Mohon tunggu...
Jeff Sinaga
Jeff Sinaga Mohon Tunggu... Guru - Suka menulis, olahraga dan berpikir

pendidik, ju-jitsan, learn to stay humble and live to give good impact. :-) follow twitter: @Jef7naga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bukan Jambu Air Biasa

21 Februari 2017   09:18 Diperbarui: 21 Februari 2017   09:55 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa yang tak kenal jambu air. Buah yg bila digigit begitu renyah dan menyegarkan. Sangkin segarnya kerongkongan yang dahaga seketika langsung terobati. Meskipun sebagian jambu air ada yang berasa asam, tawar atau bahkan sepet namun jambu air yg pernah aku cicipi ini begitu manis.

Warnanya merah, semerah lipstik para wanita karir. Bahkan bila yang berasa manis akan sedikit gelap warna merahnya. Bentuknya seperti lonceng namun sedikit panjang dan isinya padat.

Begitu digigit maka aroma, rasa dan air yang keluar dari jambu itu terasa memberi kesegaran teramat segar di dalam mulut. Lidah tak henti-hentinya mengecap rasa manis yang benar2 manis tanpa ada rasa sepet sedikitpun.

Warna, bentuk, kepadatan dan rasanya merupakan perpaduan yang sempurna dari jambu. Spesial tentu karena jambu itu lain dari yang lain dan memiliki keunggulan dari nilai biasanya sepanjang pengalamanku menikmati beragam jenis jambu air. Bahkan itu jauh lebih manis dan nikmat daripada jambu air tetangga yang sering kami curi dulu semasa kecil.

Yang membuat itu lebih nikmat lagi adalah karena 3 hal.

Yang pertama, jambu itu gratis tanpa uang dan tanpa lelah. Biasanya untuk mendapatkan jambu senikmat dan semanis itu orang akan merogoh kocek puluhan hingga ratusan ribu perkilo apalagi bila dibeli di pasar modern dengan kualitas lokal/import terbaik. Kalaupun gratis biasanya harus manjat pohonnya dulu baru bisa dinikmati, atau setidaknya mengambil pakai gala.

Yang ke dua, jambu itu diberikan plus dengan bumbu rujak buatan sendiri. Jambu yang spesial itu ternyata sudah dibersihkan dahulu sebelum diberi berikut dengan racikan bumbu rujaknya. Ahh..sampai di sini mulai terasa kenikmatan hidup dari sisi yang lain, gratisan.

Apalagi saat jambu tadi dipotong-potong kemudian dicolek ke bumbu tadi maka, rasa spesial akan bercampur dengan rasa asam, manis dan pedas dari bumbu tadi semakin menambah kenikmatannya. Cuaca yg cerah dengan angin sepoy-sepoy sepertinya mendukung sekali proses kenikmatan itu.

Yang ketiga, jambu itu diberikan oleh seseorang yang spesial. Satu-satunya pribadi yang begitu peduli akan keberadaan kami pada waktu itu. Pribadi yang tulus memberi dorongan semangat dan berbagai bantuan. Semangat kami bertambah seperti di cas ulang bila bertemu dan berbincang dengannya.

Setiap hari rasanya kepenatan dan tekanan kerja menjadi tak berarti bila dia ada di dekat kami. Berbagai cerita, canda dan tawa sering terdengar hingga menimbulkan iri bagi mereka yang tidak senang dengan kehadiran kami. Fitnah demi fitnah bertubi-tubi menghujani keberadaan dan aktivitas tak lagi kami hiraukan.

Kami menyadari ternyata selama masih ada pribadi yang peduli di tengah kesusahan dan orang-orang yg penuh kebencian kenapa harus ambil pusing dengan mereka. Toh kami tidak memakan uang mereka apalagi mengganggu mereka, sesuatu yang tak mungkin terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun