Mohon tunggu...
Jeems Suryadi Gani
Jeems Suryadi Gani Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Opini | Mulailah Mencintai Sepakbola Nasional

27 Januari 2018   05:03 Diperbarui: 27 Januari 2018   13:48 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibekukannya sepakbola Indonesia pada tahun 2015 memunculkan sebuah kerinduan tersendiri bagi kita penikmat olahraga si kulit bundar ini. Tidak ada kompetisi liga dan tidak adanya tayangan sepakbola pada pukul 3 sore sampai 9 malam di hari Kamis, Sabtu, Minggu atau Senin. Tidak ada tampilan sepakbola enerjik ala Persipura Jayapura, atau koreografi dan chants menawan ala Viking dan Bobotoh Persib.

Semua kerinduan dan penantian akhirnya terbayar. Kompetisi sepakbola Indonesia kembali dengan adanya Liga 1. Aksi-aksi penggawa Indonesia mengolah si kulit bundar akhirnya kita bisa saksikan kembali. Tahun awal kembalinya Indonesia juga ditandai dengan kehadiran para bintang-bintang sepakbola dunia seperti Michael Essien & Peter Odemwingie. Liga Indonesia juga dihadiri oleh klub-klub sepakbola baru yang sebelumnya telah berkiprah pada kompetisi swasta Torabika Soccer Championship, sebut saja Bhayangkara FC, PS TNI, Madura United & Bali United. Belum lagi tim sepakbola yang berganti nama seperti Pusamania Borneo FC.

Saya bukanlah pecinta salah satu klub tertentu yang ada di Indonesia. Tetapi saya mencintai sepakbola nasional. Alasannya adalah saya menyukai olahraga ini. Selain itu, ada harapan tersendiri melihat sepakbola Indonesia bisa maju dan berkembang seperti sepakbola di luar negeri sana. Saya selalu menikmati sepakbola Eropa, khususnya Inggris. Ketika saya menonton pertandingan sepakbola Indonesia, dan melihat para pemain menampilkan sepakbola seperti yang dilakukan di Premier League, ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri.

Sebut saja aksi gocek Febri Hariyadi milik Persib, atau aksi mengatur ritme pertandingan seperti yang dilakukan oleh Taufiq milik Bali United. Penyelamatan-penyelamatan Ridho milik Pusamania atau aksi bertahan Hansamu milik Barito Putera. Melihat mereka, saya jadi teringat Martial, Fabregas, Lloris dan Kompany ketika menampilkan sepakbola luar biasa di pertandingan Liga Inggris. Mengingatkan mungkin belum bisa menyamai, tetapi bagi saya itu sudah cukup menghibur para fans sepakbola maca saya ini.

Banyak yang meragukan atau memandang sebelah mata kompetisi kita karena cap seperti 'sepakbola tarkam', 'mainnya gak becus', 'ga ada apa-apanya dibandingkan sepakbola Eropa. Saya tidak sepakat!

Memang sepakbola Indonesia belum sampai level itu, bisa jadi karena faktor fisik atau tingkat intelegensi, atau memang secara genetik orang Eropa itu lebih mendukung. Bisa juga faktor pendidikan usia muda yang belum maksimal. Tapi kalau bicara soal passion? Saya rasa Indonesia, Eropa dan negara lain memiliki gairah yang sama ketika bicara soal sepakbola.

Lihatlah bagaimana para pemain Indonesia beraksi di lapangan, kadang mereka terlihat melakukan gestur permainan seperti para pemain Eropa, melakukan gaya tendangan bebas seperti Cristiano Ronaldo atau berpakaian seperti Mesut Ozil. Tapi itulah gairah! Pemain Indonesia saya rasa juga pecinta sepakbola yang melakukan olahraga karena mereka cinta, selain karena faktor uang.

Belum lagi melihat fenomena banyakanya nama pemain yang meniru nama-nama pemain sepakbola legendari luar negeri, sebut saja Gian Zola (Persib), Maldini Pali atau Pagliuca pun ada!

Apa lagi jika kita sadar bahwa kompetisi tahun 2017 memunculkan juara dari tim yang minim pengalaman, atau bisa disebut tim medioker: Bhayangkara FC. Memang klub ini tidak punya basis suporter dan tidak mewakili sebuah daerah, melainkan hanya mewakili instansi kepolisian. Tapi apa masalahnya? Toh mereka melakukan olahraga ini dengan sepenuh hati. Mereka bertanding sekuat tenaga untuk mencetak gol, dan meraih kemenangan. Mereka memiliki motivasi dan dedikasi untuk berjuang 90 menit setiap pertandingannya untuk meraih hasil maksimal, dan mereka juara.

Memang, jika dilihat dari hasil pertandingan, harusnya Bali United yang menjadi juara jika Mitra Kukar tidak terkena hukuman WO 3-0 atas Bhayangkara FC (yang sebenarnya hasilnya imbang dan poin Bali United lebih banyak). Tapi itulah sepakbola, penuh intrik dan drama. Kita tidak bsia menyalahkan Bhayangkara FC dan memberi asumsi apapun. Mereka adalah juaranya.

Tengok juga bagaimana tim-tim besar macam Arema, Persib, dan Persipura yang bahkan gagal masuk ke 5 besar. Klub yang finis tertinggi justru terdiri dari klub yang tidak diduga sebelumnya. Bhayangkara FC, Bali United, PSM Makassar, Persija Jakarta (bahkan sempat terseok di awal musim) dan Madura United. Tiga dari lima tim yang finis teratas justru adalah klub-klub baru!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun