun tujuannya adalah untuk mendapat hiburan, bukan untuk menginvestigasi itu film buatan Dajjal atau bukan. Saya pikir itu lebih menyenangkan dan cocok diapresiasi daripada harus mengkonsumsi film-film sampah dalam negeri yang selalu memproduksi film horor “paha dada” dengan judul norak (kuntilanak mati bunuh diri, suster ngesot keramas, dst).
Bila dipandang dengan positif, Bob si minion juga secara tidak langsung mengingatkan kita untuk sadar mengucapkan terima kasih. Coba jujur, adakah ungkapan terima kasih masih terdengar sesering tempo dulu?? Lihat betapa kacaunya generasi muda yang kebablasan masalah etika saat ini! Mereka hanya tau menggerutu, mencela, melihat yang buruk-buruk saja dari sesuatu disekitar mereka. Lantas apa dampaknya? Kualitas manusianya pun menurun, baik dari akhlak dan mental. Mereka lebih suka dengan anarkis, menciptakan genk brutal, tidak hormat kepada orang tua, pola pikirnya sempit makanya lebih gampang berbuat kriminal bahkan bunuh diri daripada mencari solusi. Semua karena lupa diri, tidak tau berterima kasih karena sudah hidup, sudah sekolah, sudah berpendidikan tinggi, sudah ada yang memperhatiin, sudah ada yang jagain, sudah ada yang nasehatin dan sebagainya. Kalau sudah tak tau berterima kasih pasti sulit untuk bersyukur.
Saya sangat mengapresiasi tindakan sang sutradara dalam rangkaian film Despicable dan The Minions. Beliau walaupun hanya berdarah Indonesia dari ibunya sang penulis ternama namun tetap sadar kalau dia tidak akan pernah lepas dari tanah air ibunya. Karena sadar bahwa Indonesia itu masih penting baginya mungkin membubuhkan beberapa kata Bahasa Indonesia ke beberapa filmnya menjadi kebanggaan baginya. Malaysia saja tempo doeloe harus membayar guru-guru Indonesia untuk mengajari mereka bahasa kita, bukankah itu sejarah yang luar biasa? Terlepas dari memikat pasar mungkin saja tapi perlu diketahui pun tanpa ada bahasa Indonesia di dalam koleksi film Despicable dan The Minions memang sudah besar pasarnya. Kalau dibawakan ke unsur ekonomi coba sedikit cerdaslah, Indonesia pun kecipratan rejeki sampai ke pedagang kecil-kecilan akibat film ini. Mulai dari pajak, keuntungan penjualan tiket, ada berapa banyak pedangan makanan ringan yang jualannya habis, ada berapa banyak pengais rejeki dari kaset banyakan kebagian rejeki, ada berapa banyak tukang parkir kecipratan omset, ada berapa banyak pedagan asongan bahkan boneka dan pernak-pernik kain (handuk, kaos) dan semacamnya yang kebagian rejeki dari dampak film ini?? Bisa kamu hitung rakyat Indonesia yang terbantu karena efek the minions ini?? Atau usaha apa yang bisa kamu buat untuk menambah rejeki mereka?? Cekokan paham yang dangkal dan membuta tuli??
“ahh itukan buatan dajjal, illuminati”, kata banyak komentator pastinya. Kawan, bagimulah pengertiannmu itu, jangan sesatkan yang lain untuk berpikiran sempit alias dangkal alias miskin pengetahuan. It’s only an entertainment! Kamu kan taunya mencibir saja, lha karya kamu untuk Indonesia mana?? Coba buat yang berkualitas, bahkan kalo tidak bisa yang melebihi Pixar, Illuminati dan studion film kartun berkualitas lainnya ya setidaknya samalah, pasti rakyat Indonesia mendukung kamu sepenuhnya. Wong Cuma film yang ada bahasa Indonesia, atau aktor kita yang dipake hollywood aja apresiasi cukup baik bagi mereka, makanya mari belajar dan buat sesuatu yang berkualitas. justru menurut saya, dajjal saat ini lebih kepada sikap manusia yang penuh kebobrokan, kekacauan, lupa diri, melecehkan kebenaran, tak beretika, menentang yang Maha Kuasa, korup dan seburuk-buruknya sikap manusia saat ini.
Komentar-komentar yang kurang cerdas dan kurang beretika menurut saya karena mereka menganggap bahwa semua rakyat Indonesia ini bodoh. Coba lihat kembali contoh komentar negatif mereka diatas, lebih besar keberanian mereka untuk mencela dan berpikiran negatif daripada keberanian untuk belajar dan berinovasi, berlomba supaya negara kita jangan mau ketinggalan. Kenapa mereka (orang luar) berhasil mencuri perhatian kita dari segi film ketimbang kita sendiri?? Yang salah mereka atau kita?? Mari kita renungkan dimana letak ketertinggalan kita. Sebab segala caci maki dan komentar kasar tidak akan menambah kualitas apapun untuk bangsa kita. Justru seperti tulisan saya sebelumnya “bagaimanapun, bila kita positive thinking pasti banyak hal positif yang kita ambil. Mungkin mendorong kita untuk berinovasi dan kreatif. Siapa tau kedepan industri film kita lebih hebat dari mereka?”
Ternyata memang si Bob dan sang sutradara lebih nasionalis dari kamu yang terkungkung dalam kekolotan berpikir. Mereka tau berterima kasih, lebih berdampak dan bermanfaat bagi bangsa ini ketimbang pola pikir kamu yang sempit dan negatif tanpa kreativitas. Pertanyaan berikutnya, “mau sampai kapan begitu??”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H