Mohon tunggu...
Jeff Sinaga
Jeff Sinaga Mohon Tunggu... Guru - Suka menulis, olahraga dan berpikir

pendidik, ju-jitsan, learn to stay humble and live to give good impact. :-) follow twitter: @Jef7naga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi Resiko Kehidupan dan Menjadi Sejahtera

19 November 2016   22:28 Diperbarui: 20 November 2016   22:41 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan tentang hidup bagi setiap orang pastilah berbeda-beda. Beda pandangan, beda juga cara memperjuangkan hidupnya sesuai pandangan tersebut. Namun yang pasti keberadaan kehidupan tak lepas dari hasil usaha, kerja keras dan doa yang senantiasa mengisi setiap waktu yang kita jalani. Karena hidup adalah anugerah, maka dengan menjaga kehidupan itu tetap berjalan merupakan suatu tugas mulia sebagai bentuk dari rasa syukur itu sendiri.

Kerap kali usaha menjaga kehidupan supaya tetap bertahan pada jalurnya yakni menjadi sejahtera dengan segala kebutuhan yang terpenuhi mendapat kendala. Kendala itu bisa datang dari mana saja, kestabilan ekonomi di negara tempat kita bertahan, kesehatan yang selalu menurun dan resiko kematian baik akibat faktor kecelakaan maupun penyakit yang tiba-tiba kambuh dan mengakhiri segala sesuatu. Hingga akhirnya tersadar bahwa banyak masyarakat Indonesia masih belum memahami betapa hidup itu singkat dan harus siaga mempersiapkan segala kemungkinan resiko yang terjadi.

Karena tak seorangpun mampu menunda resiko kehidupan selain Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu bukan apa yang diusahakan yang penting namun apakah yang ditinggalkan kepada orang tercinta akan berguna saat resiko kehidupan tiba-tiba menghampiri tanpa surat pemberitahuan?

Bercermin pada kebiasaan masyarakat Indonesia dengan mindset yang masih tidak peduli tentang resiko kehidupan dan “mengamankan” apa yang akan ditinggalkan, tak heran bila kemiskinan masih merajai sebagian besar tatanan kehidupan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan ketidaksadaran untuk menabung dan berasuransi. Apalagi jaman sekarang dimana kemajuan teknologi menjadikan masyarakat semakin konsumtif dan memarakkan hedonisme.

Sebagian besar siap untuk menerima bahkan menjadi konsumen setia perubahan teknologi namun tidak siap menerima pelaku setia untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga. Padahal kesejahteraan keluarga lebih penting daripada sekedar mengganti tipe gadget, update fashion terbaru, makan di resto berkelas maupun nonton biosko secara intensif hanya demi memuaskan nafsu sesaat yang dikemudian hari tidak bisa ditarik kembali manfaatnya.

Dengan memperhatikan kesejahteraan hidup, baik secara pribadi dan keluarga, maka itu adalah suatu tindakan yang berani untuk maju. Tindakan berani untuk membuka kesempatan dan menembut batas kebiasaan masyarakat konsumtif pada umumnya untuk lebih fokus dalam membangun kekuatan anak bangsa. Dengan demikian kesejahteraan keluarga akan terwujud, sehingga hidup yang berarti pasti meninggalkan makna dan kenikmatan untuk orang yang ditinggalkan.

Harus dipahami bahwa suatu bangsa akan kuat bila setiap keluarga mampu menghasilkan anak-anak yang berkualitas. Setiap kebutuhan anak baik jasmani dan rohani terpenuhi dengan baik. Bila jasmani dan rohani telah baik maka pengayaan akan pendidikan untuk memperluas wawasan dan keterampilan akan sangat baik juga. Karena untuk meningkatkan kualitas kehidupan tidak luput dari pendidikan. Melalui pendidikan yang baik dan bermutu, anak-anak masa depan akan mampu memperbaiki bukan hanya kualitas kehidupannya dan keluarganya, namun juga lingkungan sekelilingnya. Bila setiap keluarga memiliki anak dengan pendidikan dan karakter yang baik maka kekuatan anak bangsa seperti itulah yang mampu  mewujudkan kemajuan bangsa dan negara ini.

Untuk ke tahap tersebut dibutuhkan rencana pendidikan anak demi masa depannya kelak. Dengan kesadaran untuk mengamankan masa depan pendidikan anak maka sejak dini sudah sebaiknya dipersiapkan dengan mengamankan sedikit dari hasil keringat untuk asuransi pendidikan anak. Persiapan sejak dini hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi setidaknya menurunkan tingkat kekhawatiran untuk kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Selain mempersiapkan pendidikan, anak dan istri juga perlu dilindungi dari resiko kehidupan lain seperti kesehatan dan jiwa, seperti kata pepatah, “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. Resiko tersebut dapat dibagi kepada siapa saja yang bersedia menerima bagian resiko tersebut untuk dijaga dan nantinya diberikan umpan balik yang sangat menguntungkan bagi seluruh keluarga. Berbagi resiko hidup dengan Bumiputera tidak perlu mahal karena hanya dengan Rp. 50.000,- maka seluruh anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak secara otomatis akan terlindungi kesehatannya. Produk asuransi ini dinamakan asurani Mikro yang hadir untuk menerima resiko dengan semurah mungkin untuk kemudian dikembalikan dengan maksimal.

Bila sadar bahwa resiko kehidupan sewaktu-waktu datang menghampiri, maka sudah pasti persiapan-persiapan untuk menghadapinya sudah diamankan terlebih dahulu. Berbagi resiko hidup akan lebih menenangkan bahkan mensejahterakan apabila kita memilih dengan tepat kemana resiko itu dibagi. Untuk itulah Bumiputera hadir membawa semangat kekuatan anak bangsa mewujudkan kesejahteraan keluarga. Jadi, kapan lagi bisa berbagi resiko dan menjadi sejahtera kalau bukan dari sekarang?

Facebook

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun