Lugunya saya mungkin yang belum paham apa itu seks bebas. Sebab kala sekolah dulu ketahuan pacaran aja uda kepalang malu gak ketulungan. Apa lagi kalau si bapak tau, wuiz...jurus karatenya pasti uda mendarat bertubi-tubi. Makanya waktu sekolah dulu palingan aktif olah raga, banternya ngumpul bareng teman sambil main gitar. Memang ada juga teman yang udah gitu-gituan, tapi masih hitung sebelah jari alias dikit, itu pun langsung di cap jelek, seperti virus. Suka sama cewek juga biasanya Cuma sekedar on the ground atau pengagum rahasia, atau pecundang sejati gitu. Jadi belum paham dan terbiasa dengan pergaulan semacam itu.
Sampai akhirnya lulus masuk di salah satu PTN,awal kuliah pun masih mencengangkan bagi saya. Ada banyak suku, ras, agama, tipikal manusia di sana. Semuanya satu paket dalam sebuah instansi bernama kampus. Memang dari kampung sudah dicekokin supaya tau diri, jangan ikut pergaulan sana-sini, kuliah yang baik, jangan main-main. “kita ini orang susah nak, bersyukur kamu ditempatkan Tuhan diantara banyak anak-anak orang mampu dan hebat di sini. Jadi gunakan kesempatan ini untuk membuat yang terbaik lagi.” Kata si bapak. Nasehat itu pula yang berhasil jadi perisai makanya gak ada niat untuk bergaul sembarangan (bebas).
Lugunya saya, mengira semua teman juga punya prinsip dan tujuan yang sama dengan saya di kampus. Ternyata baru tersadar pada pertengahan semester kalau hampir separuh teman sekelas pernah seks bebas (itu yang ketahuan) dan umumnya laki-laki. Astagh....padahal wajah mereka terlihat seperti mahasiswa lugu, dan polos gitu. Nyatanya udah nyoba si SPG ini, si akbid itu, si pelajar ini, si P*K di club ini dan lainnya. Juga beberapa melakukannya dengan pacarnya masing-masing. OMG, what the hell is going on...? kok bisa ya? Apa saya yang terlalu dungu atau memang seks bebas uda merajalela ya...? awalnya saya merasa terbodoh sendiri, mencoba merenung apa yang sedang terjadi dengan suasana kampus yang saya pikir tempatnya para intelektual, namun...kok gitu ya...? (pertanyaan si polos)
Pernah saya berkunjung ke kost teman. Ada kenalan juga di situ, yang setiap kali bertemu selalu rajin belajar di kamarnya, aktif juga di UKM, manis dan memang pintar. Namun ketahuan ternyata juga udah pernah ML dengan pacarnya yang notabene mahasiswa beacukai waktu itu. Astagh...jelas-jelas itu free seks, orangnya juga betul, gak nyangka. Pantes sang teman buru-buru minjam hp dengan kamera resolusi tinggi, ternyata buat ngerekam adegan tersebut, juga adegan dari kamar lain yang melakukan hal sama secara diam-diam. Kalau kenalan saya ini mainnya malam, eh yang di sebelahnya siang bolong sambil idupin televisi kencang-kencang. Memanglah...
Di akhir semester, ada seorang teman cewek kebetulan sekelas minta waktu buat sharing. Eh...ternyata dia curhat kalau dia udah dirusak sama pacarnya dan di kasih dua pilihan, yang jelas-jelas memang udah gak punya pilihan lagi. Si kawan ini terkenal kritis di kelas, supel dan cerdas, tapi...aduhh, gak nyangka juga.
Juga yang paling cetar adalah saat seorang teman cewek juga, minta waktu juga buat sharing. Dia adalah seseorang yang pernah ku kagumi di semester awal, karena kerohaniannya yang cukup memukau saya, jiwa keibuannya juga tampak. Namun apa yang di sharingkannya membuat saya kecewa. “gimana ya jef, aku bingung, aku harus lanjut apa gak? Dia baik, Cuma dia gak bisa ngontrol hasratnya, itu aja.” Ceritanya. “trus...?” balasku. “ya tinggal yang satu itu ajalah yang belum diambilnya, aku uda jijik sama diriku sendiri, jijik kali pun” jawabnya. Wah...memang pergaulan bebas ini udah seperti virus ya. Gak pandang bulu, siapa pun bisa kena.
Pernah sembari ngumpul dengan teman kampus dulu, seorang teman cowok mengakui perbuatannya kalau waktu kami praktek dulu dia juga uda melakukan hubungan bebas tersebut di posko dengan sesama teman juga. Semua dibeberkannya, baik tentang di ngefly karna rasta, maupun tentang si cewek yang jadi korbannya. Adakah otaknya...? ada mungkin, Cuma kecil dan busuk. Parah sangat memang ternyata pergaulan masa kuliah dulu.
Hanya memang saya yang tidak terlalu peka, atau memang disengaja olehNya untuk menjauhkan saya dari hal-hal seperti itu. Lama setelah alumni, belajar dari perenungan, memang kalau “hal itu” udah pernah dilakukan, maka akan menjadi kebutuhan. Namanya juga kebutuhan, pasti harus dipenuhi.
Secuil dari sebagian besar kisah waktu kuliah dulu, mungkin masih banyak, tapi sedikit saja sebagai bentuk nyata kalau pergaulan bebas itu memang ada, terjadi, mungkin kita adalah pelaku, atau korban, atau malah lingkungan kita sudah melakukannya tanpa kita sadari. Semoga banyak dari mahasiswa sekarang terhindar dari itu semua, diberi kekuatan dan kebijakan dalam menghadapi pergaulan yang ada. Amin. Salam.
Hindia's Ocean, Sunday 12th May
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H