Cuma tiga saja sebetulnya yg ingin aku ulas. Langsung saja ya. Takut kepanjangan kalo terlalu banyak. 1. Brownies Amanda Menurut websitenya bisnis ini dirintis sejak 2009. Kehebatannya terletak pada, pertama, inovasi produk. Jika umumnya brownies dibuat dgn dioven, maka brownies Amanda mempelopori brownies kukus. Entah yg pertama atau bukan, orang banyak taunya brownies Amanda dianggap sbg pelopor brownies kukus. Disini dia berhasil menjalankan prinsip 'to be the first is much better than to be better' nya Jack Trout si ahli strategi. Kedua, inovasi pada strategi positioning-nya yg berhasil. Waktu pertama kali di luncurkan, bahkan mungkin sampai 5 thn pertama, positioningnya hanya sbg oleh2 khas kota Bandung. Namun coba perhatikan sekarang, dia sudah buka cabang dimana-mana dan tetap ramai. Dia sudah berhasil membelokkan dari semula sbg oleh2 khas Bandung menjadi brownies sbg makanan yg lezat. Oya, ada satu lagi kehebatannya, usaha ini dirintis ibu2 rumah tangga. Dan contoh2 UKM dibawah lainnya ini semua dirintis ibu2 RT. Hebat ya. Kehebatannya terletak pada rasa browniesnya yg sangat kaya dgn rasa coklat. Coklatnya sangat terasa. Eh tunggu ya, ini bukan promosi, sy tidak ada hubungan apa2 dgn brownies Amanda. Cuma sebagai customer reguler saja di outlet Diponegoro. Maklum di rumah pada doyan semua. Mertua juga suka nitip dibeliin utk oleh-oleh kalo mau berangkat dinas. Bayangkan, 5 thn pertama dia masih berusaha mencari bentuk usaha yg pas. Sekarang pada tahun kesebelas, sudah memiliki begitu banyak cabang dan tetap solid. Jangan dibandingkan misalnya dgn usaha gerobak X yg jualan burger atau kopi atau kebab, outletnya bisa ratusan, tapi berapa sales yang diperoleh? berapa margin? bagaimana sustainaibilitynya? Susah sampai sesolid Amanda ini. Hampir2 spt McD yg bisa buka cabang dimana2 dan tetap ramai semua. [caption id="attachment_182820" align="alignleft" width="368" caption="dok. pribadi"][/caption] 2. Kerudung Rabbani Ini sy masukkan kedua karena sudah tidak sesolid dulu lagi pertumbuhannya (minimal dari pengamatan sy secara kasat mata). Meskipun demikian posisinya sbg produsen jilbab instant tetap tidak tergoyahkan. Modelnya simple, tp peminatnya banyak. Meskipun jika ak tanya satu dua orang banyak yg mengatakan kurang pas jatuhnya di bagian tulang pipi. Entah maksudnya apa hahaha... Kembali dia berhasil menjalankan prinsip Trout yg tadi. Bedanya, sebelumnya sudah jelas banyak yg pernah bikin jilbab kaos sebelumnya. Tapi utk menjadi yg pertama di benak konsumen-lah yg terpenting. Bukan masalah kenyataan. Disinilah para pemula sering salah kaprah. Berusaha menjadi yg pertama secara de facto. Padahal itu tidak penting. Siapa sih yg penemu jins yg pertama? Orang tahunya Levi's. Thats it. 3. Busana Anak Dannis Ini markasnya di Surabaya. Tapi sy sendiri belum pernah kesana. Dari segi branding, sangat kuat bercokol di wilayah timur Indonesia, dikenal sbg produsen busana muslim anak2 kelas premium. Hampir2 tanpa pesaing berarti. Banyak yg meniru, tp dia berhasil menikmati posisi premium. Margin tebal. Sayang akhir2 ini agak kehilangan momentum. Fokusnya mulai terpecah, terlihat dari peluncuran banyak produk yg tidak mendukung positioningnya sbg produsen anak (mulai dari busana dewasa, remaja, jilbab, dst). Barangkali terlalu mengejar pertumbuhan. Itulah kenapa banyak ahli management mengatakan, pertumbuhan itu racun. Hasrat mengejar pertumbuhan sangat sering menjerumuskan banyak perusahaan besar. Apalagi UKM yg basis pondasinya seringkali kurang kokoh. Namun yg perlu dicatat adalah keberhasilannya menempati posisi pelopor baju muslim anak yg sangat terkenal dgn warna warni ceria, kotak-kotak, bahan katun, dst. Ini inovasi yg bagus. Tidak banyak menghadapi serbuan baju import dari China. Sehingga cukup aman dari segi perang harga. Kalaupun diserang pasar bawah (low price) dia tetap kuat karena main di kualitas. Dari ketiga usaha tsb diatas, sy masih condong dgn Amanda sbg juara pertamanya. Inovasinya luar biasa bagus. Pertumbuhannya solid. Pondasinya juga kuat. Fokus usaha tidak terganggu. Kalaupun dia ekspansi, dia bikin perusahaan lain yg tidak merusak core business/positioning dari produk utamanya. Bandingkan misalnya dgn Kue Sus Merdeka. Dia hebat di Bandung saja meskipun usianya sudah jauh lebih tua. Begitu dicoba dijalankan di tempat lain, gagal. Banyak yg seperti itu. Kenapa saya menulis ini? sebagai pelaku UKM, kita kadang perlu role-model yg bisa kita gali nilai2 inovasi para pelaku2 yg sudah berhasil. Kita perlu banyak belajar, baik dari mereka yg berhasil, maupun dari mereka yg melakukan kesalahan2. Good luck.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H