Mohon tunggu...
Jeff Sinaga
Jeff Sinaga Mohon Tunggu... Guru - Suka menulis, olahraga dan berpikir

pendidik, ju-jitsan, learn to stay humble and live to give good impact. :-) follow twitter: @Jef7naga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Lari Supaya Ramping

18 Oktober 2014   21:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:32 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya mengenal olahraga lari dari sekolah. Masih jelas teringat saat sekolah dasar kami dilombakan lari oleh guru olahraga. Mekanismenya cukup menyenangkan, dimana saat lari dan mencapai garis finish seluruh siswa yang ikut lomba dan finish harus memakai sepatu kembali dan mengikatnya sendiri, jadi yang paling cepat baru bisa dinyatakan pemenang. Sayang sekali bagi mereka yang manja dan belum bisa ikat tali sepatu sendiri. Waktu itu masih kelas 1 SD, udah diajarin tentang kemandirian memakai sepatu sendiri.

Tapi kegiatan itu sudah lama tak lagi dilakukan sampai pada titik akhir dimana berat badanku yang dulu normal jadi mulai “lebih”. Waktu itu saya masih duduk di bangku SMA. Saat itu tekad bulat untuk marathon setiap pagi 8 kilometer cukup terealisasi. Gitu alarm bunyi jam 4 pagi, langsung siap-siap lari ditengah gelapnya suasana subuh. Tapi gak masalah demi kesehatan sekaligus nurunin berat badan. Gak nyangka juga saya lakukan itu kalo teringat lagi. Bayangin aja 8 kilo itu mesti lewati daerah-daerah lain dengan kondisi gelap-gelapan. Makanya hape senter milik si bapak selalu setia saya colongin buat jadi penerangan di sudut jalan yang gelap.

Saya melakukannya sampai beberapa waktu. Badan jadi lebih bugar, meski berat tak terlalu menurun drastis. Tapi namanya juga olahraga paling murah, dan belum tau teknik sesungguhnya dalam berlari untuk menurunkan berat badan. Jadinya ya nrimo aja hasilnya. Walau begitu tanpa di sadari setiap kali ada perlombaan olah raga, seperti lomba estafet dan menggiring bola sampai garis finish selalu saja juara. Ternyata tanpa disadari selain badan dan jantung sehat, lari juga memberikan respon tubuh yang cekatan saat melakukan kegiatan fisik lainnya. Itu dapat saya rasakan saat kegiatan fisik lainnya seperti sepak bola, takraw, voli dan tenis meja. Tanpa disadari, refleks itu sangat membantu.

Namun apapun motivasi tiap orang untuk lari pastilah berbeda dan itu baik selama inti kegiatan lari tetap dilaksanakan. Beberapa teman yang saya tanyai ada yang menjawab hanya ingin sekedar olahraga, ada yang Cuma ingin TP2 (tebar-tebar pesona), ada yang Cuma pengen “cuci mata”, dan tak sedikit yang motivasinya supaya nurunin berat badan a.k.a kurus.

Hanya saja beberapa dari mereka yang ingin menurunkan berat badan kurang puas dengan kenyataan. Padahal udah bela-belain pake sejenis jaket pemanas gitu, biar bantu pembakaran katanya. Namun tetap saja masih gendut a.k.a gemuk. Melihat hasilnya cukup lambat dan harus lama melakukannya, akibatnya mereka bosan dan berhenti. Ya bisa dipastikan kembali kepada kebiasaan lama.

Saya pernah mengalami hal itu. Tapi akhirnya saya coba beberapa hal baru yang berbeda dengan teknik lari dari sebagian besar orang. Waktu kuliah, berat badan nambah bengkak, pipi saya juga cukup chubby. Akhirnya saya putusin buat lari di sore hari. Jadi sepulang kuliah jam 3 sore, uda siap itu untuk lari. Tips yang cukup berhasil adalah sebagai berikut:

Cobalah untuk berlari diluar batas kesanggupan biasanya, dan itu harus di sore hari. Jika biasanya Cuma sanggup 5 putaran stadion, coba naikkan levelnya 6-8 putaran secara bartahap dan tanpa henti. Jangan pula lari 2 putaran, jalan 1 putaran. Tetap aja lari dengan tempo normal sampai 8 putaran tadi, jangan pernah berhenti. Dengan demikian tubuh dipaksa untuk melakukan pembakaran ekstra. Bila sudah 8 kali, cobalah untuk jalan 2-4 kali putaran.

Sebelum melakukan lari pastikan perut dalam keadaan kosong sekitar 2 jam sebelum lari. Untuk alasan ini saya kira supaya tidak sengap aja di bagian lambung saat kita akan lari. Trus mungkin memberi kesempatan sistem tubuh untuk fokus membakar lemak, bukan makanan di perut.

Saat sedang lari coba untuk tidak minum pada pertengahan lari, karena ini akan mengganggu tempo lari yang sudah ditetapkan tadi. Pun jika ingin minum (pakai botol minum portable dengan selang) cobalah untuk minum sedikit saja. Sekedar untuk mengurangi dahaga saja, bukan untuk memuaskan dahaga.

Total keseluruhan kegiatan lari mungkin memakan waktu satu sampai satu setengah jam. Itu sudah cukup melakukan pembakaran dan perampingan tubuh. Pengalaman saya, berat badan turun 2 kilo dalam 2 minggu dan itu fakta, jadi pipi tembem udah ramping lagi. Kalau memang sudah dapat hasilnya, maka temponya bisa dikurangi biar lebih rileks dan harus tetap rutin. Ingat, percobaah pertama selalu menyakitkan keesokan harinya karena badan mengalami shock akibat kegiatan yang tidak biasanya. Tapi itu tak masalah selama kegiatan lari tetap rutin dilakukan. Dan jangan lupa untuk selalu konsumsi vitamin C dan susu untuk membantu tubuh dalam recovery otot-otot setelah lari.

Pengen lebih simpel lagi dari trik diatas? Ada sih, tapi lebih ngos-ngosan menurut saya, Cuma waktunya aja lebih hemat, jadi buat yang gak mau lama-lama lari juga bisa. Tips dasar tetap harus dilakukan seperti perut kosong dan tentang minum. Caranya Cuma lari kombinasi permenit.

Sesi pertama, lari sekencangnya. setting waktunya satu menit untuk lari sekencang-kencangnya, ingat sekencang-kencangnya.

Selesai finish satu trek, untuk baliknya coba jalan biasa, jalan santai. Meski santai tapi udah ngos-ngosan itu.

Ulangi lagi dari trek semula, setting waktu satu menit untuk lari sekencang-kencangnya. Lalu balik ke trek awal dengan jalan biasa. Untuk sesi pertama ini lakukan sekitar 6 kali pengulangan, paling makan waktu sekitar 12-15 menit.

Sesi kedua, lari kombinasi. Jadi gak usah setting waktu lagi. Cukup tentukan pertengahan trek. Kemudian lari kencang dan berhenti di pertengahan trek untuk melakukan push up atau sit up sekitar 5-10 kali dan kemudian lari lagi menghabiskan satu trek tadi. Kalau yang ini cukup lakukan pengulangan 6 kali juga. Jadi total Cuma stengah jam. Bandingkan 2 jam dengan 30 menit, jauh bukan?

So, itu pilihan anda. Semuanya merupakan pengalaman pribadi dan bukan rekayasa penulisan. Karena semua tips dan teknik itu membuahkan hasil. Hanya saja, perlu diketahui olah raga lari membutukan disiplin. Karena bila cuma sesekali dilakukan maka itu kurang berdampak, sebaliknya harus rutin. Mau itu dilakukan 2 kali seminggu atau tiap hari harus rutin, temponya begitu tiap minggu, tiap bulan bahkan tiap tahun. dengan demikian tubuh menjadi lebih sehat, paru-paru dan jantung sehat, pikiran juga sehat. Tubuh menjadi ramping anggap saja bonus dari kegiatan itu. Semoga bermanfaat dan Selamat berlari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun