Saya yakin seperti halnya paska Tsunami Aceh 2004, maka Paska Tsunami Palu Tahun 2018 ini, kita akan kembali tergopoh-gopoh untuk menghidupkan kembali Sistem Deteksi Dini Tsunami, yang sebelumnya pernah ada. Menjadi ironi memang, kita sudah investasi untuk mengembangkan sebuah sistem yang mahal dan berjalan dengan baik, tetapi menjadi tidak berfungsi pada saatnya diperlukan, akibat terhentinya program.
Ini adalah pembelajaran agar kita lebih konsisten dalam mengimplementasikan teknologi sistem deteksi dini Tsunami di Indonesia ini. Tsunami akan terus mengancam Indonesia, karena kita berada di zona ring of fire. Kita juga harus memikirkan teknologi deteksi dini tsunami yang baru, yang cocok untuk Indonesia dengan tingginya tingkat vandalisme yang ada.Â
Fakta bahwa pencurian buoy yang terjadi sejak Program Seawatch Indonesia, tahun 1996, masih terjadi saat ini dengan bukti hilangnya Buoy milik BMKG Tahun 2018, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia belum berubah setelah sekian puluh tahun.Â
Namun demikian, karena kereta saya segera akan merapat sampai tujuan di Stasiun Nishi-Chiba, maka usulan saya terkait teknologi baru system deteksi tsunami tersebut, akan saya sampaikan dalam kesempatan yang lain. Sekian, mohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan.
Joko Widodo
Department of Information Science, Graduate School of Advance Integration Science, Chiba University, JAPAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H